Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus Virus Corona Meningkat di Luar China, WHO: Bisa Diatasi dengan Tindakan Tepat

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG
Warga menggunakan masker setelah melewati jembatan penyebrangan orang (JPO) dari stasiun Palmerah di Jakarta, Selasa (3/3/2020). Presiden Joko Widodo mengimbau warga untuk tidak panik, tetapi tetap waspada dengan tetap higienis serta menjaga imunitas tubuh usai mengumumkan dua orang Warga Negara Indonesia (WNI) positif terjangkit virus corona yang saat ini dirawat di ruang isolasi RSPI Sulianti Saroso, Jakarta.
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengingatkan masyarakat dunia untuk selalu waspada terkait wabah virus corona, meskipun tinggal di wilayah yang masih steril dari virus.

Tidak hanya masyarakat, semua petugas medis juga diminta untuk selalu siaga meski wilayahnya masih terpantau aman.

Peringatan ini dikeluarkan mengingat jumlah infeksi di seluruh dunia hingga saat ini sudah melampaui angka 90.000 kasus.

Berdasarkan data dari Johns Hopkins CSSE per Selasa (3/3/2020) pukul 14.35 siang total infeksi yang sudah terjadi hingga hari ini sudah mencapai angka 90.937 kasus infeksi.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bisa diatasi dengan tindakan tepat

Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, Senin (2/3/2020) menyebutkan bahwa dalam waktu 24 jam, kasus infeksi virus corona di berbagai negara mencapai hampir 9 kali lipat dibandingkan dengan infeksi yang terjadi di China.

Korea Selatan saat ini mencatat total infeksi sebanyak lebih dari 4.800 kasus dan 28 kematian. Italia sudah melaporkan sedikitnya 1.835 kasus infeksi dan 52 kematian. Sementara Iran sudah memiliki 1.500 kasus infeksi dan 66 di antaranya berakhir kematian.

Meskipun demikian, menanggapi situasi yang terus berkembang hingga hari ini ia meminta semua pihak untuk tetap tenang dan tidak panik.

"Mengetahui dan memahami suatu epidemi adalah langkah pertama untuk mengalahkannya. Kami berada di wilayah yang belum dipetakan dengan # COVID19. Kami belum pernah melihat patogen pernafasan yang mampu menularkan komunitas, tetapi juga bisa diatasi dengan tindakan yang tepat," kata Tedros seperti dicuitkan dalam akun Twitternya, Selasa (3/3/2020).

Baca juga: Pemerintah Diminta Berikan Informasi Transparan terkait Virus Corona

Sejak pertama kali muncul di akhir Desember 2019, virus corona penyebab penyakit Covid-19 ini sudah menyebar ke seluruh benua kecuali Antartika.

Melihat tren persebarannya, petugas medis yang saat ini sedang bergelut mati-matian memerangi virus yang berasal dari Wuhan, China ini adalah yang berada di 3 negara, Korea Selatan, Iran, dan Italia.

Sementara negara-negara lain masih terus berupaya untuk mencegah infeksi meluas dengan cara menyiagakan petugas kesehatan, mengingatkan masyarakatnya, dan membuat pembatasan perjalanan ke area terinfeksi.

Mempersempit persebaran

Beberapa negara bahkan mencoba untuk mempersempit ruang persebaran virus dengan meliburkan sekolah, membatalkan acara internasional, menutup wilayah perbatasan, atau membiarkan para karyawan untuk bekerja dari rumah.

Hal ini diharapkan dapat meminimalisir penularan virus yang mungkin saja terjadi jika banyak orang dari berbagai macam asalnya berkumpul dalam satu area tertentu.

Sejauh ini, sudah ada 172 kasus kematian yang terjadi di luar China. Sementara total kematian akibat virus ini secara global sudah mencapai angka 3.117 kasus.

Fakta menarik yang ada saat ini, penyebaran kasus infeksi virus corona justru terpantau meningkat di luar negara asalnya.

Di China, jumlah infeksi baru dari hari ke hari terus menunjukkan penurunan. Namun tidak dengan kasus yang terjadi di sejumlah negara, seperti Korea Selatan dan Italia yang jumlah peningkatannya bisa begitu drastis hanya dalam waktu singkat.

Baca juga: Soal 2 WNI Terinfeksi Virus Corona, WHO: Kami Dapat Mengantisipasi

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi