Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Ini dalam Sejarah: Serangan Bom di Kereta Guncang Madrid, 193 Orang Tewas, Ribuan Luka-luka

Baca di App
Lihat Foto
PIERRE-PHILIPPE MARCOU
Sejumlah lilin, surat, dan bunga berjejer di sisi jalan kereta di Stasiun Atocha untuk mengenang korban peledakan bom kereta api di Madrid, Spanyol, Selasa (11/3). Peledakan bom yang terjadi tepat 10 tahun lalu itu menewaskan 191 orang dan melukai 1.800 lainnya. Bom itu diklaim kelompok teroris Al Qaeda yang mengatakan mereka menghukum Spanyol karena perannya membantu AS dalam perang Irak.
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Hari ini, 16 tahun yang lalu, tepatnya pada 11 Maret 2004, serangan bom di kereta guncang Madrid, Spanyol.

Bom meledak dari dalam kereta di tiga statiun area Madrid saat jam sibuk di pagi hari.

Ketiga stasiun tersebut antara lain Stasiun Atocha Madrid, Stasiun El Poso del Tio Raimundo dan Santa Eugenia.

Dilansir dari History, sebanyak 193 orang tewas dan hampir 2.000 orang lainnya luka-luka akibat ledakan tersebut.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Adapun korban jiwa berasal dari beberapa negara, di antaranya Spanyol, Rumania, Kuba, Chili, Kolombia, Republik Dominika, Ekuador, Guinea Bissau, Honduras, Maroko, Peru, dan Polandia.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Gedung WTC Dibom, 6 Meninggal, 1.000 Lainnya Luka-luka

Diledakkan via ponsel

Bom-bom tersebut kemudian diidentifikasi telah diledakkan melalui telepon selular.

Di lokasi ledakan, para petugas berupaya menyelamatkan para penumpang maupun calon penumpang yang tewas dan terluka, sementara warga lainnya menonton dengan tatapan ketakutan.

Banyak di antara mereka yang bajunya berlumuran darah maupun compang-camping.

Kondisi gerbong kereta api yang meledak sungguh mengenaskan. Badan gerbong ringsek dan hangus, ceceran darah dan potongan tubuh bercampur dengan puing-puing.

Selain itu, serangan bom tersebut juga dinilai yang paling mematikan terhadap warga sipil di Eropa sejak pengeboman pesawat Lockerbie 1988.

Awalnya, Pemerintah Spanyol menuduh bom-bom tersebut adalah "karya" dari kelompok militan separatis bersenjata Basque (Euskadia Ta Askatasuna (ETA).

ETA sendiri telah menuntut kemerdekaan dengan aksi kekerasan selama tiga. Tuduhan itu dibantah pimpinan ETA, Batasuna, dan menuduh "kelompok perlawanan Arab" di balik peledakan.

Harian Kompas (13/3/2004) menyebut, pada sebulan sebelum kejadian, pihak keamanan Spanyol menahan dua orang anggota ETA saat membawa truk di timur Madrid.

Menteri Dalam Negeri Angel Acebes mengatakan pada saat ditangkap, truk tersebut mengangkut bahan peledak seberat 500 kilogram dan 30 kilogram dinamit yang akan digunakan dalam beberapa hari mendatang di ibu kota Spanyol, Madrid.

Baca juga: Viral Diduga Bom Rakitan Palsu di Sulsel Dibuat oleh Pelajar SMP, Ini Faktanya

Pelaku lain

Kendati demikian, pihaknya tidak menampik kemungkinan adanya "dalang" lain dari pengeboman tersebut.

Terlebih setelah polisi menemukan sebuah mobil van berisi tujuh detonator dan sebuah tape recorder berbahasa Arab di sebuah kota dekat Madrid dan sebuah tape recorder berbahasa Arab di sebuah kota dekat Madrid.

Serta, sebuah surat tampaknya dari sebuah kelompok yang memiliki hubungan dengan Al Qaeda, yang mengaku bertanggung jawab atas peledakan bom tersebut.

Namun, tidak ada bukti asli dari surat yang ditujukan kepada Abu Hafs dari Brigade al- Masri, sebuah kelompok yang berhubungan dengan Al Qaeda.

"Beberapa bukti memang mengarah kepada ETA, tetapi kami tidak dapat mengabaikan kemungkinan lain," kata Menteri Luar Negeri Ana Palacio, Jumat (12/3/2004).

Pemberitaan Harian Kompas (15/3/2004) menyebutkan, Al Qaeda bertanggung jawab atas peristiwa ledakan bom tersbeut.

Selain bertanggung jawab atas serangan itu, Al Qaeda saat itu juga menegaskan kembali ancaman serangan berikutnya.

Hal itu seperti dimuat dalam surat kabar berbahasa Arab yang berbasis di London, Al-Quds Al-Arabi.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Lahirnya Legenda Bulu Tangkis Liem Swie King, Bagaimana Perjalanan Kariernya?

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Sumber: History
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi