Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apakah Ibu Hamil yang Terinfeksi Bisa Tularkan Virus Corona ke Janinnya?

Baca di App
Lihat Foto
NataliaDeriabina
Ilustrasi ibu hamil
Penulis: Mela Arnani
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Penularan virus corona antar-manusia semakin meresahkan. Hingga Kamis (13/2/2020) pagi, tercatat 1.368 orang meninggal dunia karena virus corona.

Selain itu, lebih dari 60.000 kasus terkonfirmasi positif terjangkit virus corona, yang disebut COVID-19, dengan mayoritas ditemukan di daratan China.

Kekhawatiran terus membesar akan dampak penyebaran dan penularan virus ini.

Salah satunya, banyak yang bertanya, apakah ibu hamil yang terinfeksi bisa menularkan virus corona kepada janin yang dikandungnya?

Dilansir dari livescience, sebuah studi terbaru menunjukkan virus corona mungkin tidak menular selama kehamilan.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Namun, penelitian tersebut masih dalam lingkup kecil dan hanya melibatkan wanita hamil pada trisemester ketiga yang melahirkan melalui operasi caesar.

Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengonfirmasi temuan tersebut dan untuk melihat apakah berlaku bagi wanita hamil lainnya, seperti kehamilan trisemester pertama dan kedua.

Baca juga: Bos WHO: Kasus Virus Corona di Luar China Bisa Jadi Fenomena Gunung Es

"Kita harus terus memberikan perhatian khusus pada bayi baru lahir yang lahir dari ibu dengan COVID-19," kata seorang profesor di Rumah Sakit Zhongnan, Universitas Wuhan, Profesor Yuanzhen Zhang.

Diberitakan jurnal The Lancet, Rabu (12/2/2020), informasi mengenai seorang bayi di China yang dinyatakan positif terjangkit corona setelah 36 jam dilahirkan, belum diketahui secara jelas apakah ada penularan di dalam rahim.

Zhang mengatakan, bisa saja bayi tersebut tertular setelah lahir karena ada kontak dekat dengan orang terinfeksi.

Beberapa infeksi dapat menular dari ibu ke anak selama kehamilan, meskipun belum diketahui dengan pasti mengenai hal ini.

Patogen dapat menular ke anak melalui plasenta selama kehamilan atau melalui kontak dengan cairan tubuh selama persalinan.

Misalnya, seorang wanita hamil pengidap HIV, bayi yang baru lahir dapat terinfeksi melalui darah yang masuk ke plasenta selama kontraksi persalinan atau melalui kontak darah saat proses persalinan.

Baca juga: 8 Hari Dirawat, Begini Kondisi WNI di Singapura yang Positif Corona

Dikutip dari The Guardian, adabeberapa virus yang dapat ditularkan dari ibu ke anak melalui plasenta selama kehamilan disebut penularan vertikal.

Penularan ini memang terjadi pada rubella atau campak Jerman dan beberapa kasus di HIV. Namun, untuk penyakit pernapasan seperti virus corona masih jarang terjadi.

Profesor kedokteran di University of East Anglia, Paul Hunter mengatakan, saat wanita hamil melahirkan secara normal, bayi dapat terpapar mikroba yang ada di dalam tubuh sang ibu.

"Sejauh yang saya ketahui saat ini tidak ada bukti bahwa coronavirus baru dapat ditularkan di dalam rahim," kata Profesor Paul.

Meski demikian, jika ada bayi terinfeksi corona virus beberapa hari setelah lahir, ia belum dapat memastikan apakah bayi dapat terinfeksi di dalam rahim atau selama kehamilan.

Hunter menambahkan, satu penelitian menunjukkan bahwa virus corona (yang meliputi MERS dan SARS) lebih mungkin meningkatkan risiko keguguran daripada ditularkan di dalam rahim.

Baca juga: Melihat Proses Pembangunan Rumah Sakit Pasien Virus Corona di China

Studi terbaru

Sebuah studi baru, para peneliti menganalisis informasi dari 9 wanita yang mempunyai riwayat epidemiologis terhadap COVID-19.

Kehamilan berada di usia 36-39 minggu dan ibu hamil tersebut tengah mendapatkan perawatan di Rumah Sakit Zhongnan, Wuhan.

Saat wanita melahirkan melalui operasi caesar, dokter mengumpulkan sampel cairan ketuban, darah tali pusat, ASI, dan sampel dari tenggorokan bayi yang baru lahir.

Semua sampel tersebut diambil di ruang operasi pada saat kehamilan sehingga mereka akan mewakili kondisi di dalam rahim.

Tak ada wanita yang mengalami pneunomia parah akibat infeksi dan semua bayi yang baru lahir dalam kondisi selamat.

Apalagi, tidak ada sampel dari cairan kebutan, darah tali pusat, ASI setelah laktasi pertama, atau usap tenggorokan yang positif terkena virus.

Baca juga: Kematian akibat Virus Corona pada 12 Februari 2020 Catat Angka Tertinggi

"Temuan dari kelompok kecil kasus ini menunjukkan bahwa saat ini tidak ada bukti untuk infeksi intrauterin. Pada wanita yang mengembangkan COVID-19 pada akhir kehamilan," ujar peneliti tersebut.

Ia mengungkapkan, masih perlu dilakukan penelitian lebih jauh terhadap wanita hamil di berbagai tahap kehamilan selain yang telah dilakukan dalam penelitian ini.

Studi lanjutan terhadap wanita hamil dengan infeksi virus corona dan neonatus diperlukan untuk memastikan keamanan dan kesehatan ibu dan bayinya.

Dikutip dari The Lancet, jenis pneunomia yang disebabkan virus corona Wuhan atau COVID-19 merupakan penyakit yang sangat menular.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga telah menyatakan bahwa wabah ini menjadi darurat kesehatan global.

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Mitos dan Fakta Soal Virus Corona

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi