Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seperti Taiwan, Yogyakarta Pantau Sebaran Lokasi Covid-19 dengan GPS

Baca di App
Lihat Foto
Tangkapan layar https://sebaran-covid19.jogjaprov.go.id/
Pantauan Covid-19 Yogyakarta
|
Editor: Virdita Rizki Ratriani

KOMPAS.com – Taiwan dianggap sebagai salah satu negara yang cukup berhasil mengendalikan pandemi virus corona. 

Berbagai langkah yang diambil negara itu dinilai efektif, salah satunya terkait dengan inovasi Menteri Digital Taiwan yang menggandeng programer membuat aplikasi untuk mengetahui lokasi masker terdekat berdasarkan pantauan terhadap lokasi GPS smartphone pengguna.

Tak hanya Taiwan, Yogyakarta juga menciptakan inovasi dengan memanfaatkan GPS dalam upaya penyampaian informasi terkait virus corona.

Melalui link: https://sebaran-covid19.jogjaprov.go.id, masyarakat bisa memantau sebaran Covid-19 yang ada di dekat wilayahnya.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat dihubungi, Kasie Aplikasi Layanan Publik Dinas Kominfo DIY, Dr. Sayuri Egaravanda, S.Kom, M.Eng mengatakan, ada dua cara yang bisa digunakan untuk melihat sebaran Covid 19 di DIY menggunakan situs web tersebut.

Dua cara itu yakni pantauan berdasarkan kode pos dan berdasarkan GPS.

Baca juga: Update Covid-19 Indonesia : 686 Kasus, 24 Provinsi, hingga Kebijakan Baru Jokowi

Untuk pantauan yang berdasarkan kode pos, cara kerja sistem adalah dengan mencocokkan kode pos dengan lokasi kecamatan, lalu mencocokkannya dengan data yang dimiliki.

Sedangkan untuk pantauan berdasarkan scan GPS dibuat dengan menggunakan algoritma heversine formula yang akan menghitung radius-radius yang sudah ditentukan.

“GPS, setiap ada orang berpindah, berubah. Posisi orang ketika kita scan berpengaruh pada hasil scan,” jelas perempuan yang akrab dipanggil Sari itu.

Ia mengatakan, sebenarnya ada algoritma lain yang mungkin bisa digunakan selain yang ada saat ini.

Akan tetapi, hal itu tidak untuk diperdebatkan sekarang karena fokusnya adalah bagaimana aplikasi tersebut bisa bermanfaat untuk masyarakat guna meningkatkan kesadaran akan virus corona.

“Harapan kami, scanner tidak untuk nakutin masyarakat, tetapi untuk berhati-hati,” ucap dia.

Baca juga: Mengapa Angka Kematian di Italia akibat Corona Tertinggi di Dunia?

Mengoptimalkan yang ada

Sari menyadari masih terdapat banyak keterbatasan termasuk terkait dengan sistem di Indonesia secara keseluruhan

Jika melihat Taiwan maka sistem di negara itu sudah jauh lebih baik sehingga segalanya bisa saling terhubung.

“Kita prinsip hitung dalam radius terdekat. Kalau Taiwan menariknya ada proses self assesment yang diberikan masyarakat itu sendiri berbasis single identity,” terangnya.

Ia menjelaskan, saat ini Indonesia belum memiliki single identity number yang ditetapkan. Hal inilah yang dinilai masih menjadi kelemahan dalam upaya pengembangan sistem tersebut. 

“Kita punyanya NIK tapi itu bukan single identity untuk sebuah aplikasi layanan publik,” ucap Sari.

Baca juga: Marcus Gideon Harap Pedagang Tak Cari Untung Besar di Tengah Corona

Sementara, Taiwan, semua basis layanan publik sudah menggunakan satu nomor single identity, sehingga single sign on di negara tersebut saat ini sudah berjalan.

“Jadi basis data mereka dari riwayat kesehatan sudah sangat terpantau. Inilah yang membantu mereka agar rakyat self asesment, mengirimkan keadaan mereka tiap hari dan itu terpantau apa kondisi mereka, merah kuning atau hijau. Itu menjadi sangat mudah sehingga pencegahan menjadi sangat cepat,” terang dia. 

Sari menilai yang menjadikan Taiwan juga lebih terkontrol adalah karena negara itu memiliki cakupan rule area yang tak terbagi banyak, sehingga aksesbilitasnya sangat stabil.

Berbeda dengan Indonesia, termasuk DIY yang harus memikirkan bagaimana kondisi wilayah pinggiran, infrastruktur teknologi, dan literasi digital masyarakat di wilayahnya.

Baca juga: Cegah Corona, Pelindo I Bagikan Vitamin untuk Petugas Operasional

Akan tetapi meski memiliki sejumlah kekurangan, hal inilah yang kemudian diupayakan untuk mencari solusi di tengah keterbatasan yang ada.

“Tantangannya bagaimana DIY menyikapi itu dengan resource yang dimiliki. Yang kami pikir diaksesnya adalah lewat internet” ucap dia.

Keberadaan pantauan sebaran Covid-19 diharapkan mampu menciptakan kesadaran para masyarakat

"Pesan Gubernur adalah menjaga yang sehat tetap sehat dan menyembuhkan yang sakit," ujarnya.

Baca juga: Kisah Kebaikan yang Terjadi di Tengah Wabah Virus Corona

Satu rumah minimal satu orang akses scanner GPS sebaran Covid-19

Berdasarkan perhitungannya, dalam satu rumah dianggap ada satu orang yang bisa mengakses scanner GPS sebaran covid-19.

Sehingga diharapkan orang dalam satu rumah yang tahu informasi tersebut bisa menginformasikan kepada anggota yang lain.

“Ketika mereka tahu di sekitar mereka ada PDP, ODP, ada positif, kami berharap mendorong mereka untuk memutuskan, oh saya sebaiknya mengurangi mobilitas, tinggal di rumah jaga jarak dan sebagainya,” ujarnya.

Lebih lanjut, Sari menyampaikan, saat ini titik sebaran masih didasarkan pada titik persimpangan longitude dan latitude yang masih terbatas pada kecamatan.

Karena data yang didapatkan Diskominfo Yogyakarta masih sebatas itu.

“Kalau kita bisa dapat sampai level di bawahnya, desa misalnya tentu keakuratan semakin baik,” ucapnya.

Baca juga: Fakta Unjuk Rasa Karyawan Pabrik di Tengah Wabah Corona, Gaji Dibayar Separuh hingga Pemkab Turun Tangan

Ia menyebut saat ini website pantauan corona milik Pemprov DIY masih terus dikembangkan.

Adapun tim yang tergabung berasal dari banyak kalangan termasuk para relawan.

Sari menceritakan awalnya, website awal pantauan covid yang beralamat di https://corona.jogjaprov.go.id/  hanya menyediakanan informasi pantauan secara umum.

Namun, lalu dikembangkan hingga muncul pantauan sebaran Covid-19 berdasarkan scan GPS

Ide awal pembuatan aplikasi tersebut didorong adanya motivasi bagaimana memberikan informasi ke masyarakat secara tepat dan akurat di kondisi sekarang.

“Pemda DIY dianggap tak terbuka soal informasi. Padahal sebenarnya kami sangat berusaha sekali untuk menjaga keterbukaan kepada publik. Tapi kami punya protokol-protokol informasi yang membatasi kami pada banyak hal,” ucap Sari.

Baca juga: Tutup Tempat Gym Miliknya karena Corona, Deddy Corbuzier Kesal Masih Ada yang ke Gym

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi