Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Virus Corona: Efek ke Sistem Pernapasan, Gejala, dan Orang Paling Berisiko Terinfeksi Covid-19

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock
Ilustrasi: perawatan pasien positif terinfeksi virus corona
|
Editor: Virdita Rizki Ratriani

KOMPAS.com - Selama ini banyak pasien yang mengalami gangguan pernapasan kemudian dikonfirmasi terinfeksi virus corona dan mengidap Covid-19.

Hal itu ternyata bisa terjadi karena cara kerja virus ini yang menyerang sistem pernapasan.

Organ-organ yang diserang oleh virus Sars-CoV-2 ini merupakan kelompok organ dan jaringan yang memungkinkan manusia untuk bernapas.

Oleh karena itu, mereka yang sistem pernapasannya telah terinfeksi virus ini akan mengalami kesulitan bernafas.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melansir Medical News Today, gangguan pernapasan ini kemudian bisa mempengaruhi organ yang masuk dalam sistem pernafasan yang lain lain. 

Baca juga: Mahasiswa UI Ciptakan Aplikasi EndCorona, Bantu Masyarakat Hadapi Covid-19

Organ yang terinfeksi ini bisa berbeda-beda antara satu pasien dan pasien lainnya.

Misalnya, masalah pernapasan tersebut bisa berpengaruhh pada paru-paru, tenggorokan, dan saluran udara.

Dalam beberapa kasus infeksi, dampak yang diakibatkan oleh infeksi virus ini bisa menimbulkan kerusakan parah pada paru-paru.

Virus bekerja dengan membajak sel-sel di dalam tubuh, kemudian masuk ke dalam sel tersebut dan mereproduksi diri. Setelah berkembang menjadi lebih banyak, virus akan menyebar ke sel-sel baru yang ada di sekitar sel tempat ia tinggal.

Baca juga: Kabar Baik, 2 Pasien Positif Corona di Lampung Sudah Sembuh

Gejala yang ditimbulkan

Memahami organ yang menjadi sasaran, maka tidak heran jika sebagian pasien Covid-19 menunjukkan gejala-gejala yang berkaitan dengan sistem dan saluran pernafasan.

Misalnya, batuk atau napas yang pendek-pendek.

Meski ada pula kasus positif yang menunjukkan gejala berbeda, seperti demam, hidung meler, sakit badan dan kepala, susah tidur, sakit tenggorokan, berkeringat, kelelahan, atau panas dingin.

Demam biasanya terukur di angka lebih dari 38 derajat celcius, saat diukur menggunakan termometer.

Gejala-gejala ini akan terus terjadi pada tubuh penderita hingga tubuh bisa mengalahkan virus corona yang menjangkit.

Dalam proses penyembuhan ini, sistem imun lah yang paling berperan penting.

Baca juga: UPDATE: 6 Kasus Positif Covid-19 di NTB , 1 Pasien Meninggal

Sistem kekebalan tubuh ini akan merespon cepat keberadaan virus dengan mengeluarkan protein khusus untuk melawan infeksi yang berlangsung.

Saat imun ini melawan virus, ada efek yang akan dirasakan oleh tubuh, salah satunya terjadi demam. Saat itu sel-sel darah putih mengeluarkan pirogen, zat ini lah yang menyebabkan demam.

Bahayanya, gejala-gejala ini tidak langsung muncul sesaat setelah terjadi infeksi. Gejala ini baru akan muncul dalamm rentang waktu 14 hari setelah virus itu masuk ke dalam sel-sel tubuh.

Baca juga: Diralat, Polri Sebut 7 Polisi Siswa Setukpa Bukan Positif Covid-19 tetapi Berstatus PDP

Pneumonia

Pneumonia adalah salah satu penyakit komplikasi yang bisa disebabkan oleh virus corona.

Komplikasi ini terjadi saat virus telah menginfeksi satu atau kedua paru-paru manusia.

Kantung udara kecil yang ada di dalam paru-paru bisa terisi cairan atau nanah yang menyebabkan penderita kesulitan bernafas.

Siapa yang lebih berisiko?

Akibat dari infeksi virus ini bisa jauh lebih parah pada kelompok usia lanjut dan kelompok orang-orang yang memiliki penyakit lain.

Penyakit lain yang bisa menambah tingkat keparahan infeksi virus corona adalah penyakit jantung, diabetes, penyakit paru-paru, HIV, asma.

Hal yang sama juga bisa terjadi pada pasien Covid-19 yang tengah mengandung.

Untuk itu, bagi orang-orang yang memiliki risiko lebih besar ini perlu untuk segera menghubungi dokter atau rumah sakit untuk segera mendapatkan penanganan medis.

Baca juga: Di Turkmenistan, Sebut Virus Corona Saja Bakal Berakhir di Penjara

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi