Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Ini dalam Sejarah: Demo Besar Dunia Menentang Invasi AS ke Irak

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS/MOHAMMAD BAKIR
Sejumlah demonstran sedang beraksi di ibu kota Jordania, Amman, Jumat (28/3/2003). Mereka beraksi usai menunaikan shalat Jumat. Mereka meneriakkan kalimat-kalimat yang menghujat invasi AS ke Irak. Polisi setempat berhasil membubarkan kerumunan massa itu. Namun, ketika para polisi sempat lengah, mereka kemudian berhimpun kembali dan melanjutkan aksi demo.
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Hari ini 17 tahun lalu, tepatnya 15 Februari 2003, terjadi gelombang unjuk rasa di berbagai negara di dunia menentang serangan Amerika Serikat terhadap Irak.

Dimulai dari Sydney, Australia, demo tersebut bersambung seperti estafet ke 650 kota di sejumlah negara.

Diberitakan Harian Kompas, 17 Februari 2003, demo bersejarah itu menyuarakan "Dunia Menolak Perang! Jangan Serang Irak".

Demo anti-perang itu disebut sebagai salah satu demo demo perdamaian global terbesar dalam sejarah dan melibatkan sekitar 11,5 juta orang.

United for Peace & Justice (UPJ) selaku penyelenggara demo anti-perang itu bahkan menyebut demo itu sebagai yang terbesar di dunia.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

UPJ adalah koalisi dari sekitar 200 kelompok pencinta damai dunia, yang menggalang berbagai organisasi di AS dan dunia untuk mengorganisasi jaringan penentangan perang atas Irak.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Gunung Kelud Meletus, Lumpuhkan Sejumlah Kota

Demo di penjuru dunia

Di Sydney, aksi unjuk rasa itu dikatakan sebagai yang terbesar di Australia setelah Perang Vietnam.

Sementara di Berlin, demo tersebut disebut sebagai yang terbesar di Jerman sejak Perang Dunia II.

Bahkan, di Israel pun sekitar 3.000 orang Yahudi dan Arab melakukan aksi protes di Tel Aviv.

Di Afrika Selatan, ribuan demonstran, termasuk anggota kabinet pemerintahan memadati jalanan di Cape Town.

Protes dilakukan pula di Hollywood-diikuti warga dan bintang film. Protes di sana dipimpin aktor Martin Sheen.

"Tolak Perang atas Irak" dan "Tidak ada tetesan darah demi minyak" adalah bunyi spanduk dalam demonstrasi itu, yang dihadiri oleh 254.000 demonstran di Sunset Boulevard, Hollywood.

Di New York, peraih Nobel Perdamaian Uskup Desmond Tutu berpidato di depan massa. "Anda tidak akan pernah bisa meraih kedamaian yang sejati dengan kekuatan senjata."

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Meteorit Sikhote-Alin Jatuh di Siberia, Rusia

Sambutan Irak

Harian Kompas, 17 Februari 2003 memberitakan, Irak menyambut gembira aksi demo di dunia yang menentang serangan AS ke Irak.

Demo tersebut menandakan kemenangan Irak serta kekalahan dan terpojoknya AS.

Media Irak pun melaporkan berita besar itu dengan judul berita utama "Dunia Berkata dengan Satu Suara: Jangan Serang Irak", seperti yang ditulis surat kabar al-Jumhuriyyah.

Televisi Irak menayangkan rekaman gambar jutaan orang yang berpawai di berbagi kota dunia, di bawah satu logo, "Hari Internasional Menentang Agresi".

Aksi demo juga digelar di Irak. Banyak di antara demonstran membawa foto Saddam Hussein dan menyatakan kesetiannya pada Presiden Irak itu.

Serangan AS ke Irak

Diketahui AS dan Inggris menuduh Irak telah menyembunyikan senjata pemusnah massal.

Penggunaan senjata pemusnah massal sendiri telah dilarang oleh PBB yang dikeluarkan di akhir Perang Teluk 1991.

Kendati demikian, banyak pihak menganggap bahwa niat AS untuk menyerang Irak adalah demi kepentingan pengamanan pasokan minyak dari Timur Tengah.

Pada akhirnya, AS tetap melancarkan serangannya ke Irak pada 19 Maret 2003. Kurang dari sebulan, tank-tank AS telah memasuki Baghdad.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Whitney Houston Meninggal Dunia karena Tenggelam di Bak Mandi

Perang itu pun berakhir dengan kemenangan di pihak AS dan diumumkan langsung oleh Presiden Bush dari atas kapal induk di lepas pantai California dengan mengatakan, "Misi tercapai".

Di pihak Irak, kekalahan itu menandakan runtuhnya kekuasaan Saddam Hussein yang kemudian dieksekusi mati pada 2006.

Hingga saat ini, tuduhan AS mengenai senjata pemusnah massal tak pernah terbukti.

Amerika Serikat yang dianggap sebagai "juru selamat" setelah mengambil alih pemerintahan pasca-kudeta, tak mampu membawa Irak ke arah yang lebih baik.

Bahkan, Irak terjerumus dalam perang saudara berkepanjangan akibat politik sektarian antara Sunni dan Syiah.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi