Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Balik Penggunaan Bilik Disinfektan untuk Pencegahan Penyebaran Virus Corona...

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo
Bahaya Penyemprotan Disinfektan ke Tubuh Manusia
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Baru-baru ini, cairan disinfektan mulai ramai dipergunakan oleh masyarakat di berbagai daerah untuk membunuh virus corona.

Penyemprotan marak dilakukan di jalan, gerbang masuk kampung hingga sejumlah kantor pemerintahan/instansi dengan menggunakan bilik atau chamber.

Tak hanya menyemprotkan ke permukaan benda, banyak juga yang menyemprotkannya pada tubuh manusia.

Baca juga: Informasi Viral, Kalung Shut Out Klaim Dapat Cegah Tubuh Terinfeksi Virus Corona

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Orgnisasi Kesehatan Dunia (WHO) memeringatkan lewat media sosial bahwa menyemprotkan disinfektan ke tubuh adalah berbahaya.

Menurut WHO, menyemprot bahan-bahan kimia dapat membahayakan jika terkena pakaian atau selaput lendir, seperti mulut atau mata.

Alkohol dan klorin dapat berguna sebagai disinfektan pada permukaan sesuatu, namun harus digunakan sesuai petunjuk penggunaannya.

Lantas sebenarnya amankan penggunaan disinfektan?

Peneliti bidang kimia Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Joddy Arya Laksmono menjelaskan aman tidaknya penggunaan bilik disinfektan tergantung pada 3 hal:

"Kalau kita bicara tentang bilik disinfektan, maka ada dua hal yang perlu diedukasi kepada masyarakat. Pertama adalah desain bilik disinfektannya itu sendiri dan cairan disinfektannya yang digunakan," ujar Joddy pada Kompas.com, Selasa (31/3/2020).

Baca juga: Berikut Cara Membuat Hand Sanitizer Sendiri dengan Lima Bahan Sederhana

Fungsi untuk sterilisasi

Joddy melanjutkan, fungsi dari bilik disinfektan adalah untuk sterilisasi.

Sementara itu bagian-bagian yang perlu disterilisasi adalah setiap permukaan benda, misalnya pada APD, gagang pintu, kran air, ponsel, toilet, saklar lampu, wastefel dan lain sebagainya.

"Untuk penyemprotan cairan disinfektan secara langsung ke permukaan tubuh memang menyimpan risiko bila sering kontak dengan cairan disinfektan," kata Joddy.

Jika masyarakat sudah terlanjur membuat bilik disinfektan, dia menyarankan untuk tidak lama-lama saat penyemprotannya.

"Saran dari saya adalah pastikan bahwa kontak antara cairan disinfektan dengan permukaan tubuh sesingkat mungkin dan setelahnya dapat dibilas dengan air mengalir," kata dia.

Sementara itu untuk desain bilik disinfektannya sebaiknya diubah menjadi walk through chamber.

Baca juga: Hari-hari Terburuk Italia dan Spanyol akibat Virus Corona Belum Berakhir

Konsep bilik

Walk through chamber berbentuk seperti lorong uap, sehingga orang bisa didisinfeksi sambil berjalan melewatinya.

Dia menambahkan, sejauh pengamatannya di masyarakat atau di kantor, bilik disinfektan yang ada masih menggunakan sistem tertutup.

Sehingga waktu kontak antara permukaan tubuh dan cairan disinfektannya juga agak lama.

Dikhawatirkan dengan sistem tersebut, ada sebagian kabut cairan disinfektan yang terhirup ke dalam sistem pernapasan.

Sementara itu, pada sistem walk through chamber dibuat dengan memperhitungkan waktu kontak cairan disinfektan dengan jumlah langkah.

Baca juga: Jumlah Kasus Corona di AS Terbanyak di Dunia Melebihi China

Lama waktu penyemprotan

Idealnya waktu kontak atau pemakaian untuk sistem walk through chamber ini maksimum 10 detik.

Hal itu berdasarkan hasil uji laju antimikroba dari sodium hipoklorit yang dapat mematikan mikroba patogen dalam 10 detik.

Dia menyarankan untuk tidak terlalu sering menggunakan cairan disinfektan.

Itu karena di tubuh manusia ataupun di permukaan tubuh terdapat mikroba-mikroba serta enzim-enzim baik yang sangat dibutuhkan untuk metabolisme tubuh.

Baca juga: 6 Hal yang Perlu Diketahui soal Virus Corona, Apa Saja?

Bahan disinfektan

Selain itu perlu juga memperhatikan bahan-bahan pembuat disinfektan.

Salah satu bahan yang sering digunakan untuk campuran dalam membuat cairan disinfektan adalah pemutih pakaian.

Dia menjelaskan sesuai saran WHO sangat tidak dianjurkan untuk mencampurkan seluruh bahan disinfektan dalam satu wadah.

Contohnya sangat tidak disarankan bilamana cairan disinfektan dibuat dengan mencampurkan bahan pemutih pakaian dengan pembersih lantai atau alkohol atau H2O2.

"Hal tersebut bukannya akan lebih mengaktifkan daya disinfektan malah senyawa kimianya akan berubah menjadi bentuk lain dan tentunya akan sangat membahayakan bagi tubuh yang terpapar campuran cairan disinfektan tersebut," ungkapnya.

Anjuran WHO adalah gunakan bahan aktif pemutih pakaian dengan konsentrasi 0,05% atau 1 bagian pemutih untuk 100 bagian air dan tidak dicampur oleh bahan lainnya.

Jadi dia menyarankan untuk menggunakan cairan disinfektan yang aman dan pembuatannya sesuai takaran. Selain itu tidak ada pencampuran bahan disinfektan lain.

 Baca juga: Informasi Viral, Kalung Shut Out Klaim Dapat Cegah Tubuh Terinfeksi Virus Corona

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Bahaya Penyemprotan Disinfektan ke Tubuh Manusia

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi