Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seberapa Efektif Termometer Tembak Mendeteksi Suhu Orang dengan Virus Corona?

Baca di App
Lihat Foto
Xinhua via SCMP
Seorang relawan komunitas mengecek suhu tubuh seorang perempuan di Paviliun Yellow Crane di Wuhan, China, pada Jumat (7/2/2020). Wabah virus corona yang mewabah di China sejak Desember 2019 dilaporkan telah membunuh 722 orang.
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com – Beberapa ahli meragukan pemeriksaan suhu menggunakan termometer model tembak efektif untuk mengetahui seseorang memiliki virus corona atau tidak.

Pengunaan termometer yang dilakukan dengan didekatkan ke kepala itu dinilai tidak dapat diandalkan.

Padahal alat dengan sensor inframerah tersebut banyak digunakan untuk melakukan pemeriksaan suhu di banyak tempat.

“Perangkat ini terkenal tak akurat dan tak dapat diandalkan,” ujar Dr James Lawler seorang ahli medis di Pusat Global untuk Keamanan Kesehatan Universitas Nebraska sebagaimana dikutip dari The New York Times.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Termometer tersebut bekerja menentukan suhu seseorang dengan mengukur panas yang berasal dari permukaan tubuh seseorang.

Namun, Lawler menyebut kerap kali mereka yang memegang alat tersebut memegangnya terlalu jauh dengan dahi subyek. Akibatnya hasil pembacaan suhu bisa lebih rendah.

Atau ketika seseorang memegang alat tersebut terlalu dekat, pembacaannya akan jauh lebih tinggi dari suhu sebenarnya.

Baca juga: 3 Minggu Dirawat karena Virus Corona, Pasien Sembuh: Saya Pikir Saya Mengetuk Pintu Neraka

Banyak aspek memengaruhi

Pengukuran dengan alat ini juga sangat tergantung dengan kondisi lingkungan seperti pinggiran jalan yang berdebu. Berpengaruh juga saat seseorang telah minum obat penurun deman.

Lawler mengatakan, saat tengah bepergian ke Afrika Barat saat musim wabah Ebola, ia telah berkali-kali dites menggunakan alat tersebut selama pemeriksaan di pos pinggiran jalan.

Hasilnya suhunya sangat rendah. Hasil pemeriksaan sering menunjukkan ia tengah kedinginan dengan suhu 35 derajat, bahkan kurang.

Padahal, ia merasa baik-baik saja.

"Jadi aku tidak yakin alat itu akurat." ujarnya.

WHO sendiri bulan lalu menyatakan bahwa pemeriksaan suhu mampu mengurangi risiko penyebaran virus corona. 

Akan tetapi, orang-orang di media sosial China yang telah melewati pos penjagaan, banyak yang mengeluhkan termometer tersebut.

Menurut mereka termometer tersebut kadang menghasilkan bacaan rendah yang tidak realistis dan bacaan tinggi saat situasi tertentu.

Seperti ketika seorang pelancong yang dites padahal ia baru saja keluar dari dalam mobil yang panas.

"Anda tahu termometer tembak tidak akurat. Tetapi tidak ada yang mengatakan apa-apa karena itu bagian dari proses," tulis seorang di Weibo, layanan media sosial China, setelah ia dites.

Baca juga: Cegah Virus Corona, Kebaktian di Beberapa Gereja Singapura Dilakukan Online

Aktivitas tubuh

Ketika pemeriksaan dengan termometer tembak menunjukkan suhu tinggi juga belum dapat memastikan orang itu sakit, apalagi tengah membawa virus.

"Mereka bisa saja berolahraga, mereka bisa menggunakan obat-obatan tertentu," kata Jim Seffrin, seorang ahli perangkat inframerah di Infraspection Institute di New Jersey.

Ia juga mencontohkan seseorang yang telah mencoba untuk mengejar penerbangan di bandara di mana mereka terlambat mungkin baru saja berlari sehingga suhu tubuhnya bisa saja meningkat.

Sementara itu, untuk menghindari ketidakakuratan pengukuran suhu, AS telah melakukan karantina wajib hingga dua minggu bagi siapapun yang pernah ke Hubei, China.

Tetapi di sisi lain China menggantungkan diri pada pemeriksan suhu harian dalam menghadapi virus.

Mo Yingchun, seorang manajer umum di pabrik termometer tembak Alicn Medical di Shenzhen, China mengatakan bahwa dia sepakat bahwa termometer inframerah tak dapat diandalkan.

Ia bahkan mengatakan termometer perusahaannya biasanya digunakan untuk memeriksa suhu bayi dalam ruangan.

"Senjata termometer hanya digunakan untuk penyaringan cepat dan tidak seakurat termometer tradisional," kata Mo.

Baca juga: Puji China Tangani Virus Corona, Netralitas WHO Dipertanyakan

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi