Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal RSPI Sulianti Saroso Tempat Isolasi Pasien Virus Corona, Stasiun Karantina Sejak 1917

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.COM/JIMMY RAMADHAN AZHARI
RSPI Sulianti Saroso, Sunter Agung, Tanjung Priok, Jakarta Utara
|
Editor: Virdita Rizki Ratriani

KOMPAS.com - Dua pasien positif virus corona Covid-19 di Indonesia saat ini diisolasi dan menerima perawatan intensif di Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Prof. Dr. Sulianti Saroso, Jakarta Utara.

 

Terkait pencegahan virus corona, Kementerian Kesehatan menyatakan telah menyiapkan 100 rumah sakit rujukan di 32 provinsi. 

Rumah sakit-rumah sakit tersebut dinilai mampu menangani pasien jika ada yang terkonfirmasi virus corona. 

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

RSPI Sulianti Saroso merupakan satu dari setidaknya tiga rumah sakit rujukan virus corona di DKI Jakarta.

Rumah sakit ini diresmikan pada tanggal 21 April 1994 sebagai rujukan nasional dan pusat kajian penyakit infeksi di Indonesia. 

Nama rumah sakit diambil dari nama Prof. Dr. Julie Sulianti Saroso, MPH karena jasa besarnya terhadap dunia kesehatan di Indonesia.

Baca juga: RSUD Depok Rujuk Satu Pasien ke RSPI Sulianti Saroso, Status Suspect Corona

Sejarah pendirian

Melansir laman resmi RSPI Sulianti Saroso, sejarah pendirian rumah sakit ini terbagi dalam tiga periode.

Pertama saat menjadi stasiun karantina di Pulau Onrust, Kepulauan Seribu. Kedua saat menjadi stasiun karantina dan berubah menjadi rumah sakit karantina di Tanjung Priok.

Ketiga setelah RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso diresmikan.

Stasiun Karantina Pulau Onrust difungsikan pada tahun 1917 hingga tahun 1958. Fungsi utama stasiun adalah untuk menampung penderita cacar yang berasal dari wilayah Jakarta dan sekitarnya.

Kemudian, pada tahun 1930-an, Pulau Onrust juga menjadi Asrama Haji sebelum jemaah haji diberangkatkan ke Arab Saudi.

Para calon haji di Pulau Onrust ditempatkan di sana agar bisa beradaptasi dengan udara laut. Sebab, pada zaman dahulu, para jemaah haji menaiki kapal untuk menuju ke Arab Saudi. 

Periode selanjutnya, berubah menjadi stasiun karantina dan RS Karantina Tanjung Priok. Layanan ini difungsikan pada tahun 1958 hingga 1994.

Fungsi utamanya adalah menangani penderita penyakit menular dari kapal yang memerlukan karantina.

Baca juga: 3 dari 4 Pasien Suspect Virus Corona di RSPI Sulianti Saroso Pernah Kontak Langsung dengan Pasien yang Positif

Tangani penderita cacar

Fungsi stasiun karantina di Tangjung Priok saat itu berimbang dengan menangani penderita cacar pada tahun 1964 hingga tahun 1970 sebanyak 2.358 orang. 

Kemudian, sejak Indonesia dinyatakan bebas cacar pada tahun 1972, stasiun karantina berubah menjadi Rumah Sakit (RS) Karantina.

RS ini bertugas menyelenggarakan pelayanan, pengobatan, perawatan, karantina, dan isolasi penyakit menular tertentu. 

Dalam perkembangannya, RS Karantina tidak hanya menangani pasien karantina atau pasien yang diduga menderita penyakit menular yang diatur pemerintah saja, tetapi juga penyakit-penyakit menular atau infeksi lainnya. 

Setelah itu, RS Karantina pun dipindahkan secara resmi ke wilayah Sunter pada tahun 1994 dan berumah nama menjadi RSPI Sulianti Saroso. 

Saat itu, RS ini bertanggungjawab pada Direktorat Jenderal Penanggulangan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Permukiman (P2M dan PLP).

Baca juga: Pasien yang Diisolasi di RSPI Sulianti Saroso Berkomunikasi via Video Call

Penyakit yang pernah ditangani

Beberapa penyakit yang pernah ditangani oleh RSPI Sulianti Saroso adalah sebagai berikut:

  • Penanganan pasien HIV/AIDS
  • Penanganan wabah SARS
  • Penanganan Kejadian Luar Biasa (KLB) Flu Burung (H5N1)
  • Pencegahan penyakit MERS
  • Penanganan KLB difteri

Terbaru, RS ini menangani dua kasus pertama virus corona Covid-19 yang diumumkan pemerintah kemarin, Senin (2/3/2020).

Baca juga: 2 Pekerja di Rumah Pasien Corona di Depok Sudah Dipulangkan dari RSPI Sulianti Saroso

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi