Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Angka Kasus Terinfeksi Virus Corona Tiba-tiba Melonjak Tinggi? Ini Penyebabnya...

Baca di App
Lihat Foto
Xinhua via SCMP
Seorang relawan komunitas mengecek suhu tubuh seorang perempuan di Paviliun Yellow Crane di Wuhan, China, pada Jumat (7/2/2020). Wabah virus corona yang mewabah di China sejak Desember 2019 dilaporkan telah membunuh 722 orang.
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com – Laporan angka kasus terinfeksi virus corona per hari ini, Kamis (13/2/2020), tiba-tiba melonjak tinggi.

Angkanya jauh lebih tinggi dibandingkan angka harian hari-hari sebelumnya.

Jmlah kasus baru yang dikonfirmasi oleh Otoritas Kesehatan di Provinsi Hubei China adalah 14.840 kasus.

Jumlah kasus baru ini hampir 10 kali lipat dari jumlah yang dilaporkan sehari sebelumnya, 1.638 kasus.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sementara, laporan angka kematian pada Rabu (12/2/2020), mencapai 242 orang. Sehari sebelumnya, angka kematian tercatat 94 orang.

Mengapa tiba-tiba ada lonjakan angka kasus baru yang sangat tinggi?

Lonjakan angka ini disebut terjadi setelah adanya perubahan dalam kriteria diagnostik. Bagaimana penjelasannya?

Perubahan cara diagnostik

Mengutip South China Morning Post, Komisi Kesehatan Hubei menyebutkan, mereka mengubah kriteria diagnostik yang digunakan untuk mengkonfirmasi kasus.

Perubahan tersebut berlaku efektif per Kamis.

“Mulai hari ini dan seterusnya, kami akan memasukkan jumlah kasus yang didiagnosis secara klinis ke dalam jumlah kasus yang dikonfirmasi sehingga pasien dapat menerima perawatan tepat waktu,” kata otoritas kesehatan setempat.

Baca juga: 44 Kasus Baru, 218 Penumpang Kapal Pesiar Diamond Princess Positif Virus Corona

Sebelumnya, pasien hanya dapat didiagnosis dengan alat tes. SCMP menuliskan, saat ini alat tes itu langka di China.

Ahli dalam Kelompok Bimbingan Sentral dan Wakil Presiden Rumah Sakit Beijing Chaoyang, Tong Zhaohui, mengatakan, langkah tersebut dilakukan berdasarkan pedoman diagnostik terbaru yang dikeluarkan Komisi Kesehatan Nasional.

Komisi Kesehatan Nasional memasukkan diagnosis klinis, penggunaan CT scan, maupun tes lain sebagai kriteria.

“Ketika dokter mendiagnosis pneumonia, mereka hanya bisa mendapatkan etimologi penyakit 20 hingga 30 persen dari waktu. Kita harus mengandalkan diagnosis klinis 70 hingga 80 persen dari waktu. Meningkatkan diagnosa kasus klinis akan membantu kita membuat penilaian tambahan terhadap penyakit ini," kata Tong kepada penyiar CCTV, TV lokal China.

Seorang ahli medis di Universitas Hong Kong, Dr Ho Pak-leung, mendukung perubahan kriteria diagnostik di Hubei.

Menurut dia, dengan metode diagnosa sebelumnya, beberapa pasien mungkin meninggal sebelum dokter dapat melakukan tes apa pun terhadapnya.

Sementara itu, mengutip dari NY Times, pejabat Provinsi Hubei memasukkan kasus infeksi yang didiagnosis menggunakan pemindaian paru sebagai pasien bergejala.

Cara ini dinilai akan memudahkan otoritas terkait untuk memutuskan bagaimana mengalokasikan sumber daya dan menentukan tindakan perawatan.

Baca juga: Kematian akibat Virus Corona pada 12 Februari 2020 Catat Angka Tertinggi

Dampak negatif perubahan cara diagnosis

Meski perubahan cara diagnosis tersebut dianggap postif oleh sejumlah pihak, akan tetapi perubahan tersebut juga menimbulkan kekhawatiran beberapa ahli.

Bebeapa ahli menilai, pemindaian paru-paru adalah cara yang tidak sempurna untuk mendiagnosis pasien.

Alasannya, pasien dengan flu musiman biasa juga bisa mengalami pneumonia ketika mereka melakukan pemindaian paru.

“Perubahan dalam diagnosis mungkin lebih sulit untuk melacak virus,” kata Dr. Peter Rabinowitz, Co-Direktur University of Washington MetaCenter untuk Kesiapsiagaan Pandemi dan Keamanan Kesehatan Global, sebagaimana dikutip dari NY Times.

"Itu menjadi sangat membingungkan sekarang jika mereka mengubah seluruh cara mereka menyaring dan mendeteksi," lanjut dia.

Perubahan kriteria dianosa merupakan hal yang wajar dalam hal penanganan penyakit baru. 

Akan tetapi, ketika kriteria diubah, para ahli berpandangan, tak masuk akal jika terus menerus membuat perbandingan angka dari minggu ke minggu.

"Kedengarannya sederhana, tapi ini sangat penting. Angka apa yang kamu hitung?" kata spesialis penyakit menular, Dr. Schaffner.

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Virus Corona, Gejala dan Cara Pencegahannya
 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi