Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soal Gempa Sukabumi, BMKG: Dipicu Sesar Aktif

Baca di App
Lihat Foto
Dok. BMKG
Gempa bumi mengguncang Sukabumi
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Gempa bumi bermagnitudo 5,1 mengguncang Sukabumi, Jawa Barat pada Selasa (10/2/2020) sekitar pukul 17.18 WIB.

Dari informasi BPBD Kabupaten Sukabumi, gempa tersebut mengakibatkan sejumlah rumah warga rusak.

Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono mengatakan gempa di Sukabumi tersebut dipicu oleh sesar yang aktif.

“Hasil analisis menunjukkan bahwa gempa ini diakibatkan oleh aktivitas slip atau pergeseran blok batuan kulit bumi secara tiba-tiba,” ujarnya ketika dihubungi Kompas.com, Rabu (11/3/2020)

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ia menyebut dengan melihat peta zonasi sumber gempa di wilayah Jawa Barat tampak bahwa lokasi episenter gempa ini berada di zona Sesar Citarik.

“Zona sumber gempa sesar aktif ini berada di sebelah barat Sesar Cimandiri, akan tetapi berada di sebelah timur zona sumber gempa Kluster Bogor yang aktif memicu rentetan gempa swarm yang berpusat di Kecamatan Nanggung, Bogor pada bulan Agustus 2019,” lanjutnya.

Baca juga: Mengapa Indonesia Kerap Dilanda Gempa Bumi?

Gempa lokal

Menurut Daryono, dilihat dari bentuk gelombang gempa (waveform) tampak jelas adanya gelombang geser yang cukup nyata dan kuat.

Adapun selisih waktu tiba catatan gelombang pressure (P) dan Shear (S) hanya 6 detik yang memberi petunjuk bahwa gempa yang terjadi merupakan gempa lokal.

“Gempa semacam ini biasa dikenal sebagai gempa kerak dangkal (shallow crustal earthquake) yang dipicu aktivitas sesar aktif,” lanjut Daryono.

Titik episenter gempa kemarin berada pada koordinat 6,81 LS dan 106,66 BT tepat di darat di wilayah Kecamatan Kalangpanunggal Kebupaten Sukabumi.

Hasil analisis mekanisme sumber, dikatakan Daryono, menunjukkan bahwa gempa memiliki mekanisme pergerakan mendatar (strike-slip-fault).

Menurutnya dilihat dari kondisi geologi dan tataan tektonik di wilayah Jawa barat bagian selatan ada dugaan bahwa sesar tersebut memiliki pergeseran ke kiri.

“Gempa Sukabumi kemarin merupakan gempa dengan magnitudo paling kuat yang bersumber dari sesar aktif di daratan Jawa Barat sejak 19 tahun terakhir,” kata dia.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Gempa Bumi Terjang Mentawai, Ratusan Orang Meninggal

Gempa kuat

Daryono mengatakan berdasarkan catatan katalog gempa, gempa kuat dengan pusat di darat terakhir terjadi di Jawa Barat berkekuatan M=5,1 terjadi di Ciamis-Kuningan pada 13 Januari 2001.

Catatan sejarah gempa di wilayah tersebut menunjukkan pada 1900 di wilayah Cisaat dan Gandasoli Sukabumi pernah juga dilanda gempa kuat dan merusak.

Saat itu gempa tersebut merusak pemukiman dan Stasiun Cisaat dan Gandasoli Sukabumi.

Selanjutnya di wilayah tersebut kembali terjadi gempa kuat dan merusak yang popular disebut dengan Gempa Gandasoli pada 1982.

Terkait gempa bumi yang terjadi Selasa (10/3/2020) kemarin, Daryono menyampaikan bahwa gempa tersebut termasuk gempa tipe II di mana gempa diawali dengan gempa pendahuluan, baru kemudian gempa utama dan kemudian diikuti gempa susulan.

Lokasi stasiun seismic sendiri yang mencatat gempa kemarin, stasiun terdekat adalah stasiun seismic Pelabuhan Ratu dengan kode PJSM.

Stasiun tersebut merupakan stasiun monitoring gempa yang baru dibangun BMKG pada 2019.
Ia menyampaikan ada beberapa pembelajaran yang bisa diambil dari kasus gempa Sukabumi.

“Pertama, di wilayah Indonesia ternyata masih banyak sebaran sesar aktif yang belum teridentifikasi dan terpetakan strukturnya dengan baik. Identifikasi dan pemetaan sesar aktif ini sangat penting untuk kajian mitigasi dan perencanaan wilayah,” tuturnya.

Pelajaran kedua adalah perlunya mewujudkan bangunan tahan gempa.

Hal itu penting karena pada gempa, umumnya banyaknya korban sebenarnya bukan disebabkan oleh gempa, tetapi timbul korban sebenarnya akibat bangunan roboh dan menimpa penghuninya.

“Membuat bangunan rumah tembok asal bangun tanpa besi tulangan atau dengan besi tulangan dengan kualitas yang tidak standar justru akan menjadikan penghuninya sebagai korban jika terjadi gempa,” imbuh Daryono.

 Baca juga: Menilik NYIA, Bandara Pertama yang Diklaim Tahan Gempa dan Tsunami

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi