Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waspada, Begini Cara Virus Corona Menyebar di Dalam Pesawat

Baca di App
Lihat Foto
Dok. Shutterstock
Ilustrasi virus corona
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Perjalanan lintas negara membuka jalan untuk menyebarnya wabah virus corona penyebab penyakit Covid-19.

Meskipun bandara-bandara telah melakukan pemeriksaan terhadap penumpang untuk mencegah masuknya virus corona, kewaspadaan tetap diperlukan.

Kewaspadaan dapat dilakukan oleh penumpang dengan perlu mengetahui bagaimana penyebaran penyakit ini, terutama di pesawat.

Dilansir dari National Geographic (6/3/2020), virus corona menyebar seperti penyakit pernapasan pada umumnya, yaitu melalui droplets (tetesan air liur), lendir, atau cairan tubuh lainnya.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apabila tetesan itu tersentuh tangan atau kemudian mengusap mata atau wajah maka memungkinkan dapat terinfeksi.

Penyakit pernapasan juga dapat menyebar melalui permukaan tempat tetesan mendarat, seperti kursi pesawat dan meja.

Berapa lama tetesan itu bertahan tergantung pada jenis tetesan dan permukaan. Misalnya itu lendir atau air liur, berpori atau tidak berpori.

Baca juga: Panik Virus Corona, Dua Perempuan Ini Berkelahi Berebut Tisu Toilet di Swalayan

Ada juga bukti bahwa virus pernapasan dapat ditularkan melalui udara dalam partikel kecil dan kering yang dikenal sebagai aerosol.

Tapi menurut profesor epidemiologi dan kesehatan masyarakat global di University of Michigan Arnold Monto, hal itu bukan mekanisme utama penularan.

Kontak dengan orang terinfeksi

World Health Organization (WHO) mendefinisikan "kontak dengan orang yang terinfeksi" sebagai yang duduk dalam dua baris satu sama lain.

Namun orang-orang tidak hanya duduk selama penerbangan, terutama yang berlangsung lebih dari beberapa jam.

Mereka juga mengunjungi kamar mandi, meregangkan kaki, dan membuang barang ke tempat sampah.

Tim Penelitian FlyHealthy mengamati perilaku penumpang dan awak pada 10 penerbangan lintas benua AS sekitar tiga setengah hingga lima jam.

Penelitian tersebut dipimpin oleh Vicki Stover Hertzberg dan Howard Weiss dari Emory University.

Mereka tidak hanya melihat bagaimana orang bergerak di sekitar kabin, tetapi juga bagaimana hal itu memengaruhi jumlah dan durasi kontak mereka dengan orang lain.

Mereka ingin memperkirakan berapa banyak pertemuan dekat yang memungkinkan untuk transmisi selama penerbangan lintas benua.

Baca juga: Karena Virus Corona Sejumlah Maskapai Operasikan Pesawat Tanpa Penumpang, Ini Alasannya

Memilih tempat duduk

Penelitian sebelumnya pada 2018 menunjukkan sebagian besar penumpang meninggalkan tempat duduk mereka selama penerbangan jarak menengah.

Sebanyak 38 persen penumpang meninggalkan kursi mereka sekali, 24 persen melakukannya lebih dari sekali, serta 38 persen lainnya tinggal di kursi mereka selama penerbangan.

Para penumpang yang paling tidak mungkin untuk bangun berada di kursi jendela.

Dengan demikian penumpang kursi dekat jendela melakukan kontak yang jauh lebih sedikit daripada orang di kursi lain, yaitu rata-rata 12 kontak.

Sementara itu penumpang di kursi tengah 58 kontak dan di kursi lorong 64 kontak.

Memilih tempat duduk dekat jendela dan tetap tinggal mengurangi kemungkinan Anda terkena penyakit menular.

Meski begitu, penumpang lain yang berada dalam rentang dua kursi dan lainnya tetap memiliki kemungkinan terinfeksi walau rendah.

Penumpang yang duduk di dekat lorong akan sering dilewati orang, tapi mereka bergerak cepat.

Baca juga: Melalui Komik, Jokowi Ingatkan Masyarat Tak Panik Hadapi Virus Corona

Kemungkinan Penularan

Profesor biologi dan matematika di Penn State University David S. Weiss mengatakan, "Secara agregat, yang kami tunjukkan adalah kemungkinan penularan yang cukup rendah untuk penumpang tertentu."

Selain itu, pramugari menghabiskan lebih banyak waktu berjalan di lorong dan berinteraksi dengan penumpang.

Dalam penelitian dinyatakan seorang awak yang sakit memiliki kemungkinan menginfeksi 4,6 penumpang. Sehingga penting bagi pramugari untuk tidak terbang ketika mereka sakit.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi