KOMPAS.com - Hari ini, 16 tahun yang lalu, tepatnya pada 11 Maret 2004, serangan bom di kereta guncang Madrid, Spanyol.
Bom meledak dari dalam kereta di tiga statiun area Madrid saat jam sibuk di pagi hari.
Ketiga stasiun tersebut antara lain Stasiun Atocha Madrid, Stasiun El Poso del Tio Raimundo dan Santa Eugenia.
Dilansir dari History, sebanyak 193 orang tewas dan hampir 2.000 orang lainnya luka-luka akibat ledakan tersebut.
Adapun korban jiwa berasal dari beberapa negara, di antaranya Spanyol, Rumania, Kuba, Chili, Kolombia, Republik Dominika, Ekuador, Guinea Bissau, Honduras, Maroko, Peru, dan Polandia.
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Gedung WTC Dibom, 6 Meninggal, 1.000 Lainnya Luka-luka
Diledakkan via ponsel
Bom-bom tersebut kemudian diidentifikasi telah diledakkan melalui telepon selular.
Di lokasi ledakan, para petugas berupaya menyelamatkan para penumpang maupun calon penumpang yang tewas dan terluka, sementara warga lainnya menonton dengan tatapan ketakutan.
Banyak di antara mereka yang bajunya berlumuran darah maupun compang-camping.
Kondisi gerbong kereta api yang meledak sungguh mengenaskan. Badan gerbong ringsek dan hangus, ceceran darah dan potongan tubuh bercampur dengan puing-puing.
Selain itu, serangan bom tersebut juga dinilai yang paling mematikan terhadap warga sipil di Eropa sejak pengeboman pesawat Lockerbie 1988.
Awalnya, Pemerintah Spanyol menuduh bom-bom tersebut adalah "karya" dari kelompok militan separatis bersenjata Basque (Euskadia Ta Askatasuna (ETA).
ETA sendiri telah menuntut kemerdekaan dengan aksi kekerasan selama tiga. Tuduhan itu dibantah pimpinan ETA, Batasuna, dan menuduh "kelompok perlawanan Arab" di balik peledakan.
Harian Kompas (13/3/2004) menyebut, pada sebulan sebelum kejadian, pihak keamanan Spanyol menahan dua orang anggota ETA saat membawa truk di timur Madrid.
Menteri Dalam Negeri Angel Acebes mengatakan pada saat ditangkap, truk tersebut mengangkut bahan peledak seberat 500 kilogram dan 30 kilogram dinamit yang akan digunakan dalam beberapa hari mendatang di ibu kota Spanyol, Madrid.
Baca juga: Viral Diduga Bom Rakitan Palsu di Sulsel Dibuat oleh Pelajar SMP, Ini Faktanya
Pelaku lain
Kendati demikian, pihaknya tidak menampik kemungkinan adanya "dalang" lain dari pengeboman tersebut.
Terlebih setelah polisi menemukan sebuah mobil van berisi tujuh detonator dan sebuah tape recorder berbahasa Arab di sebuah kota dekat Madrid dan sebuah tape recorder berbahasa Arab di sebuah kota dekat Madrid.
Serta, sebuah surat tampaknya dari sebuah kelompok yang memiliki hubungan dengan Al Qaeda, yang mengaku bertanggung jawab atas peledakan bom tersebut.
Namun, tidak ada bukti asli dari surat yang ditujukan kepada Abu Hafs dari Brigade al- Masri, sebuah kelompok yang berhubungan dengan Al Qaeda.
"Beberapa bukti memang mengarah kepada ETA, tetapi kami tidak dapat mengabaikan kemungkinan lain," kata Menteri Luar Negeri Ana Palacio, Jumat (12/3/2004).
Pemberitaan Harian Kompas (15/3/2004) menyebutkan, Al Qaeda bertanggung jawab atas peristiwa ledakan bom tersbeut.
Selain bertanggung jawab atas serangan itu, Al Qaeda saat itu juga menegaskan kembali ancaman serangan berikutnya.
Hal itu seperti dimuat dalam surat kabar berbahasa Arab yang berbasis di London, Al-Quds Al-Arabi.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.