Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

75 Tahun Perjalanan Karier Politik Mahathir Mohamad

Baca di App
Lihat Foto
AFP
Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad secara resmi mengajukan surat pengunduran diri kepada Raja Malaysia Sultan Abdullah, Senin (24/2/2020).

Pengunduran diri PM Malaysia tersebut merupakan puncak dari memanasnya suhu politik di Malaysia dalam beberapa hari terakhir.

Merintis sejak 75 tahun lalu, berikut perjalanan karier politik Mahathir Mohamad di Malaysia: 

Karier Awal

Dilahirkan pada 1925 di Alor Setar, Malaysia, Mahathir merupakan seorang dokter sebelum memutuskan untuk menjadi politisi di Partai UMNO (United Malay National Organisation).

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harian Kompas, 17 Juli 1981 memberitakan, kegiatan politik Mahathir bermula pada 1945 dan segera sesudahnya bergabung dengan UMNO.

Dengan dukungan UMNO, Mahathir sukses memenangkan kursi parlemen pada 1964. Setahun kemudian, ia menjadi anggota Majelis Tinggi UMNO hingga tahun 1969.

Namun pada pemilu 1969, ia gagal mengulangi kesuksesannya pada pemilu sebelumnya karena tak mampu merebut kursi parlemen.

Baca juga: Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad Mengundurkan Diri

Mahathir kemudian menulis sebuah buku berjudul "The Malay Dilemma" yang menuntut tindakan afirmatif untuk orang Melayu asli dan status yang setara dengan orang China-Malaysia.

Buku itu juga berisi kritiknya atas keterbelakangan ekonomi orang Melayu.

Kritik tajamnya itu memantik kemarahan Perdana Menteri Malaysia saat itu Abdul Rahman. Imbasnya, pemerintah melarang buku Mahathir beredar.

Selanjutnya, dengan dasar itulah Mahathir dikeluarkan dari UMNO dengan alasan ketertiban.

Akan tetapi, tiga tahun kemudian ia kembali diterima di UMNO dan terpilih menjadi anggota Majelis UMNO.

Mahathir juga sukses merebut kembali kursi parlemen pada pemilu 1974. Sejak saat itu, karier politiknya terus melesat.

Pada 1976, Mahathir bahkan ditunjuk sebagai Wakil Perdana Menteri Malaysia. Lima tahun berselang, ia menggantikan posisi Datuk Hussein Onn sebagai Perdana Menteri pada 1981.

Baca juga: Mahathir Mundur, Istri Anwar Ibrahim Berpeluang Jadi PM Perempuan Malaysia Pertama

Perdana Menteri

Kemenangan bulat Mahathir dalam pemilihan Ketua UMNO secara otomatis mengantarkannya menduduki jabatan Perdana Menteri Malaysia.

Di bawah pemerintahannya, Malaysia mengalami pertumbuhan ekonomi secara cepat. Ia mulai memprivatisasi perusahaan pemerintah, termasuk maskapai penerbangan, utilitas dan telekomunikasi.

Salah satu proyek infrastrukturnya adalah North-South Expressway, jalan raya yang membentang dari perbatasan Thailand dan Singapura.

Dari tahun 1988 hingga 1996, Malaysia merasakan ekspansi ekonomi sebesar 8 persen. Mahathir kemudian merilis "Visi 2020" tentang rencana ekonomi jangka panjang Malaysia.

Dengan visi itu, ia menegaskan bahwa negaranya akan menjadi negara yang sepenuhnya berkembang pada tahun 2020.

Mahathir membantu menggeser basis ekonomi negara itu dari pertanian dan sumber daya alam dan menuju manufaktur dan ekspor.

Hasilnya, pendapatan per kapita Malaysia berlipat ganda dari tahun 1990 hingga 1996.

Kejeniusan strategi ekonomi Mahathir itu mendapat pujian dari Mantan Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid dengan menjulukinya sebagai anak ajaib ekonomi (economic wizard) seperti dilansir dari Harian Kompas, 20 Oktober 1998.

Baca juga: Sebelum Mundur, Mahathir Sempat Temui Anwar Ibrahim

Dinilai otoriter

Meskipun memiliki karier dan catatan mentereng, bukan berarti pemerintahan Mahathir sepi kritikan. 

Dikutip dari Biography, awal kepemimpinannya dinilai otoriter.

Pada 1987, ia melembagakan Undang-Undang Keamanan Dalam Negeri yang memungkinkannya untuk menutup surat kabar dan memerintahkan penangkapkan terhadap 106 aktivis, pemimpin agama, dan lawan politik, termasuk Anwar Ibrahim.

Mahathir juga mengubah konstitusi untuk membatasi kekuasaan interpretif Mahkamah Agung dan memaksa sejumlah anggota berpangkat tinggi untuk mengundurkan diri.

Catatan Mahathir tentang kebebasan sipil, serta kritiknya terhadap kebijakan ekonomi Barat dan kebijakan negara-negara industri terhadap negara-negara berkembang, membuat hubungannya dengan Amerika Serikat, Inggris, dan Australia menjadi sulit.

Pada tahun 2003, Mahathir memutuskan untuk mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Perdana Menteri Malaysia setelah 22 tahun berkuasa. 

Menjabat PM Malaysia untuk Kedua Kalinya

Pada tahun 2018, Mahathir dengan dukungan Anwar Ibrahim kembali menuduki kursi PM Malaysia setelah koalisi Pakatan Harapan (PH) memenangi pemilu ke-14 Malaysia, seperti diberitakan oleh Harian Kompas, 11 Mei 2018.

Kelompok oposisi itu mendapat total 114 kursi di parlemen dengan kekuatan Partai Keadilan Rakyat, Amanah, Partai Aksi Demokrasi (DAP), dan Partai Pribumi Bersatu Malaysia (PPBM) yang bergabung dengan PH.

Koalisi Pakatan Harapan kemudian sepakat bahwa Anwar akan menggantikan Mahathir pada Mei 2020, genap dua tahun setelah Mahathir berkuasa.

Namun belum sampai Mei 2020, koalisi Mahathir dan Anwar pecah kongsi. Mahathir memutuskan mundur dari kursi Perdana Menteri Malaysia, Senin (24/2/2020).

Baca juga: Ambisi Gantikan Mahathir Jadi PM Malaysia Kandas, Anwar Ibrahim Kaget Dikhianati

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi