Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masker Bekas Menumpuk, China Berjuang Atasi Tumpukan Limbah Medis akibat Epidemi

Baca di App
Lihat Foto
AFP/AIZAR RALDES
Warga mengenakan masker di Bandara Internasional El Alto-La Paz, Bolivia, 28 Februari 2020, menyusul coronavirus, Covid-19, menyebar luas. Virus Corona menyebar luas dalam beberapa pekan terakhir, mengakibatkan pemerintah menghentikan warganya melakukan perjalanan atau berkumpul di tempat ramai.
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Di tengah merebaknya virus corona yang sudah mencapai berbagai tempat di belahan dunia, pihak berwenang China saat ini menghadapi masalah yang tak kalah memusingkan akibat virus tersebut.

Permasalahan itu yakni terkait limbah dari barang sekali pakai yang digunakan sebagai pengaman dari virus corona.

Barang-barang tersebut terutama adalah masker sekali pakai yang banyak digunakan oleh masyarakat untuk melindungi diri mereka dari penularan.

Baca juga: Berikut Perkembangan Terkini Kasus Virus Corona di 16 Negara Timur Tengah

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Wuhan saja, sebagai kota yang dianggap sebagai epicentrum virus, seorang pejabat di Zona pengembangan Ekonomi mengatakan bahwa mereka mengumpulkan sekitar 200 kg hingga 300 kg masker yang dibuang setiap hari dari 200 tempat sampah yang disiapkan.

Kota itu, telah memasang tempat sampah khusus untuk pembuangan masker di daerah perumahan, di jalan-jalan dan di tempat umum lainnya.

Melansir dari SCMP, walaupun sulit untuk mendapatkan angka pasti jumlah masker yang dibuang. Akan tetapi, Otoritas Lingkungan dan Kesehatan memperkirakan  volume limbah medis di Wuhan secara keseluruhan meningkat empat kali lebih besar menjadi lebih dari 200 ton sehari pada minggu lalu.

Produsen masker China sendiri memproduksi sekitar 116 juta per hari saat permintaan masker bedah melonjak di berbagai negara.

Menurut Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional, agen perencanaan ekonomi China, Produksi tersebut mengalami 12 kali lipat lonjakan selama sebulan terakhir seiring meningkatnya jumlah kasus.

Baca juga: Wanita Indonesia Jadi Kasus ke-12 Positif Corona di Victoria

Kemampuan pengolahan limbah

Para pakar lingkungan menyoroti kemampuan pengolahan limbah medis China yang dianggap tidak memadai.

Otoritas Lingkungan dan Kesehatan mengatakan masker maupun alat pelindung lain terutama barang yang dipakai oleh tenaga medis dan orang yang terinfeksi virus, harus diperlakukan sebagai limbah klinis dan disterilkan sebelum dibakar pada suhu tinggi dengan alat khusus.

Sementara jumlah insinerator yag dimiliki China untuk pengolahan limbah medis tak dipublikasikan, akan tetapi para ahli mengatakan sebagian besar tetap tak berubah selama dekade terkahir.

Yang menjadi kekhawatiran adalah kenyataan bahwa sebagian besar fasilitas untuk mengatasi limbah medis yang dibangun pada masa wabah SARS 17 tahun lalu saat ini mendekati akhir masa operasinya.

China sendiri dikenal sebagai pencemar dan penghasil sampah terbesar di dunia dengan 2 juta ton limbah medis pada 2018, akan tetapi belum mengeluarkan standar terkait pengendalian pencemaran khusus untuk limbah klinis.

Menurut Southern Metropolis Daily sebagaimana dikutip SCMP, Wuhan menghasilkan lebih dari 200 ton limbah medis pada 24 Februari, naik dari 109 ton pada lima hari sebelumnya.

Baca juga: Viral Foto Masker Bekas Seharga Rp 330.000 Dijual di Apotek di Yogyakarta

Menurut Ketua Pejabat di Kementerian Lingkungan, angka tersebut jauh melebihi 50 ton sehari yang bisa ditangani oleh fasilitas pembuangan limbah medis khusus kota.

Eric Liu, seorang spesialis limbah beracun di kantor Greenpeace Beijing mengatakan China memiliki kekurangan besar dalam fasilitas pembuangan limbah khususnya yang mampu menangani limbah klinis.

Menurut Liu, pembuangan masker bisa dikategorikan menjadi tiga. Masker dari orang yang positif terinfeksi seharusnya dibuang di fasilitas pembakaran khusus, masker yang digunakan orang sehat bisa diatasi dengan cara yang sama dengan mengatasi limbah rumah tangga yang dibakar di tungku industri.

Akan tetapi tantangannya adalah limbah yang digunakan oleh orang-orang yang ditempatkan di bawah karantina rumah atau orang lain dengan gejala ringan.

"Ada area abu-abu di atas masker bekas semacam ini, yang tidak berada di bawah yurisdiksi institusi medis tetapi harus diperlakukan sesuai dengan standar untuk limbah medis." imbuhnya.

Baca juga: Cegah Virus Corona, Amankah jika Pakai Hand Sanitizer Berulang Kali?

Limbah medis keliling

Permasalahan limbah medis tengah diupayakan diatasi. China bergegas melakukan pembangunan pabrik pengolah limbah di dekat tiga rumah sakit darurat.

Selain itu, China juga membangun 17 fasilitas penyimpanan sementara untuk limbah medis dengan kapasitas gabungan lebih dari 1.000 ton.

Pihak berwenang juga memindahkan sebagian sampah yang diproduksi di Wuhan ke kota-kota tetangga untuk pembakaran, selain itu juga tengah dilakukan upaya meminta bantuan dari perusahaan-perusahaan pengolahan limbah di seluruh negeri.

China Shipping Group dan sebuah perusahaan di Anhui mengerahkan sejumlah kabin insinerasi limbah medis keliling Wuhan pada bulan lalu.

"Pembuangan limbah medis adalah bagian utama dari perang melawan wabah, yang merupakan seruan bagi pemerintah untuk mempercepat pembangunan fasilitas baru dan meneliti teknologi pengolahan limbah," kata Du Huanzheng, Direktur Institut Ekonomi Daur Ulang di Universitas Tongji di Shanghai.

Saat ini pembakaran menjadi cara yang disukai untuk mengatasi limbah medis di China, sementara negara-negara industri lain menghapus insinerator karena masalah kesehatan dan lingkungan.

Baca juga: Viral Driver Ojol Pakai Masker Gas karena Takut Terkena Virus Corona

Sementara itu, upaya penggunaan masker secara efektif juga dilakukan oleh penduduk Wuhan di mana mereka dilarang meninggalkan rumah mereka tanpa izin.

"Kami tidak memiliki kemewahan untuk mengganti masker kami setiap hari sehingga kami telah belajar untuk menjaga konsumsi kami seminimal mungkin," kata penduduk setempat, Chen Hao.

Akan tetapi dia mengaku tak khawatir dengan hal tersebut. Menurutnya banyak pula orang di sekitarnya yang melakukan hal yang sama

"Saya bukan satu-satunya yang mencoba menggunakan masker selama mungkin dan mungkin sebagai hasilnya, saya tidak melihat banyak topeng dibuang di tempat sampah yang ditunjuk di perkebunan saya," kata dia.

Chen mengatakan dia biasanya mengikuti instruksi para ahli untuk memotong masker bekasnya menjadi bentuk potongan-potongan sebelum membuangnya untuk menghindari masker-masker tersebut dijual kembali.

Baca juga: Perkembangan Terkini Wabah Virus Corona di 6 Negara Asia Tenggara

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi