Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sungai Nil dan Bayang-bayang Konflik Air Tawar

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS/DAHONO FITRIANTO
Salah satu sudut pusat kota Kairo di tepian Sungai Nil. Menurut sejarawan Yunani, Herodotus, Mesir adalah hadiah dari Sungai Nil.
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Sungai Nil menjadi saksi bisu atas perjalanan Mesir dari era peradaban kuno hingga detik ini.

Tak heran Mesir sering diidentikkan dengan Sungai Nil, selain Pyramida dan Spinx.

Namun, jika melihat aliran sungai itu dari hulu ke hilir, Sungai Nil sebenarnya melewati sebelas negara Afrika.

Dengan kawasan yang didominasi oleh padang pasir, wajar jika sekitar 280 juta orang bergantung pada aliran sungai dengan panjang 6.695 kilometer itu.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Maka tak heran jika Sungai Nil kerap menjadi biang memanasnya hubungan antar negara yang dilaluinya, seperti Mesir dan Ethiopia.

Baca juga: Mengenal Kota Sharm el-Sheikh, Bali-nya Mesir

Dampak Pembangunan Bendungan

Dilansir dari Aljazeera, pembangunan bendungan Renaissance yang dibangun sejak tahun 2011 di Ethiopia itu membuat kekhawatiran bagi Mesir, selaku hilir dari Sungai Nil.

Bagi Ethiopia, bendungan baru itu akan menambah pasokan listrik negara. Sementara, Mesir berada dalam bayang-bayang kekeringan akibat pembangunan tersebut.

Tak hanya itu, bendungan itu juga diyakini akan membawa kerusakan lingkungan dan kerawanan air.

Sebuah skenario yang dibuat oleh Aljazeera menunjukkan defisit air Mesir akan meningkat 3 miliar meter kubik per tahun jika bendungan itu diisi selama 21 tahun.

Defisit itu diperkirakan akan ditutupi oleh air tanah yang berakibat pada hilangnya 2,5 persen area pertanian.

Jumlah tersebut akan terus meningkat jika waktu pengisian Bendungan Renaissance semakin cepat.

Mesir sendiri memiliki segitiga hijau di utara negara dan sering disebut sebagai Delta Nil.

Dengan luas sekitar 161 kilometer, Delta Nil menjadi salah satu delta terbesar di dunia serta menjadi rumah bagi 40 juta orang. Separuh hasil pertanian Mesir berasal dari kawasan subur ini.

Saat pembangunan Bendungan Aswan, para ilmuwan telah memperingatkan ancaman yang dihadapi Mesir.

Pada 1971, Mesir telah meresmikan Bendungan Aswan yang mampu menghasilkan sekitar setengah dari pasokan listrik Mesir di masa itu.

Namun, bendungan raksasa itu juga memicu penurunan ekosistem Sungai Nil secara bertahap.

Dengan pembangunan Bendungan Renaissance Ethiopia ini, gangguan lebih lanjut terhadap ekosistem Sungai Nil dan kerusakan permanen akan tampak semakin nyata.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Dibukanya Makam Raja Tutankhamen di Mesir

Mesir vs Ethiopia

Kondisi tersebut membuat hubungan kedua negara itu memanas dalam beberapa tahun terakhir.

Pihak Ethiopia menginginkan pengisian bendungan dilakukan dalam enam tahun dan mulai mengisinya pada musim hujan berikutnya.

"Kami memiliki rencana untuk mulai mengisi pada musim hujan berikutnya. Kami akan menghasilkan listrik dengan dua turbin pada Desember 2020," kata Menteri Perairan Ethiopia Seleshi Bekele pada September 2019 lalu, dilansir dari BBC.

Akan tetapi, Mesir menolak rencana itu dan mengusulkan periode lebih lama. Sehingga volume sungai tidak turun secara drastis, teruma pada tahap awal pengisian reservoir.

Sudan yang terperangkap di antara kedua negara tersebut mau tak mau ikut terseret dalam masalah ini.

Pembicaraan tiga arah antara Mesir, Sudan dan Ethiopia mengenai pengoperasian bendungan dan mengisi reservoirnya tidak menghasilkan kemajuan dalam lebih dari empat tahun.

Pada akhir Januari, perundingan juga tak kunjung membawa titik temu. Seleshi menuduh Mesir tidak berniat mencapai kesepakatan.

"Saya tidak berpikir ketika orang-orang Mesir datang ke sini, mereka datang untuk mencapai kesepakatan. Kemudian ada jadwal pengisian baru yang mereka siapkan dari 12 hingga 21 tahun" kata Seleshi.

Pernyataan berbeda datang dari Menteri Perairan Mesir Mohamed Abdel Aty. Menurutnya, perundingan itu telah mencapai kejelasan mengenai semua masalah, termasuk soal pengisian bendungan.

Baca juga: Kilas Timur Tengah Sepekan, dari Kasus Corona di Iran hingga Ancaman Erdogan

Potensi Perang

Timbul sebuah kekhawatiran bahwa kedua negara itu dapat terjerumus ke dalam konflik.

Pada 2013, ada laporan rekaman rahasia yang menunjukkan politisi Mesir mengusulkan berbagai tindakan bermusuhan terhadap Ethiopia atas pembangunan bendungan.

Presiden Sisi juga telah mengatakan bahwa Mesir akan mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk melindungi hak-hak mereka atas perairan Sungai Nil.

Sementara itu, Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed mengatakan kepada anggota parlemen pada Oktober 2019 lalu agar tidak takut terhadap apa pun yang bisa menghentikan pembangunan Bendungan Renaissance.

Amerika Serikat yang menjadi sekutu dua negara itu pun akhirnya turun tangan untuk menengahi pertikaian yang terjadi.

Baca juga: Soal Rencana Trump, Warga Gaza: Palestina Not For Sale!

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi