Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menilik Bagaimana Penutup Wajah atau Masker Dapat Mengurangi Penyebaran Covid-19

Baca di App
Lihat Foto
AFP/PIERO CRUCIATTI
Sebuah mural karya seniman Franco Rivolli Art, menggambarkan seorang perawat mengenakan masker dan memiliki sayap di belakangnya, berada di tembok gedung Rumah Sakit Papa Giovanni XXIII, di Bergamo, Lombardi, Italia, 16 Maret 2020. Pandemi Covid-19 yang disebabkan oleh virus corona menjadi insipirasi seniman grafiti untuk memberikan peringatan dan motivasi bagi warga dalam menghadapi virus tersebut.
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Masifnya penyebaran virus corona membuat banyak orang berbondong-bondong melakukan sejumlah cara agar terhindar dari Covid-19.

Selain penerapan pola hidup bersih dan sehat (PHBS) serta cuci tangan dengan sabun, banyak pihak mengimbau penggunaan masker sebagai pencegahan dini.

Akibatnya, masker bedah utamanya dan hand sanitizer menjadi barang langka saat pandemi virus corona.

Gerakan atau kampanye membuat masker dari kain pun mulai bermunculan. Lantas, efektifkah penggunaan masker kain atau penutup wajah untuk pencegahan penularan Covid-19?

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Bisa Dipraktikkan, Masker Kain Homemade Rekomendasi ITB

Dilansir dari SCMP, beberapa ahli menyarankan orang untuk membuat penutup wajah mereka sendiri untuk mencegah penyebaran Covid-19.

Bahkan tindakan ini juga didukung oleh Presiden AS, Donald Trump.

"Ini bukan ide buruk, setidaknya untuk jangka waktu tertentu untuk menutupi wajah Anda saat pergi ke tempat umum," ujar Trump.

Menurutnya, bahan untuk menutupi wajah atau terutama bagian hidung dan mulut, dapat menggunakan syal.

Sementara itu, Direktur di Institut Penelitian Kesehatan Terapan Universitas Birmingham Inggris, KK Cheng mengungkapkan, masker atau penutup wajah dapat berguna sebagai penghalang untuk menghentikan penularan infeksi daripada tidak memakai sama sekali.

Namun, ada sedikit bukti tentang efektivitas penutup wajah buatan sendiri ini.

"Tidak jelas apakah masker buatan sendiri ini akan mengurangi transmisi. Hanya ada sedikit penelitian ilmiah tentang topik ini," ujar ahli epidemiologi di Universitas Hong Kong, Benjamin Cowling.

Baca juga: Viral Foto Masker Bekas Seharga Rp 330.000 Dijual di Apotek di Yogyakarta

Temuan masker kain

Sementara itu, salah satu studi di Universitas Cambridge pada 2013 melihat skenario pandemi influenza dan kekurangan masker bedah.

Saat itu, relawan ditugaskan membuat masker sendiri dari kaus berbahan katun utuk penelitian, dan ditemukan bahwa masker yang diimprovisasi dapat mengurangi kemungkinan infeksi, namun tidak menghilangkan risiko.

"Temuan kami menunjukkan bahwa masker buatan sendiri hanya dianggap sebagai upaya terakhir untuk mencegah penularan droplet dari orang yang terinfeksi, tetapi hal itu lebih baik daripada tidak ada perlindungan," ujar relawan yang terlibat dalam penelitian itu.

Meski begitu, dokter yang merekomendasikan penggunaan masker bersikeras bahwa penggunaan masker sebaiknya tidak dilihat sebagai langkah pecegahan yang utama, melainkan melakukan cuci tangan dengan sabun dan menjaga jarak sosial.

Baca juga: Simak, Ini 10 Cara Pencegahan agar Terhindar dari Virus Corona

Sejak dimulainya epidemi virus corona, banyak negara barat telah menekankan bahwa penggunaan masker secara luas tidak diperlukan.

Kondisi ini telah mengejtukan banyak pihak di Asia, di mana pemakaian masker adalah praktik yang biasa dilakukan di sini.

"Kesalahan besar di AS dan Eropa, menurut saya, adalah bahwa orang tidak mengenakan masker," ujar Kepala Pusat Pengendalian dan pencegahan Penyakit China, Gao Fu dalam sebuah wawancara dengan majalah Science.

Kendati demikian, Cheng mengatakan bahwa mengenakan masker tidak ada dalam budaya barat.

Namun, ia menambahkan, pihak berwenang mungkin juga ingin mencegah situasi panic buying yang akan menyebabkan kekurangan alat pelindung diri bagi tenaga kesehatan.

Baca juga: Viral Driver Ojol Pakai Masker Gas karena Takut Terkena Virus Corona

Peran masker

Berdasarkan pedoman Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pemakaian masker hanya diperuntukkan bagi mereka yang sakit dan orang yang merawatnya.

"Tidak ada bukti spesifik yang menunjukkan bahwa pemakaian masker oleh populasi massal memiliki manfaat khusus, pada kenyataannya ada beberapa bukti yang menunjukkan sebaliknya," ujar Direktur Eksekutif Program Darurat WHO, Mike Ryan.

Ryan menambahkan, beberapa orang belum mengetahui cara memakai atau melepas masker dengan benar, dan ada juga negara yang mengalami kekurangan alat pelindung.

Menurutnya, saat ini orang yang paling berisiko terjangkit virus corona yakni petugas kesehatan garis depan yang terpapar virus setiap detik setiap hari.

"Membayangkan jika petugas kesehatan tidak memakai masker itu sangat mengerikan," ujar dia.

Baca juga: Kenali Tanda dan Gejala Infeksi Virus Corona pada Anak-anak

Aturan baru memakai masker

Dalam beberapa hari terakhir, beberapa negara Eropa memperbarui situasi mereka dengan aturan pemakaian masker.

Adapun negara tersebut antara lain, Republik Ceko, Slovenia, dan Austria.

Tiga negara tersebut memaksa warganya agar menutupi wajah mereka di tempat-tempat umum, misalnya swalayan.

Sementara itu, Pulmonolog yang bekerja di Alsace, Perancsi, Nicolas Hutt mengungkapkan, orang-orang harus memakai masker alternatif yang bukan diproduksi (pabrik) untuk tujuan medis.

Hal ini akan berdampak sebagai penghalang di daerah di mana tindakan menjaga jarak tidak diikuti dengan benar, misalnya ketika berada di toko.

Diketahui, tutorial online untuk membuat masker sendiri telah beredar luas.

Sementara pihak berwenang Perancis telah kekeuh pada pedoman WHO soal orang sehat tidak akan memerlukan masker.

Perdana Menteri Perancis, Eduoard Philippe menyampaikan, perusahaan tekstil dan kertas saat ini akan didorong untuk membuat masker.

Hal ini semata-mata bukan untuk tenaga medis, melainkan bagi mereka yang akan melindungi diri sebagai cara terbaik untuk melawan pandemi.

Baca juga: Virus Corona, Zoonosis dan Cara Mengurangi Risiko Penularan...

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi