Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Australia Akan Uji Coba Vaksin BCG untuk Lindungi Pekerja Medis dari Infeksi Virus Corona

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock
Ilustrasi vaksin
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com – Australia akan mengujicobakan penggunaan vaksin BCG sebagai upaya perlindungan para tenaga medis di garis depan dari terinfeksi virus corona.

Melansir The Sydney Morning Herald, pekan ini sekitar 4.000 orang tenaga medis yang direkrut dari seluruh rumah sakit Australia akan menjalani uji coba.

Tindakan ini telah disetujui WHO. Sebanyak 2.000 dari 4.000 orang tenaga medis itu akan diberikan vaksin BCG.

Setelah divaksin, kondisi kesehatan mereka akan dipantau melalui aplikasi selama 6 bulan. Selanjutnya, akan dibandingkan kondisi antara mereka yang diberikan vaksin dan yang tidak mendapatkannya. 

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Kami akan memantau mereka untuk Covid-19 dan yang lebih penting, tingkat keparahan penyakit yang mereka derita jika mereka terinfeksi," kata Profesor Nigel Curtis, Pemimpin Studi Kelompok Penyakit Menular, di Murdoch Children's Research Institute.

Baca juga: Jubir Pemerintah: Saat ini Belum Ada Obat dan Vaksin untuk Sembuhkan Covid-19

BCG, yang merupakan singkatan dari Baclle Calmette-Guerin, merupakan vaksin yang telah berusia seabad.

Selama ini, vaksin ini digunakan untuk mencegah TBC. Vaksin ini pertama kali digunakan untuk mencegah bayi terserang TBC pada 1921.

Pengumuman mengenai upaya uji coba penggunaan vaksin BCG ini muncul dua hari setelah pihak berwenang mengungkapkan ada empat petugas kesehatan di sebuah Rumah Sakit Melbourne dinyatakan positif terinfeksi virus corona.

Hal ini memicu kekhawatiran akan lebih banyak petugas medis yang terpapar saat jumlah kasus di Australia diperkirakan akan mendekati puncak pandemi pada Mei atau Juni 2020.

Kekhawatiran terhadap para pekerja medis yang berada di garis depan juga menjadi perhatian akibat kurangnya alat pelindung diri seperti masker, pakaian pelindung, dan sarung tangan.

Para petugas medis memiliki risiko tinggi terpapar virus corona karena interaksinya dengan pasien.

Baca juga: Pengembangan Vaksin Corona Sudah Sampai Mana?

Melatih sistem kekebalan tubuh

Vaksin BCG sendiri tidak dapat melindungi dari virus.

Akan tetapi, peneliti menilai, vaksin ini memiliki kemampuan untuk melatih sistem kekebalan tubuh dalam merespons infeksi baru menjadi lebih kuat.

Respons itu termasuk melawan penyakit pernapasan dan diharapkan mampu mengurangi parahnya gejala akibat Covid-19.

"Vaksin ini memiliki sifat luar biasa dan lebih dari sekadar melindungi terhadap TBC. Ini sebelumnya memiliki efek yang tidak dikenal pada sistem kekebalan tubuh yang sebenarnya dapat meningkatkan dan memungkinkannya untuk melindungi terhadap berbagai infeksi yang berbeda," kata Profesor Curtis.

Menurut dia, vaksin BCG mengaktifkan kekebalan bawaan. Hal ini akan membuat proses respons terhadap penyakit lebih cepat.

Profesor Curtis juga mengatakan, BCG selama ini diketahui memiliki sedikit efek samping maupun risiko medis.

Yang paling signifikan adalah bekas luka kecil di lengan atas yang menjadi tempat vaksin disuntikkan.

Menurut dia, vaksin BCG juga tak akan menghalangi manfaat obat anti-virus lain yang sedang diuji coba untuk mengobati Covid-19.

Baca juga: Berikut 14 Vaksin Virus Corona yang Memasuki Tahap Uji Coba

Uji coba di Belanda, Inggris, dan Yunani

Sementara itu, melansir Forbes, sebuah studi yang sama dengan skala besar juga tegah direncanakan.

Studi ini melibatkan pasien yang lebih tua dan petugas kesehatan di beberapa rumah sakit di Belanda, Inggris, dan Yunani.

Vaksin VPN1002 yang dikembangkan oleh ilmuwan Institut Max Planck yang dibuat berdasarkan vaksin BCG juga akan segera diuji coba di Jerman.

VPM1002 terbukti melindugi saluran pernapasan tikus dari infeksi virus.

"Sudah ada sejarah panjang tentang laporan BCG yang menghasilkan serangkaian respons kekebalan yang bermanfaat. Misalnya, sebuah penelitian di Guinea-Bissau menemukan bahwa anak-anak yang divaksinasi dengan BCG diamati memiliki penurunan 50 persen dalam keseluruhan kematian. Hal ini dikaitkan dengan efek vaksin pada pengurangan infeksi pernapasan dan sepsis," kata Dr. Gonzalo Otazu dari Institut Teknologi New York, Fakultas Kedokteran Osteopatik.

Baca juga: Kabar Baik di Tengah Wabah Corona: 4 Perusahaan AS Siapkan Vaksin Corona

Meski demikian, tinjauan WHO tahun 2014, menyebutkan, kemampuan BCG dalam mengurangi kematian secara keseluruhan memiliki kepercayaan yang sangat rendah.

Akan tetapi, para peneliti tetap berharap bahwa BCG bisa menjadi jembatan yang mampu menekan dampak keseluruhan pandemi hingga ada vaksin yang siap digunakan.

Otazu juga telah bekerja sama dengan para peneliti lain untuk melihat kemungkinan korelasi antara kebijakan vaksinasi BCG nasional dengan dampak Covid-19 dalam suatu negara.

"Kami menemukan bahwa ada pengurangan jumlah kematian yang dikaitkan dengan Covid-19 per juta penduduk di negara-negara yang memiliki vaksinasi BCG universal (biasanya saat lahir) dibandingkan dengan negara-negara yang tidak pernah membuat kebijakan seperti itu," kata dia.

Dari pengamatan yang ia lakukan, semakin awal penetapan kebijakan tersebut, menghasilkan pengurangan angka kematian.

Hasil tersebut juga menunjukkan kekonsistenan dengan perlindungan populasi lansia yang lebih parah terkena dampak Covid-19.

Ia mencontohkan Italia dan Amerika Serikat yang tidak menerapkan kebijakan vaksinasi BCG menjadi negara yang parah dilanda pandemi.

Meski demikian, pengamatan ini tidak bisa disimpulkan pengaruh vaksin BCG terhadap Covid-19.

Menurut Otazu, vaksin BCG tidak sepenuhnya bisa membantu semua orang.

“Ini tidak dianjurkan untuk orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah atau wanita hamil. Kita harus tahu lebih banyak tentang betapa bermanfaatnya bagi kita semua hanya dalam beberapa bulan,” kata dia.

Baca juga: Kapan Vaksin Corona atau Covid-19 Siap Diedarkan?

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Kenali Gejala Awal Terinfeksi Virus Corona dari Hari ke Hari

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi