KOMPAS.com - Kerja para medis di Italia semakin berat dalam satu bulan terakhir, ketika kasus infeksi virus corona di negara itu bertambah banyak.
Angka kematian semakin tinggi.
Dengan jumlah kematian mencapai 9.313 dari 86.498 kasus, dokter dan perawat bekerja secara bergantian untuk mengelola rumah sakit yang dipenuhi pasien dan seringkali mengorbankan kesejahteraan psikologis mereka sendiri.
Sebagai ahli anestesi yang terlatih dalam memberikan penghilang rasa sakit dan mengelola resusitasi, Gregoria Spagnolin, mengatakan, ia merasa tak siap untuk melihat kenyataan yang terjadi selama wabah Covid-19.
"Menerima kematian seorang pasien kanker metastasis lebih mudah daripada menerima kematian seorang pasien berusia 30 tahun. Sekarang, ini adalah rutinitas sehari-hari," kata Spagnolin, dilansir dari The Independent, Sabtu (28/3/2020).
Baca juga: 10 Panduan untuk Orangtua Cegah Anak dari Virus Corona
Dalam satu hari, ia menyaksikan angka kematian secara terus menerus, yang biasanya terjadi dalam rentang waktu satu bulan.
"Hal yang paling sulit untuk diproses secara emosional adalah bagaimana orang-orang ini mati. Mereka sendirian," kata dia.
Pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit mengikuti protokal isolasi dan kontrol infeksi yang ketat, sehingga membuat kunjungan keluarga menjadi mustahil.
Kadang-kadang, ia melanggar aturan rumah sakit demi memberi kesempatan terakhir pasien untuk mengucapkan selamat tinggal kepada keluarganya melalui telepon pribadinya yang telah dibungkus dengan plastik.
"Secara teori ini tak diperbolehkan, tapi itu satu-satunya hal manusiawi yang bisa dilakukan," jelas dia.
Tenaga medis bekerja di bawah tekanan yang sangat besar, termasuk tingginya risiko infeksi dengan minimnya alat perlindungan diri.
Lebih dari 5.000 operator sanitasi telah terbukti positif terkena virus corona.
Baca juga: Bagaimana Aturan Isolasi dan Karantina Diri karena Virus Corona? Ini Panduannya
Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan di jurnal imliah The Lancet, hal itu berpotensi besar menyebabkan stres, gelisah, dan depresi.
Spagnolin mengatakan, komitmen terhadap pekerjaannya melupakan risiko psikologis jangka panjang yang mengintainya.
"Ketika Anda berperang, Anda tidak menyadari apa yang Anda rasakan. Kamu hanya bertarung," papar Spagnolin.
Tetapi, beban tanggung jawab ini mungkin terlalu berat bagi sebagian pekerja medis.
Seorang perawat berusia 49 tahun yang menangani pasien Covid-19 di Provinsi Venesia bunuh diri minggu lalu dan diikuti oleh perawat berusia 34 tahun di Monza, Milan.
Menurut Federasi Perawat Nasional (FNOPI), perawat tersebut dicekam rasa bersalah karena kemungkinan telah menyebarkan infeksi setelah dites positif virus corona.
Baca juga: Seekor Kucing di Belgia Ditemukan Terinfeksi Virus Corona
Seorang piskolog sekaligus anggota Masyarakat Psikolog Darurat Italia (SIPEM) Ivan Giacomel mengatakan, dokter dan perawat yang tak memiliki pengalaman sebelumnya dalam menangani kondisi kritis berpotensi menghadapi efek paling besar dengan dampak buruk pada kesejahteraan psikologis.
"Banyak yang bergantung pada seberapa kuat individu itu, tetapi banyak dari mereka dibiarkan merasa tertutup dan tak berdaya," kata Giacomel.
"Mereka dilemparkan ke dalam situasi yang di dalamnya banyak orang sekarat di antara mereka dan hal itu belum pernah terjadi sebelumnya dalam sistem kami," lanjut dia.
Stres diperparah oleh isolasi dari keluarga dan teman-teman mereka karena khawatir tertular virus.
Saat ini, menurut Giacomel, hal yang mereka butuhkan hanyalah pelukan.
Giacomel membandingkan situasi saat ini dengan zona perang dan meramalkan bahwa dampak jangka panjang akan mencakup gangguan stres pasca-trauma (PTSD).
Baca juga: Negara Mana Saja yang Belum Melaporkan Kasus Positif Virus Corona?
Sejumlah organisasi, termasuk SIPEM dan Soleterre NGO menawarkan dukungan psikologis gratis untuk tenaga medis dan sukarelawan dengan gejala yang dapat memengaruhi kemampuan pengambilan keputusan.
Kepala FNOPI Giancarlo Cicolini mengatakan, krisis ini telah menghatam para perawat, terutama karena kekurangan staf.
Menurut statistik yang disediakan oleh organisasi, rasio Italia 5,5 perawat setiap 1.000 penduduk, jauh di bawah rata-rata Uni Eropa yaitu 8,9.
"Ada perawat yang belum beristirahat dengan benar dalam beberapa minggu. Semua negara yang bersiap untuk lonjakan kasus coronavirus harus menarik sumber daya manusia untuk menghindari kasus serupa," kata Cicolini.
Baca juga: 5 Hal Baik di Tengah Pandemi Virus Corona