Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PBB Ingatkan Ancaman Virus Corona Global, Lebih dari 20.600 Orang Dilaporkan Meninggal

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock
Ilustrasi virus corona
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Lebih dari tiga miliar penduduk dunia hidup di bawah tindakan karantina wilayah karena melambungnya jumlah kematian akibat virus corona, terutama di Eropa dan Amerika Serikat.

Kejadian tersebut menggarisbawahi peringatan PBB bahwa pandemi virus corona menjadi ancaman seluruh umat manusia.

Dilansir dari SCMP, saat angka kematian global melonjak menjadi lebih dari 20.000 di mana jumlah kematian di Spanyol bergabung dengan Italia melampaui jumlah kematian di China.

"Covid-19 mengancam seluruh umat manusia, dan seluruh manusia harus melawan itu," ujar Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Mengapa Angka Kematian di Italia akibat Corona Tertinggi di Dunia?

Guterres juga mengajukan permohonan sebesar 2 miliar dollar AS atau sekitar Rp 32,54 triliun untuk membantu kaum miskin di dunia.

Menurutnya, aksi global dan solidaritas sangat penting. Respons masing-masing negara tidak akan cukup.

Sementara itu, negara-negara utama G20 akan mengadakan konferensi video darurat pada hari ini, Kamis, (26/3/2020) untuk membahas tanggapan global terhadap krisis.

Adapun kerusakan ekonomi dari virus dan pengarantinaan wilayah juga dapat menghancurkan, yang dikhawatirkan akan resesi di seluruh dunia.

Bahkan, dikhawatirkan menjadi lebih buruk daripada krisis keuangan lebih dari satu dekade lalu.

Baca juga: Berikut 5 Gejala Virus Corona Ringan yang Tak Boleh Diabaikan

Berikut perkembangan global saat wabah virus corona melanda:

Paket penyelamatan senilai Rp 32,54 triliun 

Senat AS meloloskan paket penyelamatan terbesar negara senilai 2 miliar dollar AS atau Rp 32,54 triliun pada Rabu (25/3/2020).

Adapun kebijakan tersebut rencananya dipergunakan bagi warga AS yang menderita, rumah sakit yang semakin menipis, dan ekonomi yang dirusak oleh krisis virus corona yang merebak dengan cepat.

Kesepakatan besar antara partai Republik, Demokrat, dan Gedung Putih mencakup pembayaran tunai kepada pembayar pajak AS dan beberapa ratus miliar dollar dalam bentuk hibah dan pinjaman untuk usaha kecil dan industri inti.

Hal ini juga menopang rumah sakit yang sangat membutuhkan peralatan medis.

Sementara itu, Presiden AS Donald Trump telah menyuarakan harapan, AS akan "bersiap untuk pergi" pada pertengahan April. Namun, optimismenya tampaknya berdiri sendiri di antara para pemimpin dunia.

Baca juga: Saat Pasien Corona di AS Didominasi Usia 20-44 Tahun...

Raja dan ratu Malaysia lakukan karantina mandiri

Kediaman resmi monarki Malaysia pada Kamis (26/3/2020) mengonfirmasi tujuh stafnya telah dinyatakan positif Covid-19 dan saat ini telah menerima perawatan medis di Rumah Sakit Kuala Lumpur.

Seorang juru bicara Istana Negara mengatakan, Raja Malaysia, Sultan Abdullah Sultan Ahmad Shah dan Ratu, Tunku Azizah, telah dites dan hasilnya menunjukkan mereka bersih dari virus corona.

"Namun demikian, Yang Mulia saat ini melakukan karantina mandiri selama 14 hari terhitung sejak kemarin," ujar dia.

Terkait mewabahya virus ini, Malaysia mengumumkan perpanjangan selama 14 hari ke depan, yakni hingga 14 April 2020 untuk mengatasi wabah virus corona.

Adapun kebijakan "Perintah Kontrol Gerakan" yang mengharuskan warganya untuk tetap tinggal di rumah hingga 14 April.

Baca juga: Update, Berikut 15 Negara yang Berlakukan Lockdown akibat Virus Corona

Rusia hentikan semua penerbangan internasional

Sementara itu, Rusia akan menghentikan semua penerbangan internasional mulai tengah malam pada Jumat (27/3/2020) di bawah dekrit pemerintah yang mencantumkan langkah-langkah baru terhadap wabah virus corona.

Dekrit yang diterbitkan pada Kamis (26/3/2020) memerintahkan otoritas penerbangan untuk menghentikan semua penerbangan reguler dan sewa, dengan pengecualian penerbangan khusus yang mengevakuasi warga Rusia dari luar negeri.

Pengumuman itu muncul setelah Rusia mencatat lonjakan harian terbesar dalam infeksi virus corona yang saat ini mencapai 658 kasus di negaranya.

Baca juga: Virus Corona, Jumlah Kematian Tertinggi di Italia, dan Lonjakan Kasus Baru di Thailand

New York kekurangan ruangan untuk kamar mayat

Otoritas New York memobilisasi untuk menghadang potensi bencana kesehatan masyarakat di kota itu dengan munculnya hotspot virus corona di AS.

Hotspot tersebut merupakan sebuah suar peringatan dan mungkin kisah peringatan bagi negara-negara lainnya.

Diketahui, sebuah kamar mayat darurat didirikan di luar Rumah Sakit Bellevue, semakin berkurang.

Polisi kota diperintahkan untuk berpatroli di jalan-jalan yang hampir kosong untuk menegakkan jarak sosial.

Pejabat kesehatan masyarakat memburu tempat tidur dan peralatan medis dan memanggil lebih banyak dokter dan perawat karena khawatir jumlah orang sakit akan meledak dalam hitungan minggu.

Universitas New York menawarkan untuk membiarkan mahasiswa kedokteran lulus lebih awal, sehingga mereka dapat bergabung dalam melawan virus corona.

Baca juga: Iran, antara Perang Melawan Virus Corona dan Sanksi Ekonomi...

Selain itu, New York juga membeli 45 trailer truk pendingin, di mana masing-masing mampu menampung sebanyak 44 mayat.

Seorang pejabat kota menambahkan, dengan penambahan tenda pendingin, kota ini akan memiliki kapasitas untuk menampung 3.600 mayat.

Sejauh ini, New York merupakan pusat penyebaran wabah virus corona di AS, dengan hampir 200 kematian dan sekitar 18.000 kasus melanda kota ini.

Di sisi lain, AS tercatat sudah lebih dari 65.000 kasus infeksi virus corona dan 850 orang telah meninggal dunia.

Baca juga: Melihat Perbandingan Kekuatan Militer Iran dan Amerika

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Negara-negara yang Melakukan Lockdown karena Virus Corona

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi