Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari-hari Terburuk Italia dan Spanyol akibat Virus Corona Belum Berakhir

Baca di App
Lihat Foto
AFP/PAOLO MIRANDA
Seorang perawat membawa perangkat darurat di Rumah Sakit Cremona, tenggara Milan, Lombardy, Italia, Rabu (11/3/2020). Selama diberlakukannya lockdown di Italia terkait meledaknya penyebaran virus corona di negara tersebut, sosok para tenaga medis banjir dukungan atas dedikasi mereka yang menjadi pahlawan dalam menangani serbuan pasien corona.
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Italia dan Spanyol mengalami hari-hari terburuk ketika wabah virus corona semakin menjangkiti dua negara tersebut pada Jumat (27/3/2020).

Dilansir dari SCMP, Italia melaporkan ada 969 kematian dalam sehari, sedangkan Spanyol mengumumkan ada 769 warganya meninggal dunia akibat Covid-19.

Dengan demikian, jumlah kematian akibat infeksi virus corona di Italia menjadi 9.313 orang dan di Spanyol menjadi 4.858 orang.

Kedua negara tersebut diketahui masuk 10 besar negara dengan jumlah kasus terbanyak Covid-19.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Berikut 5 Gejala Virus Corona Ringan yang Tak Boleh Diabaikan

Adapun Pemerintah Madrid memperingatkan warganya bahwa situasi akan semakin memburuk.

Menurut data terkini, Italia saat ini memiliki 86.498 kasus, di mana angka ini melampaui China dengan 81.897 kasus.

Otoritas Perlindungan Sipil mengungkapkan, infeksi baru di Italia melambat menjadi 5.959 kasus dibandingkan dengan 6.153 kasus pada hari sebelumnya.

Baca juga: Potret Penanganan Virus Corona di Indonesia...

Upaya Pemerintah Italia

Sementara itu, Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez mengadakan pertemuan kabinet darurat untuk mencoba memetakan jalan keluar dari krisis yang melanda negara ini dengan cepat.

Dua negara tersebut hampir sepenuhnya terkunci, dan kondisi pemerintahan itu tetap mengandalkan interaksi sosial terbatas untuk membantu mengendalikan penyebaran penyakit.

"Kita mungkin memasuki fase stabilisasi, tetapi kita belum mencapai puncaknya," ujar Menteri Kesehatan Salvador Ila.

Baca juga: Update, Berikut 15 Negara yang Berlakukan Lockdown akibat Virus Corona

Sistem perawatan kesehatan

Saat Italia dan Spanyol melaporkan kematian terbanyak di seluruh dunia, wabah virus corona yang menjangkiti Eropa ini merenggangkan sistem perawatan kesehatan.

Dalam beberapa kasus, bahkan memaksa dokter untuk memilih siapa yang harus hidup atau mati.

Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mencoba mengumpulkan dukungan untuk memerangi penyakit Covid-19 pada Jumat (27/3/2020).

Hal itu dilakukan meski beberapa pemimpin dunia, seperti Presiden AS Donald Trump mempertanyakan perlunya langkah-langkah ekstrem.

Sementara itu, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson, yang dikritik karena lambat bereaksi terhadap pandemi, menjadi pemimpin pertama dunia yang mengungkapkan bahwa ia telah positif virus corona.

Pernyataan itu disampaikannya setelah ia menjalani tes.

Tak hanya Boris Johnson, ahli waris takhta Inggris, Pangeran Charles, juga dilaporkan positif virus corona.

Baca juga: Deretan Pesohor yang Positif Corona, dari Tom Hanks hingga Menkes Inggris Nadine Dorries

Aksi potong gaji

Diberitakan Kompas.com, Jumat (27/3/2020), di tengah perlawanan menghadapi virus corona dan juga pelemahan ekonomi ini, sejumlah pemimpin negara memotong sebagian gaji para petinggi negara seperti presiden dan menteri-menteri kabinetnya untuk membantu penanganan pandemi di negara masing-masing.

Sejauh ini, setidaknya terdapat empat negara yang telah terlihat melakukan aksi tersebut. Keempat negara itu adalah Korea Selatan, Malaysia, Singapura, dan Fiji.

Dikutip dari The Korea Times, Jumat (27/3/2020), Presiden Korea Selatan Moon Jae-in dan pejabat tinggi pemerintahan akan mengembalikan 30 persen gaji yang mereka peroleh selama empat bulan ke depan.

Aksi itu dilakukan untuk mendukung upaya negara menghentikan kasus Covid-19.

Tidak jauh berbeda, Malaysia juga melakukan hal yang sama sebagaimana dilansir dari Channel News Asia, Kamis (26/3/2020).

Baca juga: Jalan Panjang Wisma Atlet Kemayoran Sebelum Disulap Jadi RS Darurat Covid-19

Perdana Menteri Malaysia Muhyiddin Yassin beserta semua menteri dan wakil menteri di kabinet pemerintahan Negeri Jiran tersebut akan memotong gaji mereka selama dua bulan ke depan.

Kemudian, gaji pejabat negara tersebut selanjutnya akan didonasikan pada negara untuk penanganan Covid-19.

Sama dengan yang dilakukan negara tetangganya, Singapura juga diketahui menggelar aksi serupa.

Dilansir dari The Straits Times, Kamis (26/3/2020), perdana menteri, menteri-menteri kabinet, dan politisi pemegang kepentingan, bersama presiden, akan menyerahkan sebagian gajinya selama tiga bulan.

Aksi ini sebagai bentuk solidaritas terhadap seluruh masyarakat Singapura yang sedang menghadapi pandemi.

Hal itu disampaikan Wakil Perdana Menteri Singapura yang juga Menteri Keuangan, Heng Swee Keat, Kamis (26/3/2020).

Menurut Heng Swee Keat, pada masa sulit seperti ini karakteristik sebenarnya sebuah bangsa akan terlihat.

Baca juga: Kenali Tanda dan Gejala Terinfeksi Virus Corona pada Anak-anak

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Negara-negara yang Melakukan Lockdown karena Virus Corona

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi