Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berikut Bahaya Vape, dari Cedera Paru hingga Berujung Kematian

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo
Kandungan dan Bahaya Vape
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Jagat dunia maya Twitter kembali diramaikan soal vape atau rokok elektrik, Jumat (7/2/2020).

Bahkan tanda pagar (tagar) #RokokElektrikBukanPenjahat sempat menjadi trending topic di Twitter pada Jumat sore. Warganet saling mengutarakan manfaat dan bahaya dari vape.

Dikutip dari Healthline, pada 21 November 2008, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat atau yang dikenal dengan Centers for Disease Control and Prevention (CDC) telah mengonfirmasi adanya 2.290 kasus cedera paru dan 47 kematian terkait vaping.

Kasus tersebut dilaporkan dari semua negara bagian.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sedangkan kematian dikonfirmasi dari 25 negara bagian dan Washington DC.

Data sebelumnya pada 514 pasien, sekitar 77 persen dilaporkan menggunakan produk mengandung THC (Tetrahydrocannabinol) dalam 30 hari sebelum dimulainya gejala.

Namun 16 persen dilaporkan hanya menggunakan produk yang mengandung nikotin.

Orang-orang yang terpengaruh penyakit ini berusia 13-75 tahun.

Baca juga: Mengenal Beda Rokok dan Vape...

Dilansir The Washington Post (11/01/2020), data 7 Januari 2020 ada 2.602 kasus yang dilaporkan dari 50 negara bagian.

Setidaknya 57 kematian dikonfirmasi oleh CDC di 27 negara bagian dan Distrik Columbia.

Usia rata-rata pasien yang meninggal adalah 51 tahun. Sementara pasien rata-rata berumur 15 tahun-75 tahun.

Pasien termuda yang meninggal adalah seorang anak berusia 15 tahun di Dallas County, Texas.

Penyebab cedera paru

Masih dari sumber yang sama, CDC menemukan penyebab potensial dari cedera paru adalah vitamin E asetat.

CDC menemukannya dalam cairan paru-paru dari 29 orang yang sakit cedera paru.

Dikutip Healthline, vitamin E asetat umumnya digunakan dalam suplemen yang dikonsumsi atau perawatan kulit

Dalam kasus-kasus itu tampaknya aman.

Baca juga: Rokok Tembakau Vs Vape, Mana yang Lebih Berbahaya?

Bagaimana gejalanya?

Pasien biasanya mengalami batuk, nyeri dada, atau sesak napas sebelum kesehatannya memburuk hingga mereka harus dirawat di rumah sakit, menurut CDC.

Hal ini seperti dilansir dari The Washington Post.

Gejala lain yang dilaporkan termasuk mual, muntah, diare, kelelahan, demam, dan penurunan berat badan.

Banyak korban berakhir dengan sindrom gangguan pernapasan akut.

Yaitu suatu kondisi yang mengancam jiwa di mana cairan menumpuk di paru-paru dan mencegah oksigen mengalir dalam aliran darah.

Rokok Vs Vape

Dilansir Kompas.com (20/9/2020), kadar nikotin pada vape jauh lebih tinggi daripada rokok konvensional.

Meski begitu, kadar nikotin vape lebih tinggi daripada rokok, yakni bisa 10 kali lipat.

Bahan berbahaya yang ada di rokok konvensional ada juga di vape, yakni Paraamino hidrokarbon, metal, dan masih banyak lagi.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan kepada seluruh negara di dunia untuk melarang anak-anak, ibu hamil, dan wanita usia produktif untuk mengisap rokok elektrik.

Baca juga: Remaja 15 Tahun Disebut Meninggal Dunia karena Vape, Kasus Kematian Termuda di AS

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Kandungan dan Bahaya Vape

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi