KOMPAS.com - Hari ini 365 tahun lalu, satelit alami Saturnus Titan ditemukan, tepatnya pada 25 Maret 1655.
Satelit alami terbesar milik Saturnus itu ditemukan oleh astronom Belanda Christiaan Huygens.
Nama Titan berasal dari mitologi Yunani. The Titans adalah dewa-dewa yang memerintah alam semesta sebelum Olympians berkuasa.
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Pluto Ditemukan, Bagaimana Karakteristiknya?
Dilansir Space (27/3/2018), diameter Titan adalah 5.150 kilometer atau sekitar setengah ukuran Bumi dan hampir sebesar Mars.
Dengan suhu permukaan minus 179 derajat Celcius, air di sana bisa berubah sekeras batu dan membuat metana berubah jadi cair.
Massa Titan mayoritas adalah air dalam bentuk es dan material berbatu.
Meski begitu Titan tidak memiliki medan magnet.
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Pertama Kalinya Manusia Berjalan di Ruang Angkasa
Memiliki atmosfer
Sementara itu periode orbitnya hampir 16 hari di Bumi. Saat mengorbit Saturnus, wajah atau tampilan Titan yang menghadap ke Saturnus selalu sama.
Dikutip Solar System Nasa, hampir 300 tahun (1944) setelah ditemukan oleh Huygens, astronom Belanda-Amerika Gerard Kuiper menemukan salah satu karakteristik yang membuat Titan luar biasa, yaitu ternyata Titan memiliki atmosfer.
Pengamatan teleskop lebih lanjut dari Bumi menunjukkan bahwa atmosfer Titan padat dan berkabut.
Pesawat ruang angkasa pertama yang menjelajahi Titan adalah Pioneer 11. Dia terbang melalui sistem Saturnus pada 1 September 1979.
Para astronom di Bumi sebelumnya mempelajari suhu Titan dan menghitung massanya. Lalu hal itu dikonfirmasi Pioneer 11.
Para ilmuwan sempat keliru dengan menganggap Titan adalah bulan terbesar di tata surya. Hal itu karena atmosfer Titan yang luas dan buram.
Tapi pada penemuan terkini, satelit alami terbesar di tata surya adalah Ganymede yang merupakan satelit alami planet Jupiter.
Pesawat ruang angkasa Cassini dari Badan Antariksa Eropa menjadi obyek buatan manusia pertama yang mengorbit Saturnus pada 2004.
Cassini berhasil melihat apa yang tersembunyi di balik kabut Titan untuk pertama kalinya.
Selama 13 tahun, Cassini menggunakan serangkaian alat, termasuk radar dan inframerah.
Akhirnya para ilmuwan mendapat pandangan rinci tentang permukaan Titan dan atmosfernya secara kompleks.
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Serangan Bom di Kereta Guncang Madrid, 193 Orang Tewas, Ribuan Luka-luka
Mirip dengan Bumi
Dilansir Space, Titan layak huni menurut eksperimen yang dilakukan para ilmuwan di Bumi.
Diperkirakan para ilmuwan jika matahari meningkatkan suhunya 6 miliar tahun dari sekarang dan Titan menjadi bintang raksasa merah, suhu Titan dapat meningkat daripada sekarang.
Lalu, saat suhunya meningkat, dapat membuat lautan yang stabil. Hal itu bisa membuat kondisi Titan mirip dengan Bumi.
Para ilmuwan berpikir kondisi di Titan mirip dengan kondisi awal Bumi pada awal terbentuknya.
Bedanya, karena lebih dekat dengan matahari, Bumi selalu lebih hangat.
Menurut NASA, dalam banyak hal bulan terbesar Saturnus itu adalah salah satu benda angkasa yang paling mirip Bumi hingga saat itu (2018).
Baca juga: Mengapa Indonesia Kerap Dilanda Gempa Bumi?
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.