Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Angka Kasus Virus Corona Bisa Ditekan, Apa yang Bisa Dipelajari dari Korea Selatan?

Baca di App
Lihat Foto
Ed Jones/AFP
Tes Covid-19 - Seorang pria berbicara kepada seorang perawat selama tes COVID-19 di sebuah bilik pengujian di luar rumah sakit Yangji di Seoul pada 17 Maret 2020. Sebuah rumah sakit Korea Selatan telah memperkenalkan bilik telepon. Hal tersebut dilakukan guna menghindari staf medis yang harus menyentuh pasien secara langsung dan mengurangi waktu disinfeksi.
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com – Pada akhir Februari dan sekitar awal Maret 2020, kasus positif virus corona terkonfirmasi naik signifikan di Korea Selatan dari jumlah kasus yang awalnya hanya puluhan terus bertambah mencapai ratusan hingga kemudian ribuan.

Puncaknya terjadi pada 29 Februari 2020 ketika jumlah kasus baru bertambah 909 kasus dalam sehari.

Tenaga kesehatan dan aparat berwenang di Korea Selatan kewalahan. Namun, kurang dari sepekan, jumlah kasus baru berkurang 50 persen, dan terus berkurang pada hari-hari berikutnya.

Melansir Straits Times, Minggu (22/3/2020), Korea Selatan melaporkan ada 64 kasus baru,

Angka ini paling sedikit dalam jangka waktu sebulan. Sementara, negara-negara lain terus melaporkan jumlah kasus yang tinggi setiap harinya, seperti Italia dan Spanyol.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sempat mengalami peningkatan kasus yang signifikan, kini Korea Selatan berhasil membuat kurva kasus virus corona di negara itu menjadi rata.

Apa yang dilakukan Korea Selatan?

Korea Selatan tak menerapkan kebijakan lockdown total seperti diterapkan China dan sejumlah negara lainnya.

Yang dilakukan Korea Selatan kemudian menjadi kajian para pengambil kebijakan dan para pakar di sejumlah negara, untuk menjadikannya sebagai pelajaran.

Dari kajian itu, berikut beberapa hal yang dilakukan Korea Selatan dan bisa menjadi contoh penanganan negara-negara lain:

Baca juga: Cara Baru Korea Selatan Tes Corona, Gunakan Bilik Telepon

Sejumlah negara pun mulai mempelajari apa yang dilakukan Korea Selatan. Akan tetapi, ketika kasus sudah bertambah secara signifikan, penanganan tak bisa dilakukan dalam waktu cepat.

Kantor Kepresiden Moon Jae-in mengatakan, Presiden Emmanuel Macron dari Perancis dan Perdana Menteri Stefan Lofven dari Swedia, telah menghubunginya untuk mendapatkan penjelasan mengenai langkah-langkah yang diambil Korea.

Sementara itu, Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus juga memuji keberhasilan Korea Selatan.

Tedros mendesak agar negara-negara lain untuk belajar dari Korea Selatan dan menerapkan di negaranya.

Akan tetapi, pejabat Korea Selatan mengingatkan bahwa keberhasilan mereka tentatif.

Risiko kebangkitan wabah kembali tetap ada, terutama karena epidemi terus terjadi di luar negeri.

Mantan Komisioner Food and Drug administration (FDA), Scott Gottlieb, mengatakan Korea Selatan menunjukkan Covid-19 dapat dikalahkan cara yang agresif.

Berikut beberapa pelajaran yang bisa diambil dari langkah Korea Selatan:

Pelajaran 1: Intervensi cepat, sebelum krisis

Satu minggu setelah Korea Selatan mengumumkan kasus pertamanya, akhir Januari 2020, pejabat pemerintah bertemu dengan perwakilan dari berbagai perusahaan medis.

Perusahaan didesak untuk segera mulai mengembangkan alat uji virus corona dan memproduksinya secara massal.

Pemerintah menjanjikan memberikan persetujuan darurat.

Dalam waktu dua minggu, walaupun kasus di Korea Selatan yang dikonfirmasi masih dua digit, tetapi ribuan perangkat tes dikirim setiap hari.

Kini, bahkan Korea Selatan mampu memproduksi 100.000 kit per harinya.

Sejak itu, ada pembahasan ekspor alat uji tes ke 17 negara. 

Langkah sigap pemerintah Korea yang lain adalah dengan cepat memberlakukan tindakan darurat di Daegu.

Lokasi penyebaran infeksi di Daegu terjadi di sebuah gereja lokal.

Baca juga: Tak Patuh, Gereja di Korea Selatan Masih Buka Layanan Saat Virus Corona

“Korea Selatan dapat menangani hal ini tanpa membatasi pergerakan orang-orang karena kami tahu sumber utama infeksi, jemaat gereja, cukup awal," kata Ki Mo-ran, seorang ahli epidemiologi penasihat virus corona Pemerintah Korea Selatan.

"Jika kita mempelajarinya lebih lambat dari yang kita lakukan, segalanya bisa jauh lebih buruk," lanjut dia.

Dari sisi masyarakat, warga Korea Selatan berbeda dengan orang Eropa dan Amerika.

Masyarakat telah siap menghadapi wabah virus corona sebagai keadaan darurat nasional setelah mereka menghadapi wabah sindrom pernapasan Timur Tengah pada 2015.

Saat itu, 35 orang meninggal dunia.

Pelajaran 2: uji awal, sering dan aman

Negara ini telah menguji lebih banyak orang untuk virus corona dibandingkan negara lain, sehingga memungkinkannya mengisolasi dan mengobati lebih banyak orang yang terinfeksi dengan segera.

Negara ini telah melakukan lebih dari 300.000 tes untuk tingkat per kapita, jumlah yang lebih banyak 40 kali lipat dari AS.

"Pengujian itu penting karena mengarah pada deteksi dini, itu meminimalkan penyebaran lebih lanjut dan dengan cepat mengobati yang ditemukan dengan virus. Itulah kunci dari kematian kami sangat rendah" Kang Kyung-wha, menteri luar negeri Korea Selatan, mengatakan kepada BBC.

Pendekatan degan cara pengujian masif dirancang untuk mengetahui seberapa besar wabah yang telah berlangsung.

Agar rumah sakit dan klinik tak kewalahan, para pejabat membuka 600 pusat pengujian untuk menyaring orang sebanyak mungkin, secepat mungkin dan menjaga para petugas kesehatan tetap aman dengan meminimalkan kontak.

Baca juga: Belajar dari Korea Selatan, Ini Rekomendasi Ilmuwan Diaspora Tangani Corona

Pengujian juga menggunakan stasiun drive-thru. Sebanyak 50 stasiun drive-thru dgunakan untuk menguji pasien tanpa mereka meninggalkan mobilnya.

Mereka juga diberikan kuisioner, pemindaian suhu jarak jauh dan swab tenggorokan.

Setiap proses butuh waktu sekitar 10 menit. Hasil tes biasanya kembali dalam beberapa jam.

Di beberapa wlak-in centre pasien masuk kedama tempat serpa bilik telepon transparan.

Petugas selanjutnya melakukan uji swab menggunakan sarung tangan karet tebal yang dipasang di dinding kamar.

Imbauan kepada publik gencar dilakukan untuk mendesak warga atau siapapun yang bergejala yang mereka kenal untuk melakukan tes.

Pengunjung dari lar negeri diharuskan mengunduh aplikasi yang akan memandu mereka melakukan pemeriksaan sendiri guna mengetahui gejala.

Pelajaran 3: Pencarian kontak dan isolasi

Ketika seseorang dinyatakan positif terinfeksi virus corona, petugas kesehatan akan menelusuri kembali jejak perjalanan pasien, mengujinya.

Bahkan, jika perlu segera mengisolasi siapa pun yang melakukan kontak dengan pasien positif itu.

Hal ini memungkinkan petugas mengidentifikasi penularan sejak dini dan mencegahnya menulari warga lainnya.

Korea Selatan telah mengembangkan alat dan tindakan pelacakan kontak agresif sejak MERS.

Petugas kesehatan menelusuri pergerakan pasien menggunakan rekaman kamera keamanan, catatan kartu kredit, hingga data GPS dari mobil dan ponsel.

"Kami melakukan penyelidikan epidemiologis seperti detektif polisi," kata Ki.

"Kemudian, kami memiliki undang-undang yang direvisi untuk memprioritaskan jaminan sosial daripada privasi individu pada saat krisis penyakit menular," ujar dia.

Baca juga: 3 Kunci Korea Selatan Berhasil Tangani Virus Corona Lebih Baik dari Negara Lain

Saat wabah semakin meluas, pemerintah mengandalkan pesan massal untuk melakukan pelacakan secara intensif.

Ponsel warga Korea Selatan bergetar dengan peringatan darurat setiap kasus baru ditemukan di distrik mereka.

Situs web dan aplikasi ponsel merinci jadwal perjalanan orang itu jam demi jam, terkadang menit demi menit.

Selain itu, informasi bus apa yang mereka naiki, kapan, dan di mana mereka naik-turun walaupun mereka memakai masker.

Orang-orang yang meyakini berpapasan dengan pasien disarankan untuk melapor ke pusat-pusat pengujian.

Warga Korea Selatan secara luas mengikhlaskan hilangnya privasi mereka untuk kepentingan bersama.

Mereka yang melakukan karantina sendiri diwajibkan mengunduh aplikasi yang memberitahu petugas jika nanti mereka keluar dari isolasi.

Korsel menerapkan denda bagi yang melanggar, besarannya mencapai 2.500 dollar AS. 

Angka fatalitas kasus pun hanya lebih dari 1 persen, termasuk yang terendah di dunia

Pelajaran 4: mendaftarkan bantuan publik

Petugas kesehatan atau petugas pemindai suhu tubuh tak mampu melacak semua orang sehingga setiap warga harus mampu mendeteksinya sendiri.

Warga diminta untuk bekerja sama. 

Siaran televisi, pengumuman stasiun kereta bawah tanah, dan peringatan di ponsel tak pernah berhenti mengingatkan untuk mengenakan masker wajah, petunjuk tentang social distancing, dan data transmisi pada hari itu.

Survei menunjukkan, mayoritas warga menyetujui dan yakin dengan upaya pemerintah, menjaga untuk tidak panik.  

"Kepercayaan publik ini menghasilkan tingkat kesadaran kewarganegaraan dan kerja sama suka rela yang sangat tinggi yang memperkuat upaya kolektif kita," ujar Lee Tae-ho, Wakil Menteri Urusan Luar Negeri.

Para pejabat memuji sistem perawatan kesehatan nasional Korea yang menjamin sebagian besar biaya perawatan dan adanya aturan khusus yang mencakup biaya terkait virus corona.

Bahkan, negara ini memberi intensif mereka yang tak bergejala agar bersedia dites.

Baca juga: Trump Pesan Alat Tes Virus Corona dari Korea Selatan

Mungkinkah cara Korsel diadaptasi?

Para ahli menyebutkan, hambatan untuk mengikuti jejak Korea Selatan tidak terkait dengan biaya ataupun teknologi.

Hambatannya adalah kemauan politik. Pemerintah sejumlah negara dinilai akan ragu menerapkan seperti langkah Korea Selatan karena dianggap upaya yang berat saat krisis. 

Hambatannya lainnya, kemauan publik. Kepercayaan publik di Korea Selatan tinggi daripada negara lain.

Para pejabat Korea Selatan pun menganggap akan sulit bagi negara-negara untuk meniru jejak Korea Selatan.

“Metode Korea Selatan dapat membantu AS meskipun kami mungkin kehilangan kesempatan untuk mendapatkan hasil seperti Korea Selatan,” ujar Gottlieb, mantan Komisioner FDA.

“Kita harus melakukan segalanya untuk mencegah penderitaan tragis yang ditanggung oleh Italia,” lanjut dia.

Baca juga: Virus Corona, Anggota Sebuah Gereja di Korea Selatan Bentrok dengan Polisi

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Timeline Wabah Virus Corona

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi