Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Ini dalam Sejarah: Terbunuhnya Malcolm X, Tokoh Nasionalis Afro-Amerika

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock
Malcolm X
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Hari ini 55 tahun yang lalu, tepatnya 21 Februari 1965, seorang nasionalis Afrika-Amerika dan pemimpin agama Malcolm X, dibunuh oleh pesaingnya.

Malcolm dibunuh oleh pesaingnya, Black Muslim, saat berpidato di depan Organisasi Persatuan Afro-Amerika di Audobun Ballroom, Washington.

Dikutip dari History, Malcolm merupakan putra dari James Earl Little, seorang pendeta Baptis yang memperjuangkan cita-cita nasionalisme kulit hitam Marcus Garvey.

Ancaman dari Ku Klux Klan memaksa keluarga kecilnya pindah ke Lansing, Michigan. Meski demikian, ayahnya masih terus melontarkan khotbah-khotbah kontroversial.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Astronot AS John Glenn Jalankan Misi Terbangkan Friendship 7

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pada 1925, ayah Malcolm dibunuh secara brutal oleh supremasi kulit putih Black Legion.

Namun, otoritas Michigan menolak untuk menuntut kelompok tersebut bertanggung jawab atas pembunuhan itu.

Sepeninggal ayahnya, Malcolm keluar dari sekolah dan pindah ke Boston. Di tempat itulah ia banyak terlibat dalam kegiatan kriminal.

Pada usia 21 tahun, Malcolm dijebloskan ke dalam penjara atas tuduhan aksi pencurian.

Gunakan nama Malcolm X

 

Awal penggembaraan Malcolm dimulai setelah mengenal ajaran Elijah Muhammad, pemimpin Nation of Islam yang anggotanya dikenal sebagai Black Muslim, di penjara itu.

Ajaran Nation of Islam menganjurkan adanya nasionalisme kulit hitam dan separatisme rasial, serta orang Amerika keturunan Eropa.

Malcolm pun mendapat pengaruh kuat dari ajaran itu. Ia kemudian menggunakan nama belakang X untuk melambangkan identitas Afrikanya yang telah dicuri.

Setelah enam tahun mendekam di penjara, Malcolm akhirnya dibebaskan pada 1952.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Schroeder, Pasien Pertama Penerima Jantung Buatan Keluar RS

Tak butuh waktu lama, ia kemudian diangkat menjadi menteri Nation of Islam di Harlem, New York.

Berbeda dari pejuang hak sipil lainnya, Martin Luther King, Jr., Malcolm X menganjurkan pembelaan diri dan pembebasan orang Afro-Amerika dengan segala cara.

Orang-orang komunitas Afro-Amerika di New York dan seluruh negeri banyak yang mengaguminya sebagai orator ulung.

Di awal 1960-an, Malcom mulai mengembangkan ideologi yang lebih lantang dibandingkan ajaran Elijah Muhammad yang dinilainya tak cukup mendukung gerakan hak-hak sipil.

Ketenaran Malcom justru menimbulkan kekhawatiran bagi Elijah Muhammad.

Malcolm pun diberhentikan dari jabatannya di Nation of Islam.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: 17 Februari 1876, Pertama Kali Sarden Dikemas dalam Kaleng

Beberapa bulan kemudian, Malcolm secara resmi keluar dari organisasi itu dan pergi berhaji.

Sepulang dari haji dengan nama barunya El-Hajj Malik Shabazz, Malcolm mendirikan Organisasi Persatuan Afro-Amerika dan menentang rasisme.

Gerakan itu kemudian terus berkembang dan mendapat banyak pengikut.

Ideologinya yang lebih moderat menjadi semakin berpengaruh dalam gerakan hak-hak sipil. Oleh karena itu, Malcolm mulai banyak mendapat ancaman dari Nation of Islam.

Puncaknya, saat Malcolm mempersiapkan pidatonya di depan 400 orang pengikutnya, tiba-tiba muncul seorang pria dan berteriak kepadanya "Hei Negro, menyingkirlah dari kehidupanku".

Saat hendak mengusir pria itu, muncul beberapa orang lain dari kerumunan massa dengan senjata mesin otomatis dan menembaki Malcolm.

Malcolm sempat dibawa ke rumah sakit, tetapi nyawanya tak terselamatkan setelah mendapat 21 tembakan di sekujur tubuhnya.

Pada Maret 1966, ketiga pelaku penembakan kemudian dinyatakan bersalah dan dijatuhi hukuman penjara seumur hidup.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Dibukanya Makam Raja Tutankhamen di Mesir

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi