KOMPAS.com - Kegiatan susur sungai yang dilakukan oleh Pramuka SMPN 1 Turi, Sleman, Yogyakarta, Jumat (21/2/2020) memakan korban meninggal dunia sebanyak 9 siswa.
Padahal, apabila dilakukan dengan persiapan yang matang dan mengutamakan keselamatan, susur sungai memiliki banyak manfaat.
Mantan Ketua Divisi Arung Jeram Mahasiswa Pencinta Alam Universitas Gadjah Mada (Mapagama) M. Hari Subarkah menjelaskan, susur sungai adalah kegiatan mengenalkan ekologi sungai.
Terdiri dari pengenalan arus air, komponen yang ada di sungai, bentukan sungai, lingkungan sekitar sungai, badan sungai baik itu lingkungan pertanian, hutan, mata air dan sebagainya.
"Susur sungai melatih seseorang untuk memahami jenis bahaya yang ada di sungai dan kegiatan melatih ketahanan fisik," kata Barkah saat dihubungi Kompas.com Sabtu (22/2/2020).
Ekologi sungai menurut Barkah, bisa bermacam-macam tergantung lokasinya apakah di pinggir hutan, kawasan pertanian atau perkotaan, ekologinya berbeda-beda.
Tingkatan susur sungai
Meskipun demikian, kegiatan susur sungai memiliki kriteria tertentu. Tergantung dengan usia peserta, lebar sungai dan tujuan susur sungai.
Untuk siswa SD-SMP menurut Barkah hanya sebatas dikenalkan lewat sungai kecil dengan lebar satu meter hingga dua meter.
Selanjutnya apabila peserta susur sungai tingkat SMA atau mahasiwa di mapala bisa dikenalkan bahaya sungai, acara menyeberangi sungai dan menyelamatkan diri di sungai.
"Itu pun susur sungai untuk sungai kecil bukan sungai besar, kalau sungai besar itu sudah masuk petualangan dan untuk yang sudah mahir. Sungai sempor saya pribadi itu tingkatnya sudah besar," jelas pria yang pernah aktif di Federasi Arung Jeram Indonesia (FAJI) itu.
Persiapan
Mengenai persiapan susur sungai, Barkah menilai tergantung materi yang akan diberikan. Namun menurutnya lazimnya susur sungai yang harus utama dilakukan melihat kondisi cuaca.
Apabila dilakukan pada musim hujan harus sangat cermat dan hati-hati melihat cuaca terutama di hulu.
Sebab banjir tidak hanya terjadi di bagian tengah dan pinggir. Meskipun di bagian tengah dan bawah tidak hujan, namun juga bisa terjadi banjir jika hujan terjadi dari hulu.
"Pengamatan cuaca harus diperhatikan, termasuk sejarah banjir yang tinggi dan membahayakan yang boleh melakukan hanya yang sudah usia matang paling tidak punya ilmu dasarnya," katanya.
Baca juga: Tujuh Siswa SMPN 1 Turi yang Tewas Terbawa Arus Saat Susur Sungai Sudah Teridentifikasi
Memahami kondisi sungai
Selain itu yang juga tak kalah penting adalah mengetahui sejarah dan karakter sungai. Hal itu bisa diketahui dengan wawancara penduduk sekitar yang paham dengan karakter sungai.
Termasuk apabila banjir berapa tinggi, material apa saja yang dibawa.
"Apakah materi banjir membawa pasir, lumpur air, kayu sampah dan sebagainya. Sejarah dan pengetahuan itu harus didapat dari masyarakat sekitar," paparnya.
Dari cerita masyarakat nantinya akan diidentifiasi titik yang berbahaya. Apakah itu belokan, cekungan, kedung bagian yang dalam, growongan atau undercut.
"Ada survey awal tergantung materi yang akan diajarkan. Bisa dua hingga tiga kali," paparnya.
Barkah juga berpesan, skenario keamanan berkegiatan di alam bebas menjadi yang utama. Yaitu chek poin apabila terjadi kecelakaan dan lokasi evakuasi.
"Prinsipnya kegiatan yang berisiko, safety first jadi prirottas utama namanya kegiatan di alam bebas punya risiko," pesannya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.