Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Simak 6 Hal Positif soal Infeksi Virus Corona di Dunia

Baca di App
Lihat Foto
Getty Images
Beberapa desa dan kampung di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan daerah lain mulai melakukan karantina mandiri dan menyortir para pendatang.
|
Editor: Virdita Rizki Ratriani

KOMPAS.com - Informasi mengenai penyakit Covid-19 di berbagai media saat ini diakui atau tidak, terkadang menimbulkan kecemasan di benak masyarakat.

Mengetahui fakta bahwa penyakit ini belum memiliki obat, penyebaran bisa terjadi begitu cepat, dan tidak semua penderita menunjukkan gejala.

Apalagi jika mengetahui angka kasus baru dan meninggal yang disebabkan oleh virus corona ini semakin hari semakin meningkat.

Namun, di balik itu semua masyarakat dunia yang bersama-sama berjuang menghadapi pandemik ini harus menaruh harapan dan optimisme.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melansir Harvard Health Publishing, berikut perkembangan positif mengenai Covid-19:

Baca juga: Agar Hubungan Suami-Istri Tak Tegang Selama Karantina di Rumah

1. Sebagian besar pasien sembuh

Saat ini terdapat estimasi bahwa 99 persen atau hampir semua orang yang terinfeksi virus corona akan mendapatkan kesembuhan.

Bahkan, sebagian orang terinfeksi tanpa menunjukkan gejala apapun, sehingga ia tidak mengalami keluhan kesehatan yang signifikan.

Jika pun ada yang meninggal, angka tingkat kematian itu tidak lah setinggi penyakit yang pernah merebak sebelumnya seperti Sars, Mers, dan Ebola.

Baca juga: Ini Langkah BI agar Kurs Rupiah Tidak Terus Melemah

2. Anak-anak tidak mudah terinfeksi

Kabar baik kedua dari virus ini adalah ia yang tidak terlalu mengancam anak-anak.

Virus corona membahayakan dan bisa berakibat fatal pada kalangan usia lanjut atau pada orang-orang yang memiliki sakit bawaan.

Sementara, jika virus ini menginfeksi anak-anak, mereka hanya akan menunjukkan gejala atau sakit yang ringan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di China pada awal masa merebaknya Covid-19, diketahui sangat sedikit anak-anak, khususnya usia balita yang menderita sakit akut akibat virus ini.

Meskipun, tidak menutup kemungkinan anak-anak tetap bisa menjadi penular virus ini pada orang lainnya yang lebih rentan.

Baca juga: Pemprov Jabar Ajak BUMD Tanggulangi Covid-19 Lewat Program CSR

3. Angka kasus infeksi di China turun drastis

China sebagai negara pertama yang mengonfirmasi kasus infeksi virus corona sempat menjadi negara dengan jumlah kasus tertinggi di dunia. Namun, kini kondisinya sudah jauh berbalik.

Angka terjadinya kasus baru sudah sangat rendah, jumlah pasien yang sembuh semakin banyak, dan jumlah pasien dalam perawatan semakin sedikit.

Bahkan Kota Wuhan dan Provinsi Hubei yang sebelumnya sudah dikunci secara total selama kurang lebih 2 bulan, kini perlahan sudah mulai dibuka.

Warga yang sebelumnya hanya bisa berdiam di rumah, kini sudah bisa keluar untuk menjalani kehidupan sebagaimana biasanya.

Bahkan, kabar baik ini terjadi bertepatan dengan dimulainya musim semi di Negeri Tirai Bambu tersebut.

Sehingga masyarakat yang selesai dari masa karantina bisa langsung menyaksikan begitu banyak tanaman dan bunga bermekaran di sepenjuru kota.

Ini tentu menjadi angin segar dan semangat tersendiri bagi negara-negara yang saat ini masih terus berperang menurunkan angka infeksi di wilayahnya.

Baca juga: Analisis Struktur Ungkap Alasan Virus Corona Covid-19 Lebih Menular daripada SARS

4. Keberadaan internet

Satu hal yang harus sangat disyukuri keberadaannya adalah koneksi internet. Dengan internet, dunia bisa tetap terhubung.

Tidak peduli apakah seseorang ada di dalam rumah, tempat kerja, belahan bumi utara, selatan, atau yang lainnya, informasi dan kesempatan untuk saling terhubung dengan satu sama lain terbuka  sama lebarnya.

Dalam kondisi physical disancing dan karantina yang saat ini diterapkan, memang menjadikan warga dunia hanya bisa berdiam di rumah dan tidak bisa bertemu dengan banyak orang untuk berbagai keperluan.

Di sini internet memiliki peran yang sangat penting untuk membuat orang yang tinggal di rumah bisa tetap terhubung dengan dunia luar, dengan dokter, media massa, teman, keluarga, dan sebagainya.

Dengan begitu, banyak hal tetap bisa diselesaikan hanya dengan mengandalkan layanan internet.

Baca juga: Cegah Corona, Taksi Online di Bandung Mulai Dipasangi Sekat Pelindung

5. Respons terhadap pandemi yang akan datang meningkat

Dengan pengalaman menangani pandemi yang terjadi saat ini, banyak kekurangan sistem pelayanan kesehatan terkuak hingga akhirnya mendapatkan perhatian dan perbaikan.

Diharapkan, semua ini bisa menjadi pelajaran sekaligus pengalaman penting bagi dunia untuk menghadapi pandemi yang mungkin suatu hari nanti akan kembali terjadi.

Misalnya dengan meningkatkan respons dan koordinasi secara global, distribusi alat kesehatan dengan lebih cepat, dan sebagainya.

Memang, semua ini tidak ada yang bisa menjamin. Tapi, setidaknya ada bekal yang bisa kembali berguna di kemudian hari.

Baca juga: Pemerintah Gratiskan Tarif Listrik, Sri Mulyani Siapkan Dana Rp 3,5 Triliun

6. Banyak pihak menunjukkan bantuannya

Di tengah situasi sulit sekarang, banyak pihak, baik perseorangan maupun kelompok, seperti organisasi, perusahaan, maupun lembaga, berlomba-lomba berbuat kebaikan dengan mengulurkan bantuan sesuai dengan kapasitas masing-masing.

Di Indonesia misalnya, berapa banyak figur publik yang membuka penggalangan dana, industri atau pengusaha di bidang tekstil memproduksi alat perlindungan diri secara sukarela.

Selain itu, masyarakat membagikan makan gratis pada mereka yang kesulitan memperoleh pendapatan karena adanya social distancing. 

Sementara di Amerika Serikat, sebagian perusahaan penyedia asuransi kesehatan menjanjikan akan menanggung biaya untuk perawatan dan tes Covid-19.

Banyak pula artis dan pengusaha yang menyumbangkan uang dalam jumlah yang signifikan.

Sumber: Harvard Health Publishing

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi