Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat China Berencana Hentikan Perdagangan Satwa Liar akibat Virus Corona...

Baca di App
Lihat Foto
REUTERS/THOMAS PETER
Staf medis dengan pakaian lengkap berjalan di pos pemeriksaan zona eksklusi Jembatan Sungai Yangtze di Jiujiang, Provinsi Hubei, pada 1 Februari 2020 di tengah merebaknya virus corona.
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Badan pembuat hukum di China merencanakan memperketat aturan perdagangan satwa liar setelah wabah virus corona.

Wabah yang telah menewaskan lebih dari 2.000 orang ini diyakini dimulai dari pasar hewan di Wuhan, China. Berbagai jenis hewan diperjualbelikan di sana.

Wabah SARS 2002 juga diduga bermula dari pasar hewan liar.

Bahkan memakan daging liar dianggap sebagai sumber virus Ebola di Afrika.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sebelumnya pada Januari, pemerintah menghentikan sementara jual beli hewan liar.

Padahal biasanya hewan liar bebas dijadikan makanan, obat-obatan tradisional China, dan lain-lain.

Baca juga: Terulang, Dokter Senior di Wuhan, Liu Zhiming Meninggal Dunia akibat Virus Corona

Larangan makan daging liar

Dilansir Nature (22/2/2020), Para ilmuwan berspekulasi bahwa aturan yang akan ditetapkan termasuk larangan makan daging liar.

Ilmuwan konservasi berspekulasi komite akan melarang makan hewan liar, seperti ular dan kelelawar.

Tapi apakah itu akan meluas ke hewan yang diternakkan, seperti rusa sika, belumlah jelas.

Para peneliti tidak berpikir bahwa satwa liar yang digunakan bulunya dan digunakan untuk obat akan terpengaruh.

Beberapa peneliti menginginkan larangan total terhadap perdagangan satwa liar, tanpa pengecualian.

Sedangkan yang lain mengatakan perdagangan beberapa hewan mungkin dilanjutkan. Mengingat ada orang-orang yang bergantung padanya untuk mata pencaharian mereka.

Baca juga: Mewabah di Puluhan Negara, Ini Mitos dan Fakta soal Virus Corona

Kerugian yang mungkin terjadi

Menurut Masyarakat Pengusaha dan Ekologi nirlaba di Beijing, pelarangan konsumsi daging liar dapat merugikan ekonomi China 50 miliar yuan atau setara Rp 97,8 triliun.

Selain itu juga dapat menghentikan 1 juta orang dari pekerjaan mereka.

Dilansir dari SCMP, perdagangan satwa liar diperkirakan sebagai bisnis yang menjanjikan di China. Keuntungannya hingga 52 miliar yuan atau setara Rp 1, 019 triliun.

Mempekerjakan lebih dari 14 juta orang dan membiakkan berbagai spesies eksotis. Mulai dari puyuh, burung unta, ular, buaya, dan musang.

Peternak katak China tidak setuju dengan adanya rencana larangan perdagangan satwa liar.

Sedangkan kepastian mengenai aturan tersebut rencananya akan diumumkan Senin depan.

Baca juga: 6 Hal yang Perlu Diketahui soal Virus Corona, Apa Saja?

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Mitos dan Fakta Soal Virus Corona

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi