Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa yang Terjadi pada Paru-paru Manusia Saat Terkena Virus Corona?

Baca di App
Lihat Foto
AFP/PAOLO MIRANDA
Seorang dokter memeriksa resusitasi pasien dengan CT paru di Rumah Sakit Cremona, tenggara Milan, Lombardy, Italia, Jumat (13/3/2020). Selama diberlakukannya lockdown di Italia terkait meledaknya penyebaran virus corona di negara tersebut, sosok para tenaga medis banjir dukungan atas dedikasi mereka yang menjadi pahlawan dalam menangani serbuan pasien corona.
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com – Virus corona sampai dengan hari ini telah menginfeksi lebih dari setengah juta populasi manusia dunia.

Melansir dari Worldometers ada 532.237 kasus terkonfirmasi dengan jumlah kematian sebanyak 24.089 dan sembuh 124.326.

Virus yang dikenal dengan nama Sars-CoV-2 ini diketahui dapat menyerang paru-paru para penderitanya.

Baca juga: Tanya Jawab Seputar Covid-19 pada Kehamilan, Melahirkan, dan Menyusui

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lantas bagaimana virus tersebut bisa memengaruhi seseorang?

Prof John Wilson, Presiden terpilih dari Royal Australasian College of Physicians yang juga merupakan seorang dokter mengatakan, hampir semua konsekuensi serius dari Covid-19 adalah fitur pneumonia.

Melansir dari The Guardian, Wilson mengatakan orang yang mengalami Covid-19 dikategorikan dalam empat kategori.

Kategori yang paling tidak serius, yakni orang-orang yang memiliki virus tetapi tak bergejala.

Kategori berikutnya adalah mereka yang terinfeksi pada saluran pernafasan bagian atas.

Baca juga: Berikut 5 Gejala Virus Corona Ringan yang Tak Boleh Diabaikan

Gejala ringan

Umumnya mereka akan mengalami demam dan batuk serta gejala ringan seperti sakit kepala dan konjungtivitis (peradangan pada selaput mata).

Pada kategori ini mereka tergolong sebagai orang-orang dengan gejala ringan yang dapat menularkan virus meskipun tidak menyadarinya.

Sedangkan kategori dengan jumlah banyak dan paling mungkin datang ke rumah sakit adalah mereka yang memiliki gejala serupa flu, yang membuat mereka sampai tidak bisa bekerja.

Sedangkan kelompok terakhir adalah mereka yang mengembangkan penyakit parahnya disertai pneumonia.

"Di Wuhan, ternyata dari mereka yang dites positif dan mencari bantuan medis, sekitar 6% menderita penyakit parah," kata Wilson.

Menurut WHO, orang tua, dan orang-orang dengan masalah mendasar seperti tekanan darah tinggi, masalah jantung dan paru-paru atau diabetes, lebih mungkin mengalami ini.

Baca juga: Corona Bisa Menular dari Orang Tanpa Gejala, Bagaimana Mengujinya?

Bagaimana pneumonia bisa berkembang?

Saat orang dengan Covid-19 mengalami batuk dan demam, Wilson mengatakan itu adalah hasil dari infeksi yang telah mencapai pohon bronkial, yakni saluran udara yang memiliki fungsi mengalirkan udara keluar dari paru-paru.

”Lapisan pohon pernapasan menjadi terluka, menyebabkan peradangan. Ini pada gilirannya mengiritasi saraf di lapisan jalan napas. Seperti setitik debu yang dapat merangsang batuk,” katanya lagi.

Tapi itu menjadi buruk, ketika virus melewati jalan napas dan pergi ke lokasi unit pertukaran gas yang ada di ujung batang.

"Jika terinfeksi, mereka merespons dengan menuangkan bahan radang ke dalam kantung udara yang ada di bagian bawah paru-paru kita," ujar Wilson.

Jika kantung udara mengalami peradangan, Wilson mengatakan itu bisa membuat cairan masuk ke paru-paru dan membuat seseorang mengalami pneumoia.

Paru-paru yang kemudian penuh oleh cairan inflamasi tak akan dapat oksigen yang cukup untuk mengalirkan darah.

Sehingga kemampuan tubuh untuk mengambil oksigen dan membuang karbon dioksida menjadi berkurang.

“Itulah umumnya yang menjadi penyebab kematian pada pneumonia berat,” imbuhnya.

Baca juga: 4 Hari Dikira Pneumonia, Seorang Pengacara di New York Positif Virus Corona

Bagaimana mengobati pneumonia?

Prof Christine Jenkins, Ketua Lung Foundation dan juga seorang dokter pernapasan terkemuka mengatakan, sejauh ini belum diketahui bagaimana menccegah orang mengalami pneumonia akibat Covid-19.

“Orang-orang sudah menguji coba semua jenis obat dan kami berharap menemukan berbagai kombinasi obat virus dan anti-virus yang bisa efektif," kata dia.

Sayangnya sampai dengan hari ini belum ada terapi yang ditetapkan selain dari perawatan suportif yang diberikan saat pasien dirawat intensif.

"Kami memberikan ventilator dan mempertahankan kadar oksigen yang tinggi sampai paru-paru mereka dapat berfungsi dengan cara yang normal lagi ketika mereka pulih," kata Jenkins.

Sementara itu, Wilson mengatakan pasien dengan pneumonia virus juga berisiko terkena infeksi sekunder sehingga mereka memerlukan antibiotik selain antivirus.

“Dalam beberapa situasi itu tidak cukup. Pneumonia menjadi tidak terkendali dan pasien tidak selamat,” ucapnya.

Baca juga: Jadi Pandemi Global, Kenali 3 Gejala Awal Covid-19

Apakah pneumonia Covid-19 berbeda?

Jenkins mengatakan pneumonia Covid-19 berbeda dengan kasus pneumonia yang umum ada di rumah sakit.

“Sebagian besar jenis pneumonia yang kita ketahui di rumah sakit adalah bakteri, dan mereka merespons antibiotik,” katanya lagi.

Wilson mengatakan bukti menunjukkan bahwa pneumonia yang disebabkan Covid-19 mungkin sangat parah di mana pneumonia cenderug mempengaruhi semua paru-paru, bukan hanya sebagian kecil.

"Setelah kita memiliki infeksi di paru-paru dan, jika itu melibatkan kantung udara, maka respons tubuh pertama-tama adalah mencoba  menghancurkan virus dan membatasi replikasinya," imbuh Jenkins.

Akan tetapi, pada beberapa orang termasuk orang dengan penyakit jantung dan paru, diabetes dan orang tua, mekanisme tersebut terganggu.

Jenkins mengatakan secara umum orang berusia 65 tahun ke atas berisiko mengalami pneumonia.

Selain itu orang-orang dengan penyakit kronis seperti diabetes, kanker, penyakit kronis yang mempengaruhi paru-paru, jantung, ginjal, hati, perokok dan bayi berusia 12 bulan ke bawah juga berisiko.

“Usia adalah prediktor utama risiko kematian akibat pneumonia. Pneumonia selalu serius untuk orang yang lebih tua dan pada kenyataannya dulu menjadi salah satu penyebab utama kematian pada orang tua,” ujarnya.

Lebih lanjut ia mengingatkan tak peduli seberapa sehat dan aktif seseorang, risiko terkena pneumonia dapat meningkat seiring bertambahnya usia. Hal ini karena sistem kekebalan tubuh secara alami melemah seiring bertambahnya usia sehingga tubuh lebih sulit melawan infeksi dan penyakit.

Baca juga: Mengenal Virus Corona, Masih Keluarga SARS dan MERS Sebabkan Pneumonia

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Beda Virus Corona Wuhan, SARS, dan MERS

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi