Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bergabung sejak: 12 Feb 2019

Produser Program Talk Show Satu Meja The Forum dan Dua Arah Kompas TV

Wartawan dan saat ini produser program talk show Satu Meja The Forum dan Dua Arah di Kompas TV ? Satu Meja The Forum setiap Rabu pukul 20.00 WIB LIVE di Kompas TV ? Dua Arah setiap Senin pukul 22.00 WIB LIVE di Kompas TV

Dilema Lockdown karena Corona

Baca di App
Lihat Foto
FLAVIO LO SCALZO/REUTERS
Warga memakai masker mengantre di supermarket pada hari kedua lockdown Italia. Gambar diambil di Pioltello, dekat Milan, Rabu (11/3/2020).
Editor: Heru Margianto

JUMLAH pasien positif Corona terus melonjak. Hingga Selasa (17/3/2020), pasien positif Corona di Indonesia mencapai 172 orang. Jumlah kasus baru tercatat sebanyak 39, terbanyak berasal dari wilayah DKI Jakarta.

Baca juga: Update Virus Corona di Indonesia 17 Maret: 172 Terinfeksi, 9 Sembuh, dan 7 Meninggal Dunia

Fenomena gunung es tampaknya bukan isapan jempol.

Berbagai analisis mengatakan jumlah positif Corona di Indonesia jauh lebih besar dari 172 yang telah dikonfirmasi.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Angka ini sangat kecil jika melihat populasi Indonesia yang mencapai 270 juta. Begitu pun dibandingkan jumlah kasus di negara-negara tetangga.

Fenomena ini pasti lah juga disadari oleh pemerintah.

Dalam jumpa pers Selasa (17/3/2020), juru bicara pemerintah untuk penanggulangan Virus Corona, Achmad Yurianto, mengatakan akan ada penambahan pasien dalam jumlah signifikan.

Tak ada penjelasan lebih lanjut mengenai pernyataan ini.

Lockdown

Pemerintah kini merasakan tekanan yang semakin besar untuk mengambil langkah drastis demi mencegah penyebaran Virus Corona yang lebih meluas, yakni lockdown.

Langkah ini semakin populer di kalangan internasional dalam memerangi pandemi Corona. Satu per satu negara memutuskan melakukannya, baik terhadap sebagian maupun keseluruhan wilayahnya.

Baca juga: Malaysia Lockdown Corona, Berikut Negara-negara yang Lebih Dulu Melakukannya

Apalagi, negara jiran Malaysia telah memutuskan untuk melakukan lockdown di seluruh negeri mulai Rabu (18/3/2020). Seluruh pergerakan keluar masuk dan kegiatan usaha dihentikan selama dua pekan.

Sejauh ini pemerintah masih menutup diri terhadap opsi lockdown. Berkali-kali Presiden Jokowi menyatakan belum memikirkan opsi ini. Pemerintah masih tampak yakin upaya tracing yang dilakukan akan mampu mengatasi penyebaran.

Wacana lockdown semakin santer dalam beberapa hari terakhir. Sebagian menilai langkah ini perlu diambil dalam kegentingan demi menyelamatkan kesehatan masyarakat.

 

Pandangan lain mengatakan lockdown tak mungkin dilakukan. Pemerintah dan masyarakat tidak siap. Perekonomian pun akan jatuh.

Lockdown, yang artinya mengunci, secara umum mengandung pengertian menutup suatu wilayah. Pergerakan keluar masuk wilayah dihentikan.

Segala aktivitas umum dan usaha di dalam wilayah tersebut disetop. Pergerakan orang-orang dibatasi. Warga diharuskan berdiam di rumah.

Hanya aktivitas penunjang kehidupan dan yang bersifat darurat yang dibolehkan, seperti rumah sakit dan toko-toko penyedia bahan kebutuhan.

Lockdown sendiri bukan lah istilah yang digunakan dalam peraturan di Indonesia.

Undang-undang Nomor 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan menggunakan istilah Karantina Wilayah dan Pembatasan Sosial Berskala Besar.

Kedua tindakan ini ditetapkan oleh Menteri Kesehatan/pemerintah pusat dan dilakukan dalam situasi Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang juga ditetapkan oleh pemerintah pusat.

Namun, lockdown kini menjadi istilah yang seakan latah digunakan dan justru membingungkan masyarakat.

Para kepala daerah menggunakan istilah lockdown dengan pengertian beragam tanpa menafsirkannya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang ada.

Tak heran jika sempat muncul berita bahwa seorang kepala daerah akan memberlakukan lockdown di wilayahnya, meski kemudian dianulir. Sementara kepala daerah lain menggunakan istilah semi-lockdown yang akan diberlakukan di daerahnya.

Lantas, mungkinkah lockdown dilakukan untuk menekan penyebaran pandemi Corona?

 

Saksikan pembahasannya dalam talkshow Satu Meja The Forum, Rabu (18/3/2020), yang disiarkan langsung di Kompas TV mulai pukul 20.00 WIB.

Kecepatan deteksi

Kecepatan Indonesia mendeteksi Virus Corona juga menjadi sorotan di tengah upaya dunia yang tengah berpacu melawan pandemi Corona.

Salah satu faktor yang menentukan dalam kecepatan deteksi adalah kapasitas pengujian spesimen.

Hingga Selasa (17/3/2020), pemerintah telah menguji 2.300 spesimen. Bandingkan dengan Korea Selatan yang telah mencapai 200 ribu spesimen.

Negara-negara tetangga Indonesia juga telah melakukan pengujian yang lebih banyak.

Keputusan pemerintah yang akhirnya menetapkan 12 laboratorium penguji spesimen di bawah koordinasi Balitbangkes selaku laboratorium rujukan patut diapresiasi. Namun, langkah ini dinilai belum cukup untuk percepatan pendeteksian.

Para tenaga medis kini menyarankan pemerintah untuk melakukan skrining secara secara masif.

Artinya, uji spesimen tidak hanya dilakukan terhadap PDP (pasen dalam pengawasan), namun juga ODP (orang dalam pemantauan), serta terhadap populasi.

Dalam protokol yang dijalankan pemerintah sejauh ini, uji spesimen hanya bisa dilakukan terhadap PDP yang telah mendapat rujukan dari tenaga kesehatan pada fasilitas layanan kesehatan.

Akibatnya, kasus Corona yang terdeteksi hanyalah pada pasien yang telah menderita gejala berat. Sementara orang-orang yang terinfeksi namun belum menunjukkan gejala tak terdeteksi.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi