Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah WNI yang Dikarantina di Natuna dan Kenangan Hari-hari yang Berkesan...

Baca di App
Lihat Foto
Fadil
Beberapa WNI yang dikarantina di Natuna saat melakukan makan bersama.
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Seorang mahasiswa Indonesia yang dipulangkan dari Wuhan, China, setelah wabah virus corona, menceritakan pengalamannya ketika menjalani karantina di Pulau Natuna.

Seperti diberitakan, pada 1 Februari 2020, pemerintah memulangkan lebih dari 200 orang WNI yang berada di Wuhan ke Tanah Air.

Mereka yang dipulangkan ini menjalani karantina selama 14 hari untuk memastikan tak terinfeksi virus corona.

Fadil, mahasiswa Indonesia yang menempuh studi di Central China Normal University-Wuhan, menceritakan kisahnya pada masa karantina.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga asal Aceh Utara ini, mengungkapkan, ia bersama 237 WNI lain mendapatkan fasilitas dan pelayanan yang baik.

"Fasilitas yang kita minta, semua diberikan, contohnya kan kita nyuci pakaian kotor pakai tangan, lalu kita minta mesin cuci akhirnya dibeliin mesin cuci," kata Fadil kepada Kompas.com, Minggu (16/2/2020).

Baca juga: Warga Eksodus Tinggalkan Natuna, Ini Penjelasan Ketum IDI tentang Penyebaran Virus Corona

Para WNI yang menjalani masa karantina juga disediakan berbagai fasilitas hiburan seperti televisi dan perangkat karaoke.

Pelayanan yang baik, kata dia, juga diberikan petugas TNI dan petugas kesehatan yang mendampingi.

Rangkaian kegiatan

Fadil menjelaskan, setiap harinya ia bersama WNI lain memulai rangkaian kegiatan karantina pada pukul 05.00 setiap paginya.

Bagi yang beragama Islam, pada waktu tersebut dimulai dengan Shalat Subuh secara berjamaah.

Setelah itu dilanjutkan dengan melakukan pembersihan masing-masing tenda seperti menyapu, mengepel, dan membersihkan meja makan.

Adapun tenda yang disediakan, kata Fadil, berjumlah 20 tenda. Satu tenda digunakan untuk 20 orang.

"Selesai itu, dilanjutkan dengan senam pagi hingga jam 7 pagi, lalu kami lanjut sarapan pagi kemudian bebas agendanya hingga jam 10 pagi," kisah Fadil.

Pada pukul 10.00 pagi, biasanya petugas kesehatan melakukan pengecekan suhu tubuh.

Kemudian, dilanjutkan dengan makan siang yang dimulai pada pukul 12.00. Sore hari, sekitar pukul 15.30 atau selesai shalat ashar, digelar senam sore.

"Pas malam biasanya jam 8, itu ada sesi sharing seperti pemutaran video profil dari TNI, Kemenkes, dan sejarah karantina," ungkap Fadil.

Ia mengatakan, pada pukul 22.00, semua aktivitas dihentikan dan disarankan untuk beristirahat oleh pihak TNI.

Baca juga: Pelukan Erat dan Tangis Rusdiana Sambut Anaknya Usai Dikarantina di Natuna

Asupan makanan

Dalam hal asupan makanan, menurut Fadil, kecukupan gizi warga yang dikarantina sangat diperhatikan.

"Makanan yang diberikan itu sehari 3 kali, sarapan, makan siang, makan malam. Lalu diberikan juga snack sebanyak 3 kali juga," kata dia.

Semua masakan tersebut, lanjut Fadil, dimasak oleh para prajurit TNI.

Makanan yang disajikan juga melalui proses pemeriksaan kelayakan oleh pihak Kementerian Kesehatan.

Menurut Fadil, hari-hari yang dijalaninya saat karantina sangat berkesan.

"Awalnya biasa aja kan. Karena belum terstruktur kegiatannya, emosionalnya belum terlalu dekat. Tapi seiring berjalannya waktu, saya rasa semua hari saat dikarantina itu berkesan, karena kita makan bareng, kumpul bareng juga," kata Fadil.

Setelah melalui masa karantina ini, Fadil menyatakan keinginannya berada di kampung halamannya, Aceh, sementara waktu.

Hingga saat ini, ia masih menunggu konfirmasi dari kampusnya.

"Untuk aktivitas kelas, kami sudah mulai beberapa kelas online. Jadi kelas tetap jalan tapi via online. Saya kan S-3 jadi kelasnya kan juga tidak terlalu banyak juga," ujar Fadil.

Baca juga: 5 WNI Asal Riau Pulang dari Karantina Natuna Disambut Gubernur, Kini Berkumpul dengan Keluarga

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi