Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soal Cairan Disinfektan, dari Penggunaan Bilik, Lama Penyemprotan hingga Bahayanya...

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG
Aktivitas petugas Palang Merah Indonesia (PMI) di gudang darurat untuk penanganan coronavirus disease 2019 (Covid-19) di samping kantor PMI Pusat, Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Sabtu (28/3/2020). Gudang logistik darurat ini antara lain menampung 120 unit mobil tangki air yang dimodifikasi menjadi kendaraan penyemprotan disinfektan, peralatan penyemprotan, cairan disinfektan, dan alat pelindung diri (APD) tenaga medis.
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Penyebaran virus corona kian meluas. Hingga Rabu (1/4/2020), virus yang pertama kali terdeteksi di Kota Wuhan, China tersebut telah terkonfirmasi di 201 negara.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa virus corona jenis baru penyebab Covid-19 telah menjadi pandemi global.

Penyebarannya pun telah sampai di Indonesia. Berbagai hal disarankan sebagai upaya untuk mencegah penularan dan penyebaran virus corona.

Baca juga: Cegah Virus Corona, Berikut Cara Penggunaan Disinfektan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Selain menjaga jarak dan tidak keluar rumah, kita juga harus menjaga kebersihan baik tubuh maupun lingkungan.

Belakangan ini penggunaan cairan disinfektan marak lantaran disebut dapat membunuh virus corona.

Kendati demikian, WHO melarang cairan disinfektan ini digunakan dengan cara menyemprotkan pada tubuh.

Baca juga: Berikut Cara Membuat Hand Sanitizer Sendiri dengan Lima Bahan Sederhana

Tidak boleh sembarangan

Peneliti bidang kimia Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Joddy Arya Laksmono menjelaskan penggunaan disinfektan tidak boleh sembarangan.

Salah satu bahan yang sering digunakan untuk campuran dalam membuat cairan disinfektan adalah pemutih pakaian.

Dia menjelaskan sesuai saran WHO sangat tidak dianjurkan untuk mencampurkan seluruh bahan disinfektan dalam satu wadah.

Contohnya sangat tidak disarankan bilamana cairan disinfektan dibuat dengan mencampurkan bahan pemutih pakaian dengan pembersih lantai atau alkohol atau H2O2.

"Hal tersebut bukannya akan lebih mengaktifkan daya disinfektan malah senyawa kimianya akan berubah menjadi bentuk lain dan tentunya akan sangat membahayakan bagi tubuh yang terpapar campuran cairan disinfektan tersebut," katanya kepada Kompas.com, Selasa (31/3/2020).

Anjuran WHO adalah gunakan bahan aktif pemutih pakaian dengan konsentrasi 0,05% atau 1 bagian pemutih untuk 100 bagian air dan tidak dicampur oleh bahan lainnya.

Jadi dia menyarankan untuk menggunakan cairan disinfektan yang aman dan pembuatannya sesuai takaran. Selain itu tidak ada pencampuran bahan disinfektan lain.

Baca juga: Kenali Tanda dan Gejala Infeksi Virus Corona pada Anak-anak

Penggunaan bilik

Terkait dengan penggunaan bilik disinfektan, Joddy menambahkan aman tidaknya penggunaan bilik disinfektan tergantung pada 3 hal:

  • konsep bilik disinfektan yang digunakan
  • lama waktu penyemprotan, dan
  • bahan pembuat cairan disinfektan

"Kalau kita bicara tentang bilik disinfektan, maka ada dua hal yang perlu diedukasi kepada masyarakat. Pertama adalah desain bilik disinfektannya itu sendiri dan cairan disinfektannya yang digunakan," kata dia.

Baca juga: Jadi Pandemi Global, Kenali 3 Gejala Awal Covid-19

Fungsi untuk sterilisasi

Joddy melanjutkan, fungsi dari bilik disinfektan adalah untuk sterilisasi.

Sementara itu bagian-bagian yang perlu disterilisasi adalah setiap permukaan benda, misalnya pada APD, gagang pintu, keran air, ponsel, toilet, saklar lampu, wastefel dan lain sebagainya.

"Untuk penyemprotan cairan disinfektan secara langsung ke permukaan tubuh memang menyimpan risiko bila sering kontak dengan cairan disinfektan," kata Joddy.

Jika masyarakat sudah terlanjur membuat bilik disinfektan, dia menyarankan untuk tidak lama-lama saat penyemprotannya.

"Saran dari saya adalah pastikan bahwa kontak antara cairan disinfektan dengan permukaan tubuh sesingkat mungkin dan setelahnya dapat dibilas dengan air mengalir," kata dia.

Sementara itu untuk desain bilik disinfektannya sebaiknya diubah menjadi walk through chamber.

Baca juga: Tanya Jawab Seputar Covid-19 pada Kehamilan, Melahirkan, dan Menyusui

Konsep bilik

Walk through chamber berbentuk seperti lorong uap, sehingga orang bisa didisinfeksi sambil berjalan melewatinya.

Dia menambahkan, sejauh pengamatannya di masyarakat atau di kantor, bilik disinfektan yang ada masih menggunakan sistem tertutup.

Sehingga waktu kontak antara permukaan tubuh dan cairan disinfektannya juga agak lama.

Dikhawatirkan dengan sistem tersebut, ada sebagian kabut cairan disinfektan yang terhirup ke dalam sistem pernapasan.

Sementara itu, pada sistem walk through chamber dibuat dengan memperhitungkan waktu kontak cairan disinfektan dengan jumlah langkah.

Baca juga: Potret Penanganan Virus Corona di Indonesia...

Lama waktu penyemprotan


Idealnya waktu kontak atau pemakaian untuk sistem walk through chamber ini maksimum 10 detik.

Hal itu berdasarkan hasil uji laju antimikroba dari sodium hipoklorit yang dapat mematikan mikroba patogen dalam 10 detik.

Dia menyarankan untuk tidak terlalu sering menggunakan cairan disinfektan.

Itu karena di tubuh manusia atau pun di permukaan tubuh terdapat mikroba-mikroba serta enzim-enzim baik yang sangat dibutuhkan untuk metabolisme tubuh.

Baca juga: Berikut 5 Gejala Virus Corona Ringan yang Tak Boleh Diabaikan

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Bahaya Penyemprotan Disinfektan ke Tubuh Manusia

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi