Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pekerja Migran Rentan Alami Gangguan Mental di Tengah Wabah Corona

Baca di App
Lihat Foto
HAYOUNG JEON
Virus corona di wilayah Hong Kong dan Makau menjadikan pekerja migran depresi. EPA-EFE/HAYOUNG JEON
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Virus corona masih menjadi momok di China dengan 78.824 kasus dan 2.788 korban tewas dunia hingga Jumat (28/2/2020).

Sementara di Hong Kong ada 92 kasus dengan 2 orang meninggal dunia. Sedangkan di Makau ada 10 kasus terkonfirmasi.

Di negara-negara tersebut banyak pekerja migran, termasuk dari Indonesia.

Penelitian dari jurnal medis Lancet Psychiatry menyebutkan, 95 persen dari 150 juta pekerja migran berada di daerah dengan kasus-kasus penyakit Covid-19.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Selain itu, kesehatan pekerja migran juga dinilai terabaikan oleh negara-negara tuan rumah dan kota-kota, seperti Hongkong dan Macau, selama epidemi virus corona.

Para peneliti mengatakan pekerja rumah tangga tersebut menjadi sangat rentan dan kesehatan mental mereka dapat memburuk di tengah wabah virus corona.

Seperti diketahui wabah virus corona menyebar dari Wuhan, China pada akhir 2019 hingga saat ini telah ada di lebih dari 30 negara.

"Tidak adanya respon yang terkoordinasi untuk pekerja migran internasional  menunjukkan kekurangan utama dalam perencanaan kesehatan masyarakat," tulis makalah yang disusun lima peneliti internasional itu.

Baca juga: Produsen Bir Corona Rugi Ratusan Juta Dollar AS akibat Wabah Virus Corona

Akses kesehatan pekerja migran

Salah satu peneliti yang ambil bagian dalam penelitian itu adalah Brian J. Hall, direktur Global dan Komunitas Mental Health Research dari Universitas Makau.

Menurutnya, dibandingkan dengan pelajar asing, pekerja migran menghadapi lebih banyak hambatan dalam mengakses layanan kesehatan.

"Seperti asuransi kesehatan yang tidak memadai," tuturnya seperti dikutip dari South China Morning Post (28/2/2020).

Dalam makalah yang diterbitkan pada 18 Februari itu disebutkana da 400.000 pekerja rumah tangga asing di Hong Kong, sementara di Makau ada 28.600.

Penelitian itu menyebutkan, dalam kondisi normal, pekerja migran memiliki beban gangguan mental seperti depresi dan kualitas hidup yang lebih rendah.

Situasi mewabahnya Covid-19 menyebabkan beberapa pekerja rumah tangga seperti di Hong Kong dan Makau telah kehilangan pekerjaan sejak wabah dimulai.

Salah satu penulis makalah dari Serikat Pekerja Migran Indonesia Yosa Wariyanti mengatakan, konflik antara majikan dan pekerja rumah tangga telah menjadi lebih sering dalam beberapa minggu terakhir.

"Beberapa pekerja telah diancam dan ditekan untuk tidak meninggalkan rumah majikan mereka," kata Yosa.

Apabila mereka meninggalkan rumah majikan, ancamannya adalah visa kerja mereka dapat dibatalkan.

Baca juga: Inggris dan Korsel Terapkan Sistem Drive-Thru Tes Virus Corona, Ini Penjelasannya..

Banyak yang stres

Ketua Aliansi Migran Internasional, Eni Lestari mengatakan, banyak pekerja rumah tangga di Hong Kong mengalami stres yang meningkat karena isolasi dan juga karena beban kerja yang lebih berat.

Hal itu karena majikan menjadi lebih menuntut di tengah kekhawatiran akan penularan virus.

"Majikan lebih curiga dan pekerja merasa stigmatisasi," kata Eni.

Dosen Universitas Hong Kong Bernadette Wo mengatakan, dia mengetahui satu kasus pekerja rumah tangga yang tidak diberi libur selama dua bulan.

Kondisi wabah virus corona menurutnya mengancam bagi kesehatan mental bagi semua orang.

"Saya pikir kita lebih fleksibel dan berbelas kasih," tuturnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi