Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seperti Inilah Kehidupan Perkotaan 'Baru" Usai Wabah Virus Corona

Baca di App
Lihat Foto
Freepik/ Evening_tao
ilustrasi kota
|
Editor: Virdita Rizki Ratriani

KOMPAS.com - Wabah virus corona masih terus terjadi di berbagai belahan dunia. Terbaru, jumlah kasus di AS dilaporkan telah melebihi daratan China, lokasi kasus pertama virus corona baru ini dideteksi.

Saat dunia masih terus berjuang melawan penyebaran virus corona, banyak orang mulai membatasi diri dengan mengubah cara berpindah, bekerja, dan berpikir. 

Beberapa orang mungkin juga mempertanyakan langkah yang harus mereka lakukan agar dapat bertahan hingga pandemi ini berakhir. 

Salah satu pertanyaan yang menjadi konsentrasi besar di negara-negara terjangkit adalah terkait perencanaan kota.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Namun, apa saja yang mungkin berubah dari kehidupan perkotaan akibat wabah virus corona ini?

Baca juga: Pandemi Covid-19 Buat Stephan El Shaarawy Merindukan Italia

1. Perubahan fokus perencanaan kota

Banyaknya aktivitas yang terjadi di perkotaan menjadi fokus tersendiri dan dipandang penting untuk meningkatkan kelestarian lingkungan, dalam hal ini, yaitu 'pemisahan' populasi untuk menahan penularan infeksi antar orang.

Menurut Profesor Studi Perkotaan di MIT Richard Sennett, di masa depan akan ada fokus baru untuk menemukan solusi desain bangunan individu serta lingkungan yang lebih luas dan memungkinkan orang bersosialisasi.

Namun demikian, mengingat biaya yang diperlukan di perkotaan cukup tinggi, keberhasilan dari rencana ini bergantung pada reformasi ekonomi yang juga signifikan.

Baca juga: Angie Virgin Ceritakan Situasi di Inggris yang Dilanda Wabah Corona

2. Penurunan biaya transportasi 

Mengutip The Guardian, Direktur Pelaksana Bain Consultancy's Macro Trends Group Karen Harris menyebut, kemungkinan penurunan 'biaya atas jarak'atau biaya transportasi dapat terjadi sebagai akibat dari krisis virus corona. 

Semakin banyak perusahaan yang memungkinkan para pegawainya untuk bekerja dari rumah dan semakin banyak pekerja yang kemudian menjadi terbiasa dengan sistem ini.

"Ini adalah sebuah kebiasaan yang cenderung dapat bertahan," kata Harris.

Menurut Harris, implikasi kondisi ini di kota-kota besar akan sangat tinggi. Jika jarak dengan tempat bekerja tidak lagi menjadi faktor penting dalam memutuskan tempat tinggal, misalnya, daya tarik pinggiran kota pun berkurang.

"Kita bisa menuju ke sebuah era di mana pusat kota yang ada dan "desa-desa baru" menjadi menonjol. Sementara, aliran komuter tradisional pun memudar," tambah Harris.

Baca juga: Kadin Indonesia Serahkan Bantuan Rp 10 Miliar ke PMI terkait Penanganan Wabah Covid-19

3. Intensifikasi infrastruktur digital

Dampak potensial lain dari virus corona yang dapat terjadi adalah intensifikasi infrastruktur digital di kota-kota.

Korea Selatan adalah salah satu negara yang melaporkan kasus virus corona cukup banyak tetapi dapat menekan angka kematiannya. Pencapaian ini salah satunya berkat peran dari serangkaian inovasi teknologi, termasuk pemetaan dan publikasi pergerakan pasien yang terinfeksi. 

Di China, pihak berwenang juga meminta bantuan perusahaan teknologi seperti Alibaba dan Tencent untuk melacak penyebaran Covid-19. Selain itu, mereka juga menggunakan analisis big data untuk mengantisipasi lokasi munculnya klaster penularan selanjutnya.

4. Menguatkan solidaritas

Datangnya virus corona di berbagai belahan dunia mengisahkan cerita yang berbeda-beda. Namun, salah satu dampaknya adalah sebuah penyebaran yang tiba-tiba untuk membentuk kelompok bantuan bersama.

Upaya ini dirancang untuk memberikan dukungan bagi masyarakat yang rentan. Kondisi tersebut pun menyatukan para warga lintas kelompok usia maupun perbedaan demografis. 

Ironisnya, social distancing yang digaungkan justru membuat sebagian penduduk 'lebih dekat' dari sebelumnya. 

Baca juga: Taman Nasional Bromo Tengger Semeru Perpanjang Waktu Penutupan

5. Tuntutan perlindungan masyarakat lebih tinggi

Rasa kolektif masyarakat yang menguat dapat mengarah pada peningkatan jangka panjang dalam tuntutan publik untuk melindungi warga negara. 

Kondisi ini mungkin akan lebih sulit ditahan oleh pemerintah, terutama terkait kesiapan dalam menghadapi virus corona di luar kondisi pasar yang juga diperhatikan.

Beberapa rumah sakit swasta di beberapa wilayah di dunia telah menghadapi tekanan untuk menambah tempat tidur tanpa biaya tambahan bagi mereka yang membutuhkan. 

Di Los Angeles, para tunawisma telah menyita rumah-rumah kosong, mendapat dukungan dari beberapa anggota parlemen. 

Apakah sentimen seperti akan berkurang setelah virus corona usai atau dapat bertahan lama dengan dukungan politik untuk kebijakan perkotaan yang menempatkan kepentingan masyarakat di atas kepentingan perusahaan?

Tidak ada yang dapat memberikan jawaban pasti. 

Penasihat Senior PBB untuk Perubahan Iklim dan Program Perkotaan Richard Sennett mengatakan bahwa orang akan berpotensi melihat perubahan mendasar dalam hubungan sosial perkotaan.

"Penduduk kota menjadi sadar akan keinginan yang tadinya tidak mereka ketahui, seperti lebih banyak kontak dengan manusia, berhubungan dengan orang-orang yang tidak seperti dirinya sendiri," jelas Sennett. 

Baca juga: Jenazah Pasien PDP Corona di Aceh Utara Dibuka Plastiknya dan Dimandikan, Keluarga Bersikeras Pasien Sakit Biasa

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi