Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kilas Timur Tengah Sepekan, dari Kasus Corona di Iran hingga Ancaman Erdogan

Baca di App
Lihat Foto
WATAN YAR
Tentara Afghanistan menjadi titik pemeriksaan di Helmand, Afghanistan, 22 Februari 2020. Presiden Afghanistan Ashraf Ghani mengatakan pada 21 Februari, bahwa pengurangan kekerasan tujuh hari yang dijanjikan oleh Taliban akan menentukan langkah pemerintah selanjutnya dalam proses perdamaian Afghanistan. EPA-EFE/WATAN YAR
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Timur Tengah, sebuah kawasan dengan cadangan minyak bumi terbesar di dunia, tak pernah luput dari perhatian dunia.

Selain menyajikan kekayaan sumber daya alam dan sejarah masa lalu, Timur Tengah berada dalam pusaran konflik memilukan.

Ibarat benang kusut, konflik di Timur Tengah tak kunjung menemui jalan damai. Terlebih banyaknya negara asing juga terlibat di dalamnya.

Baca juga: Soal Rencana Trump, Warga Gaza: Palestina Not For Sale!

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berikut peristiwa-peristiwa penting yang terjadi di kawasan Timur Tengah dalam sepekan:

1. Rencana Damai di Afghanistan

Jalan panjang konflik di Afghanistan mulai menemui titik damai setelah AS menyatakan masa "pengurangan kekerasan" dengan Taliban selama tujuh hari.

Melalui Menteri Luar Negerinya Mike Pompeo, AS akan bersiap menandatangani kesepakatan fase pertama pada 29 Februari, dikutip dari pemberitaan Kompas.com (22/2/2020).

Kesepakatan itu akan menjadi momen bersejarah bagi Afghanistan setelah terlibat konflik bersaudara selama kurang lebih dua dekade.

Sementara itu, kelompok pemberontak Afghanistan mengatakan, mereka akan menciptakan situasi keamanan jelang penandatanganan itu.

Mereka berharap bahwa penandatanganan tersebut akan membawa perdamaian bagi Afghanistan yang dimulai dari penarikan seluruh pasukan asing.

Baca juga: Potret al-Hol, Kamp Pengungsian ISIS di Suriah

2. Pemilihan Parlemen Iran

Pada Jumat (21/2/2020), rakyat Iran memberikan suaranya dalam pemilihan parlemen.

Pemilihan parlemen ke-11 sejak Revolusi Islam 1979 itu berlangsung di tengah embargo ekonomi AS atas Iran.

Dilansir dari AFP (22/2/2020), televisi pemerintah menunjukkan pemimpin tertinggi Iran Ayatullah Ali Khamenei memberikan suara pertama di Teheran.

Khamenei meminta semua warga Iran mengambil bagian dalam pemilihan sesegera mungkin untuk menjamin kepentingan nasional negara.

Sekitar setengah dari 16.033 calon akan memperebutkan 290 kursi untuk diperebutkan di 31 provinsi setelah Dewan Wali melarang ribuan calon, kebanyakan moderat dan reformis.

Baca juga: Qasem Soleimani, Mundurnya AS dan Polemik Jatuhnya Pesawat Ukraina di Iran...

3. Kasus Baru Virus Corona di Iran dan Lebanon

Iran dan Lebanon menjadi negara Timur Tengah selanjutnya yang telah mengonfirmasi kasus virus corona di negaranya.

Di Iran, terdapat 28 pasien terinfeksi virus dengan 6 kasus kematian.

Kasus pertama muncul pada Rabu (19/2/2020) ketika pihak berwenang mengumumkan dua orang tua di Qom, kota suci Syiah, meninggal dunia akibar virus yang pertama kali menyebar di Wuhan, China tersebut.

Sementara itu, pemerintah Lebanon mengonfirmasi kasus pertama virus corona pada Jumat (21/2/2020) kemarin.

Pasien tersebut merupakan seorang perempuan 45 tahun yang baru saja berkunjung dari Qom, Iran.

Baca juga: Saat Pentagon Beda Pendapat dengan Trump...

4. Ancaman Erdogan pada Suriah

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengancam akan menggelar operasi militer jika Suriah tidak segera menarik pasukannya.

"Sebuah operasi militer bakal digelar di Idlib secepatnya. Kami sudah memberikan peringatan terakhir. Kami akan menghitung mundur," kata Erdogan, dilansir dari Aljazeera (19/2/2020).

Dalam dua pekan terakhir, setidaknya ada 13 tentara Turki gugur akibar serangan pasukan militer pemerintah Suriah.

Turki yang mendukung sejumlah kelompok pemberontak di Idlib, dibuat berang setelah serangan Suriah di wilayah itu.

Menanggapi hal itu, Rusia yang menjadi sekutu Suriah memperingatkan Turki agar tak coba-coba menyerang Assad.

"Jika yang dibicarakan adalah serangan terhadap pemerintahan maupun pasukan sah Suriah, maka tentu saja akan menjadi skenario terburuk," kata juru bicara pemerintah Rusia Dmitry Peskov, dilansir dari AFP (19/2/2020).

Sumber: Kompas.com/Ardi Priyatno Utomo, AFP, Aljazeera.

Baca juga: Pro Kontra dan Dampak di Balik Rencana Pemulangan Ratusan WNI Eks ISIS...

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi