Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bergabung sejak: 20 Mar 2020

Platform akademisi Universitas Tarumanagara guna menyebarluaskan atau diseminasi hasil riset terkini kepada khalayak luas untuk membangun Indonesia yang lebih baik.

Moralitas Alam dan Corona

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS/JITET
Ilustrasi
Editor: Laksono Hari Wiwoho

Oleh: Prof Dr Mella Ismelina FR, SH, MHum

APA yang terjadi di alam ini tidak lepas dengan sebuah persoalan pemenuhan kebutuhan hidup dan kehidupan manusia.

Adakah relasi wabah corona yang terjadi saat ini dengan simbol keserakahan manusia terhadap alam atau cara paradigma yang salah dari manusia terhadap alam?

Wabah corona yang terjadi sekarang ini bisa jadi merupakan pengingat dari Tuhan Yang Maha Kuasa akan keserakahan manusia terhadap alam.

Manusia sebagai khalifah di muka bumi ini tentunya diberi tanggung jawab, amanah, dan kewajiban untuk memelihara dan melestarikan alam ini, mencari rezeki yang halal serta mengonsumsi hewan dan tumbuh-tumbuhan yang baik dan halal.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dalam relasi manusia dengan alam, manusia memiliki ketergantungan terhadap alam dalam pemenuhan hidup dan kehidupannya, sedangkan alam membutuhkan manusia untuk menjaga keseimbangan dan keharmonisannya.

Namun, dalam relasi tersebut yang terjadi adalah adanya dominasi manusia terhadap alam. Manusia selalu mengeksploitasi alam tanpa memperhatikan keberlanjutan dan keadilan ekologis bagi alam itu sendiri.

Salah satunya adalah manusia merusak ekosistem asli satwa dan mengonsumsinya untuk pemenuhan keinginan manusia, sebagai contoh adalah kelelawar yang kini telah menjadi bahan konsumsi bagi manusia.

Menurut ahli satwa liar, banyak binatang yang merupakan inang bagi para virus, termasuk virus corona, dan salah satunya adalah kelelawar.

Dengan demikian, jika manusia merusak habitat satwa dan mengonsumsinya, sama saja artinya manusia mengusik kehidupan virus yang ada di dalamnya.

Ketika habitat atau inang yang menjadi tempat virus hidup itu dirusak atau hilang, virus akan mencari inang baru dan tubuh manusialah yang menjadi salah satu sasarannya dan wabah penyakit pun akan terjadi.

Moralitas terhadap alam

Pada hakikatnya, semua makhluk hidup termasuk virus memiliki nilai seperti halnya manusia. Karena itu, harus diperlakukan sama sebagai sebuah komunitas ekosistem, walaupun tentunya dengan pembobotan yang berbeda-beda.

Alam perlu dalam lingkup kepedulian moral manusia sehingga keberadaannya perlu dihormati dan tidak selalu menjadi korban eksploitasi oleh manusia.

Manusia dan alam memiliki posisi yang sejajar. Manusia tidak ditempatkan lebih unggul, tidak lebih atas, tidak terpisah, dan tidak berada di luar alamnya.

Manusia merupakan bagian dari alamnya, sehingga menjadi tidak bermoral jika manusia memandang rendah makhluk lainnya atau alamnya.

Kini alam pun dapat dikualifikasikan sebagai subyek moral yang memiliki nilai pada dirinya, sehingga alam perlu mendapatkan pertimbangan dan kepedulian moral serta nilai keadilan ekologis.

Dalam konteks ini, tentu pemahaman terhadap posisi dan keberadaan alam perlu ada dalam diri setiap manusia dalam hal ini konsep ecoliteracy perlu menjadi perhatian kita.

Ecoliteracy

Konsep ecoliteracy sangat konteks dengan aktivitas manusia ketika berelasi dengan alamnya dan kondisi alam yang terus terdegradasi saat ini.

Ecoliteracy berasal dari dua kata, yaitu ecological yang artinya "terkait dengan prinsip-prinsp ekologi" dan literacy yang mengandung makna "sebagai situasi seseorang yang telah paham atau memiliki pengertian atas suatu hal".

Ecoliteracy ini merupakan konsep dasar yang harus dimiliki oleh manusia ketika berelasi dengan alamnya.

Dalam konsep ini, sebuah gerakan perlu dilakukan untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran manusia akan penting nya sebuah keberlanjutan ekosistem, pelestarian fungsi lingkungan dan keadilan ekologis.

Kesadaran bahwa alam ini adalah milik dan hak semua makhluk hidup.

Kesadaran bahwa kehidupan ekologis tidak hanya dipandang sebagai proses mekanistik saja tetapi merupakan proses ekologis dan sistemik.

Oleh sebab itu, yang dibutuhkan dalam pemahaman akan konsep ecoliteracy adalah adanya kebijaksanaan alam yang digambarkan oleh Fritjof Capra (2004) sebagai kemampuan sistem-sistem ekologis planet bumi mengorganisir dirinya sendiri melalui cara-cara halus dan kompleks.

Cara-cara pandang yang seperti ini, dengan diikuti oleh tingkah laku yang berwawasan lingkungan hidup dan berkelanjutan, akan menciptakan kondisi alam tetap seimbang dan harmonis sehingga kelestarian fungsi lingkungan hidup tetap terjaga.

Marilah kita jaga alam ini, jaga bumi kita ini, dengan selalu menjaga keseimbangan dan keharmonisannya.

Perubahan paradigma terhadap alam perlu dilakukan dengan memandang alam adalah sebuah komunitas moral yang memiliki nilai moral untuk diperhatikan akan kelestarian fungsi nya.

Etika dan tanggung jawab moral tidak lagi dibatasai hanya untuk manusia, tetapi belaku pula terhadap komunitas ekologis lainnya yang ada di alam ini.

Semoga kita selalu menjadi khalifah yang bertanggung jawab atas amanah yang diemban demi lestarinya alam ini dan keberlanjutan hidup dan kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Semoga.

Prof Dr Mella Ismelina FR, SH, MHum
Kaprodi PS Kenotariatan dan Kaprodi PSDH, Fakultas Hukum Universitas Tarumanagara

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi