Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rajin Olahraga tapi Bisa Kena Serangan Jantung? Ini Penjelasannya...

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock.com
Serangan jantung kadang terjadi pada orang yang rajin berolahraga, mengapa?
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Meninggalnya aktor berkewarganegraan Malaysia, Ashraf Sinclair Senin (18/2/2020) pagi mengejutkan banyak pihak.

Pasalnya, serangan jantung yang menyebabkan suami dari Bunga Citra Lestari meninggal itu di luar dugaan. Apalagi melihat sosok Ashraf yang dikenal gemar berolahraga dan dinilai memiliki gaya hidup sehat.

Misalnya Ashraf yang kerap membagikan potretnya mengunjungi studio gym, berenang, dan golf, melalui akun Instagramnya @ashrafsinclair.

Lalu mengapa orang yang dikenal kerap berolahraga dan beraktivitas fisik masih dapat terkena serangan jantung?

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Penjelasan Serangan Jantung Mulai Banyak Menyerang Usia Muda

Pre-participation screening

Menjawab pertanyaan tersebut, Kompas.com menghubungi Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah di RS Pusat Jantung Harapan Kita, Prof. Dr. dr. Yoga Yuniadi Harkit, Sp.JP(K).

Menurut dr. Yoga, salah satu hal yang bisa saja menjadi penyebab mengapa seorang yang rajin berolahraga mengalami serangan jantung fatal adalah kelalaian mereka melakukan pre-participation screening.

"Sebetulnya gini, karena mereka sebelumnya tidak melakukan Pre-participation screening, jadi screening kesehatan sebelum melakukan aktivitas fisik olahraga atau kompetisi olahraga," kata dr. Yoga, Selasa (18/2/2020) siang.

"Itu penting untuk dilakukan, karena kita merasa sehat dengan rajin olahraga itu kan belum tentu kita sehat dalam konteks yang sebenarnya," lanjutnya.

Dalam pemeriksaan awal itu, banyak hal akan dilakukan, salah satunya mengecek kesehatan jantung melalui elektrokardiogram (EKG).

Yoga menyebut, apabila kondisi tidak sehat namun dipaksakan tetap melakukan aktivitas olahraga justru bisa memicu akibat yang fatal.

"Kalau dia selama ini status kesehatannya critical, kemudian dibawa olahraga seperti itu, bisa memicu serangan (jantung)," ucap dia.

Apalagi menurutnya, seringkali penyakit jantung dimiliki seseorang tanpa terdeteksi sejak awal.

"Pada dasarnya mereka tidak tahu bahwa sebetulnya mereka sudah punya penyakit jantung yang tidak terdeteksi sebelumnya," ujarnya.

Karena itu Yoga menyarankan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan menyeluruh jika dinilai rentan terkena penyakit jantung. 

Baca juga: Media Malaysia Juga Ramai Beritakan Meninggalnya Suami BCL, Ashraf Sinclair

Riwayat keluarga dan gaya hidup

Ia menjelaskan, salah satu faktor risiko terkena penyakit jantung adalah adanya riwayat keluarga yang menderita sakit serupa. Namun, itu bukan satu-satunya indikator.

"Karena kan keturunan hanya salah satu faktor risiko, ada faktor risiko lain yaitu kolesterol, hipertensi, diabetes, merokok. Orang juga semakin dimudahkan mengonsumsi fast food," jelas dr. Yoga.

Selain itu, aktivitas masyarakat saat ini juga sudah meminimalisir gerakan fisik. Teknologi membuat banyak aspek berubah sehingga tidak menuntut kerja fisik yang cukup banyak.

Misalnya bepergian menggunakan kendaraan bermotor dan jarang berjalan kaki, atau bekerja lebih banyak di dalam ruangan. 

Faktor lainnya yang memicu risiko penyakit jantung adalah kelebihan berat badan atau obesitas. Dokter Yoga menyebut, bagian perut yang besar dari laki-laki pemicu penyakit jantung koroner.

Namun hal itu bukan berarti seseorang dengan badan kurus tidak punya risiko terkena serangan jantung.

"Bisa saja badannya kurus tapi kolesterolnya tinggi, bisa jadi ada hipertensi, bisa jadi kurus karena diabetes," jelas dr. Yoga.

Baca juga: Mengenal Morning Surge, Kenapa Serangan Jantung Banyak Terjadi di Pagi Hari?

Menurut dr. Yoga, 30-50 persen kematian yang diakibatkan oleh serangan jantung terjadi secara mendadak. Untuk orang-orang yang gemar berolahraga, kejadian ini banyak terjadi pada pesepeda.

"Sebetulnya, lari, tenis juga termasuk banyak. Tetapi yang secara statistik sih paling bayak pesepeda," kata dia.

Untuk itu, penting bagi setiap orang untuk melakukan pre-participation screening sebelum menggeluti satu olahraga tertentu secara rutin.

Itu penting untuk mengetahui kondisi badan kita secara menyeluruh sebelum memaksanya melakukan aktivitas yang mungkin sebenarnya mengancam keselamatan, karena porsi bebannya tidak sesuai dengan kemampuan tubuh.

"Sebetulnya awal berolahraga itu harus dilakukan, selanjutnya apakah harus menjadi rutin itu tergantung dari hasil pemeriksaan awal itu," pungkasnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi