Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Angka Kematian di Italia akibat Corona Tertinggi di Dunia?

Baca di App
Lihat Foto
AFP/PAOLO MIRANDA
Seorang perawat berupaya menenangkan rekannya saat pergantian shift mereka di Rumah Sakit Cremona, tenggara Milan, Lombardy, Italia, Jumat (13/3/2020). Selama diberlakukannya lockdown di Italia terkait meledaknya penyebaran virus corona di negara tersebut, sosok para tenaga medis banjir dukungan atas dedikasi mereka yang menjadi pahlawan dalam menangani serbuan pasien corona.
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Perhatian dunia bergeser dari Wuhan ke Italia saat beberapa waktu terakhir negara asal Menara Pisa ini melaporkan angka kematian harian yang tinggi akibat virus corona.

Pada Rabu (25/3/2020), tercatat lebih dari 6.000 kematian terjadi di Italia.

Dilansir dari SCMP, ada 6.820 kematian hingga Rabu (25/3/2020) pada pukul 11.30 WIB dan total kasus di Italia sebanyak 69.176 kasus.

Baca juga: Update Virus Corona di Dunia: Tembus 168 Negara, 107.247 Sembuh, 18.612 Meninggal

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tingkat kematian tertinggi

Angka kematian tersebut lebih tinggi daripada China yang merupakan pusat pandemi. Kini di daratan China ada 3.281 kematian.

Dilansir Al-Jazeera (24/3/2020), tingkat kematian Italia tertinggi di dunia, yaitu lebih dari 9 persen.

Sedangkan di China angka kematian berada pada 3,8 persen. Lalu di Jerman yang telah melaporkan lebih dari 24.000 kasus dan 94 kematian, angka kematiannya 0,3 persen.

Italia telah berusaha mengambil langkah-langkah ekstrem seperti lockdown nasional, tapi tetap tidak dapat "meratakan kurva".

Meratakan kurva artinya memperlambat penyebaran penyakit menular.

Baca juga: Potret Penanganan Virus Corona di Indonesia...

Mengapa tingkat kematian coronavirus di Italia begitu tinggi?

Hanya memeriksa pasien bergejala parah

Kepala unit penyakit menular di RS Sacco di Milan Massimo Galli mengungkapkan, angka yang terkonfirmasi saat ini tidak mewakili seluruh populasi yang terinfeksi.

Dia menjelaskan, ketika situasi darurat memburuk dengan cepat selama sebulan terakhir, Italia memfokuskan pengujiannya hanya pada orang-orang yang menunjukkan gejala parah.

Itu pun difokuskan hanya di daerah-daerah dengan intensitas epidemi tinggi.

"Ini menyebabkan peningkatan tingkat kematian karena didasarkan pada kasus yang paling parah dan bukan pada totalitas mereka yang terinfeksi," kata Galli.

Para ahli meyakini ada penularan sembunyi-sembunyi atau penyebaran virus corona tanpa menunjukkan gejala. Sehingga seharusnya semua orang dites.

Sebagai perbandingan, pada 15 Maret 2020, Italia melakukan sekitar 125.000 tes. Sedangkan Korea Selatan melakukan tes yang lebih luas, sekitar 340.000 tes.

Korea Selatan mengambil langkah mengetes lebih banyak orang, bahkan yang menunjukkan gejala ringan atau tidak bergejala sama sekali.

Baca juga: Cara Baru Korea Selatan Tes Corona, Gunakan Bilik Telepon

Warga lansia Italia

Virus corona bisa menyerang segala usia, tapi orang tua lebih rentan menjadi lebih parah setelah tertular. Apalagi bagi mereka yang memiliki riwayat penyakit sebelumnya.

Di Italia, 85,6 persen dari pasien yang telah meninggal berusia lebih dari 70 tahun.

Sementara itu sebanyak 23 persen orang Italia berusia di atas 65 tahun. Italia memiliki populasi tertua kedua tertinggi di dunia setelah Jepang.

Para pengamat percaya, distribusi usia juga berperan dalam tingginya angka kematian.

Orang-orang tua atau lansia di Italia kebanyakan dari mereka hidup sendiri, tidak terisolasi, tapi memiliki interaksi yang jauh lebih intens dengan anak-anak mereka dan orang-orang lebih muda.

Interaksi tersebut lebih tinggi daripada yang dilakukan lansia di negara lain. Oleh karena itu mengisolasi lansia seharusnya segera menjadi prioritas.

Baca juga: Corona Bisa Menular dari Orang Tanpa Gejala, Bagaimana Mengujinya?

Italia tidak siap

Ahli epidemiologi dan profesor kebersihan di University of Pisa, Pierluigi Lopalco menilai apa yang terjadi di Italia mirip seperti di China.

Hubei seperti Italia sedangkan Lombardy bagaikan Wuhan.

Setelah China, Italia adalah negara pertama yang mengalami letusan epidemi. Italia tidak siap karena ini merupakan epidemi stadium lanjut.

Para dokter di Italia memperingatkan bahwa keengganan untuk bertindak cepat dan tegas dapat memiliki konsekuensi penting.

Menurut Galli, kementerian kesehatan negara manapun hendaknya bergerak cepat mengambil langkah-langkah tegas untuk menahan penyebaran virus corona.

Baca juga: Merasakan Gejala Corona? Hati-hati Kemungkinan Itu Hanya Psikosomatik

Kekurangan fasilitas kesehatan

Di Lombardy, beberapa dokter di garis depan bekerja tanpa peralatan pelindung yang memadai. Hal itu membuat mereka berisiko tinggi terinfeksi.

Menurut catatan, ada 14 orang dari mereka yang meninggal dengan total 3.700 perawat dan dokter telah terinfeksi saat bertugas.

Italia juga kekurangan tempat tidur pasien. Hotel Michelangelo di Milan diubah menjadi fasilitas karantina untuk sekitar 300 orang.

Selain itu paviliun pameran diubah menjadi unit perawatan intensif untuk pasien dan akan beroperasi akhir minggu ini.

Baca juga: Jalan Panjang Wisma Atlet Kemayoran Sebelum Disulap Jadi RS Darurat Covid-19

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Negara-negara yang Melakukan Lockdown karena Virus Corona

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi