Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jakarta Masuk Daftar Kota di Dunia Paling Berisiko Tenggelam

Baca di App
Lihat Foto
DOKUMENTASI BNPB
Tampilan banjir Jakarta dari helikopter yang mengangkut Kepala BNPB Doni Monardo dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, saat mereka meninjau kondisi banjir terkini pada Rabu (1/1/2020).
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Banyak kota besar di Asia berada di dataran rendah. Hal itu membuatnya rentan terhadap kenaikan permukaan laut dan cuaca ekstrem.

Dilansir dari Aljazeera (27/2/2020), sebuah studi yang dibuat oleh perusahaan konsultan risiko dan strategis global Verisk Maplecroft menganalisis 500 kota di seluruh dunia.

Kota-kota yang dipilih adalah yang memiliki lebih dari satu juta penduduk.

Verisk Maplecroft mengidentifikasi tempat-tempat yang kemungkinan akan mengalami kenaikan permukaan laut dari 67 sentimeter menjadi 2 meter (26-79 inci) pada 2100.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hal itu sesuai dengan perkiraan ilmiah jika pemanasan global meningkat dengan kecepatan saat ini.

Dari studi tersebut ditemukan 11 dari 15 kota paling berisiko berada di Asia.

Beberapa yang paling berisiko adalah Dubai, Alexandria, dan New York.

Kota-kota besar Asia yang masuk daftar kota yang rentan terhadap kenaikan permukaan air laut dan cuaca ekstrem antara lain Tokyo, Jakarta, Ho Chi Minh, dan Shanghai.

Seorang analis perubahan iklim Verisk Maplecroft Rory Clisby di Singapura mengatakan Asia cenderung mengembangkan tanah yang mungkin ditinggalkan oleh bagian dunia lain.

Maksudnya, banyak kota di Asia yang berkembang pesat adalah pesisir dan dataran rendah.

Hal itu membuatnya rentan terhadap kenaikan permukaan laut dan cuaca ekstrem seperti banjir dan angin topan.

Baca juga: Waspada Banjir, Ini Hal yang Perlu Dipersiapkan Sebelum dan Saat Banjir

Banjir jakarta

Minggu ini, hujan lebat membanjiri Jakarta untuk kedua kalinya pada tahun 2020.

Sementara Bangkok bulan lalu harus mengangkut air minum ke beberapa daerahnya, karena kekeringan yang memburuk dan naiknya permukaan laut meningkatkan salinitas.

Menurut Clisby, untuk mengurangi risiko banjir, negara-negara harus menggabungkan "opsi rekayasa keras dan lunak".

Hal itu seperti membangun dinding laut, memulihkan hutan bakau, dan tidal barriers.

Dia menyarankan untuk menghentikan proyek reklamasi dan pembangunan di daerah rawan banjir.

Lanjutnya, skema "kota spons" di China bisa diterapkan di seluruh wilayah.

Skema tersebut menggabungkan sistem drainase berkelanjutan ke dalam infrastruktur, seperti aspal penyerap air dan ruang hijau untuk mencegah air menggenang.

Menurut Clisby China dan Jepang memiliki sumber daya untuk melakukan langkah-langkah mengurangi risiko banjir.

Tapi negara-negara seperti Vietnam, India, dan Indonesia sumber daya dan kapasitas kelembagaannya terbatas.

Saat ini Indonesia berencana memindahkan ibu kotanya ke pulau Kalimantan.

Karena Jakarta tenggelam perlahan-lahan dan mengalami banjir.

Baca juga: Viral Polisi Bawa Ular Sembari Laporkan Banjir Jakarta, Ini Penjelasannya...

Baca juga: Survei 2019, Jakarta Masuk Peringkat 10 Kota Termacet di Dunia

Baca juga: Viral Derek Liar di Jalan Tol Jakarta-Cikampek, Ini Penjelasan Jasa Marga

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi