Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Puji China Tangani Virus Corona, Netralitas WHO Dipertanyakan

Baca di App
Lihat Foto
AFP/FABRICE COFFRINI
Sekretaris Jenderal Badan Kesehatan Dunia (WHO) Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam konferensi pers di Jenewa pada 30 Januari 2020. Tedros mengumumkan status darurat dunia atas virus corona yang hingga saat ini, sudah membunuh 212 orang di China.
|
Editor: Virdita Rizki Ratriani

KOMPAS.com - Direktur Jenderal Badan Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus, menyampaikan pujiannya kepada China atas upaya-upaya dalam menghadapi wabah virus corona.

"Kami mengapresiasi keseriusan China dalam mengatasi wabah ini, terutama komitmen dari para pemimpin dan transparansi yang ditunjukkan," kata Tedros sebagaimana dikutip dalam sejumlah media China.

Melansir CNN, pujian WHO atas tindakan China dalam menangani wabah memunculkan sejumlah pertanyaan tentang hubungan kedua entitas tersebut.

Sebab, selama ini WHO mengandalkan dana dan kerja sama dari para anggotanya untuk dapat beroperasi.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kondisi ini memberikan kesempatan bagi negara-negara kaya seperti China untuk memiliki pengaruh yang cukup besar.

Salah satu contoh yang disebut adalah keberhasilan China atas WHO untuk memblokir akses ke Taiwan, sebuah kondisi yang dapat menyebabkan dampak nyata bagi orang-orang Taiwan jika virus ada di sana.

Menteri Luar Negeri China tidak merespons pertanyaan terkait hubungan Beijing dengan WHO. 

"Saya tahu ada banyak tekanan di WHO saat kami mengapresiasi tindakan China. Namun, karena adanya tekanan tersebut, kami harus mengatakan kebenaran," kata Tedros

"Kami memberikan apresiasi atas hal-hal yang dilakukan sesuai standar yang ada dan mari menunjukkan solidaritas sebagai sebuah kesatuan dunia dari apa yang telah dilakukan China," tambahnya.

Baca juga: WHO Takjub Indonesia Gerak Cepat Minimalisir Penyebaran Virus Corona

Antara Politik dan Kesehatan

WHO didirikan pada tahun 1948 di bawah naungan PBB. Badan ini diberikan mandat untuk mengoordinasikan kebijakan kesehatan internasional, terutama pada penyakit menular.

Setelah itu, WHO pun berhasil memperoleh kesuksesan dalam mengatasi sejumlah penyakit seperti cacar dan penurunan kasus polio sebesar 99 persen, kasus penyakit kronis hingga menangani penggunaan tembakau.

Akan tetapi, dalam sejarah keberadannya, WHO seringkali menuai kritik, mulai dari terlalu birokratis hingga terlalu bergantung pada donasi besar atau terpengaruh kondisi politik.

Pada 2017 lalu, politisi Ethiopia, Tedros, menjadi Direktur Jenderal WHO dan menjanjikan reformasi besar. Ia merupakan orang Afrika pertama yang menjabat posisi tersebut. 

Tedros mengambil alih posisi tersebut setelah respons WHO yang dianggap buruk saat epidemi ebola tahun 2013-2016 di Afrika Barat. 

Baca juga: WHO Jamin Kesehatan 285 WNI yang Selesai Diobservasi di Natuna

Berdasarkan salah satu penilaian akademis, disebutkan bahwa WHO membutuhkan waktu lima bulan untuk mendeklarasikan ebola sebagai darurat kesehatan publik.

Waktu yang lama ini dinilai berkontribusi terhadap skala wabah besar yang tidak diprediksi sebelumnya.

Pada laporan tahun 2014, mantan konsultan WHO, Charles Clift menuliskan bahwa kebanyakan pengamat, termasuk orang-orang di dalam organisasi, setuju bahwa organisasi tersebut terlalu politis, birokratis, dan didominasi oleh staf medis yang mencari solusi medis atas masalah-masalah sosial dan ekonomi. 

"WHO adalah agen teknis dan badan pembuat kebijakan. Instruksi berlebihan dari pertimbangan politik dalam kerja teknis WHO dapat merusak otoritas dan kredibilitasnya sebagai pembawa standar kesehatan," tulis Clift. 

Tidak seperti organisasi kesehatan lain, WHO biasanya tidak memiliki timnya sendiri untuk mengumpulkan informasi lapangan. Badan ini bergantung pada data yang disediakan oleh negara-negara anggota yang disaring oleh badan regional.

Baca juga: Indonesia Negatif Virus Corona, Ini Kata WHO Indonesia

Terjebak di tengah

Terlepas dari isu keuangan, WHO juga secara langsung dikontrol oleh negara-negara anggotanya, yang mencalonkan, dan memilih Direktur Jenderal serta menetapkan agendanya.

Kondisi ini berarti bahwa WHO tidak mampu secara politik ataupun finansial, untuk menentang negara-negara seperti AS atau China, yang memiliki pengaruh sangat besar terhadap negara lain.

"Jika Tedros ingin WHO tetap memperoleh informasi tentang apa yang tengah terjadi di China dan mempengaruhi bagaimana negara menangani epidemi, ia tidak mampu menantang pemerintah China yang terkenal sensitif. Meskipun jelas negara tersebut kurang transparan akan wabah itu," tulis Kai Kupferschmidt dalam sebuah jurnal Sains.

Sebaliknya, jika Tedros melakukannya, diprediksi muncul kritik bagi WHO karena menyerang China di saat krisis yang terjadi saat ini.

Profesor dari Hong Kong University Journalism and Media Studies Center sekaligus mantan konsultan WHO, Thomas Abraham, menyimpulkan bahwa WHO dan China sama-sama terjebak di dalam situasi ini. 

Baca juga: Kembali dari Natuna, Pasangan Ini Ingin Anaknya Tetap Melanjutkan Kuliah di China

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi