Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ramai soal Sampah di Ranu Manduro, Mengapa Orang Indonesia Suka Nyampah Sembarangan?

Baca di App
Lihat Foto
Instagram: @roes_lim
Sampah mulai berserakan di Ranu Manduro, Kamis (27/2/2020)
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Setelah sempat viral, tempat wisata Ranu Manduro di Mojokerto, Jawa Timur (Jatim) dikabarkan rusak dan dipenuhi sampah.

Hal itu seperti dikabarkan akun instagram @yuukkepo.

Hingga Kamis (27/2/2020), unggahan tersebut telah disukai 3.035 kali.

Baca juga: Viral Polisi Bawa Ular Sembari Laporkan Banjir Jakarta, Ini Penjelasannya...

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Selain itu ada juga postingan video di Twitter yang menggambarkan sampah-sampah di Ranu Manduro.

Unggahan tersebut diibuat oleh akun @Roes_lim pada Kamis (27/2/2020).

Hingga Kamis (27/2/2020) pukul 16.35 WIB, video tersebut sudah diputar 1.000 kali, di-retweet 10 kali, dan disukai 8 kali.

"Ngene ta feeling good? Ga sampe seminggu wes akeh sampah! #mojokerto #ranumanduro"

Konfirmasi Kompas.com

Kompas.com menghubungi pemilik akun @Roes_lim untuk memastikan video terkait banyaknya sampah di Ranu Manduro tersebut.

Pemilik akun tersebut, Rois Syafii mengatakan dia sendiri yang mengambil video tersebut.

"Iya bener video dari hape saya," ujarnya, Kamis (27/2/2020) sore. 

Rois bercerita, dirinya mendatangi Ranu Manduro pada Selasa (25/2/2020). Karena rumahnya berada di Sidoarjo Kota sehingga memudahkan untuk mencapai lokasi wisata yang viral dan terletak di Ngoro, Mojokerto tersebut.

Waktu itu belum ada pedagang dan penentuan tarif masuk, sehingga lokasinya masih bersih.

Namun sewaktu kembali menyambangi Ranu Manduro pada Kamis (27/2/2020), ia mengaku terkejut. Pasalnya setiap pengunjung dikenai tarif masuk Rp 5.000 untuk motor dan Rp 10.000 untuk mobil.

"Tapi aku belum tahu jelas yang membuat itu dari pengelola lahan atau dari warga. Makanya tadi pagi kucoba pastiin. Karena sebelumnya enggak bayar," ujarnya.

Yang membuatnya terkejut, mulai banyak sampah di sekitar lokasi wisata, sejak masuk hingga di tempat wisata.

Menurutnya hal itu karena banyak pedagang. 

"Sebelumnya 2 hari yang lalu enggak ada. Sekarang sudah banyak pedagang," kata pria berusia 27 tahun itu.

Baca juga: Rekomendasi Tempat Wisata di Pacitan dengan Tarif Masuk Hanya Rp 5.000

Tanggapan banyaknya sampah

Dosen Departemen Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, FKM Universitas Airlangga (Unair) Pulung Siswantara mengatakan banyaknya kasus sampah di Ranu Manduro dikarenakan kesadaran pengunjung membuang sampah pada tempatnya sangat rendah.

"Hal ini dikarenakan kebiasaan dari orang itu sendiri. Karena kesadarannya rendah," ujarnya pada Kompas.com, Kamis (27/2/2020).

Pulung menambahkan, hal yang cukup mengenaskan adalah banyak pengunjung membuang sampah sembarangan setelah mereka melihat sampah yang sudah dibuang.

Sehingga pengunjung meniru atau ikut-ikutan membuang sampah sembarangan.

Tapi hal itu juga bisa dikarenakan kurangnya fasilitas tempat sampah atau petunjuk lokasi tempat sampah.

"Hal itu tentunya membutuhkan pembiasaan perilaku buang sampah pada tempatnya dan kesadaran akan menjaga kebersihan," kata Pulung.

Sementara itu di Indonesia, masyarakat dinilai masih belum mempunyai kesadaran membuang sampah pada tempatnya.

"Kebanyakan kita membuang sampah karena takut akan aturan, jadi bukan kesadaran karena akibat yang ditimbulkan," tuturnya.

Baca juga: Cerita soal Banjir Jakarta, dari Rebutan Sampah hingga Evakuasi Tahanan KPK

Cara membiasakan

Menurut Pulung, agar kebiasaan membuang sampah pada tempatnya bisa menjadi budaya bagi anak muda, perlu menambah pengetahuan dan pembiasaan sedari kecil.

Lalu untuk perubahan cepat bisa dengan menerapkan sanksi.

Selain itu diperlukan role model yang mempu menjadi panutan anak.

Pembiasaan bisa dimulai dari kelompok yang lebih kecil seperti keluarga.

Dalam keluarga bisa dalam bentuk orang tua memberi contoh, orang tua mengingatkan anak, dan orang tua memberi fasilitas yang cukup.

"Jadi menyediakan tempat sampah yang cukup juga perlu," kata dia.

Selain itu, institusi sekolah juga bisa mengambil peran dengan membiasakan membuang sampah pada tempatnya di lingkungan sekolah.

Kelompok sosial juga bisa mengambil peran dengan cara saling mengingatkan.

Sehingga ketika ada yang akan membuang sampah sembarangan, ada kontrol sosial yang terbentuk. 

Baca juga: Media Sosial dan Banjir Jakarta...

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi