Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gejala Corona Terbaru dan Berbagai Upaya Penyembuhan Covid-19

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock
ilustrasi demam
|
Editor: Sari Hardiyanto

 

KOMPAS.com - Virus corona telah menginfeksi hampir semua negara. Saat ini, Kamis (2/4/2020) sudah lebih 900.000 kasus dilaporkan dari seluruh dunia menurut Worldometers.

Gejala terinfeksi ada yang terlihat (simtomatik), ada yang ringan, bahkan ada yang tidak menunjukkan gejala sama sekali (asimtomatik).

Bagaimana mengetahui Anda mengidap Covid-19 atau tidak?

Dilansir dari Lice Science (23/3/2020), menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), gejala yang harus diwaspadai adalah:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gejala-gejala ini biasanya muncul antara 2-14 hari setelah paparan virus.

Baca juga: Simak, Ini 10 Cara Pencegahan agar Terhindar dari Virus Corona

Dari laman CDC disebutkan, Anda disarankan segera menghubungi tenaga medis jika mengalami tanda-tanda peringatan darurat seperti:

Sementara itu menurut WHO, gejala-gejala umum virus corona adalah sebagai berikut:

Sedangkan gejala khusus antara lain:

Baca juga: Berikut 5 Gejala Virus Corona Ringan yang Tak Boleh Diabaikan

Sakit parah

Menurut sebuah laporan dalam Journal of American Medical Association, sebanyak 98 persen pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit mengalami demam.

Lalu sekitar 76-82 persen mengalami batuk kering. Sebanyak 11-44 persen dilaporkan kelelahan.

Dalam kasus Covid-19 yang lebih serius, pasien mengalami pneumonia yang berarti paru-paru mereka mulai penuh dengan nanah atau cairan.

Hal itu menyebabkan sesak napas yang intens dan batuk yang menyakitkan.

Dilansir The Guardian (2/4/2020), menurut WHO, 1 dari 6 orang yang terpapar menjadi sakit parah.

Mereka adalah orang tua dan orang-orang dengan masalah medis mendasar seperti:

  • Tekanan darah tinggi
  • Masalah jantung atau diabetes
  • Kondisi pernapasan kronis

Penelitian terbaru menunjukkan "kehilangan penciuman" sebagai gejala potensial yang dapat muncul. Hal yang terjadi bisa berupa kehilangan penciuman saja, tanpa gejala lain.

Baca juga: Merasakan Gejala Corona? Hati-hati Kemungkinan Itu Hanya Psikosomatik

Bagaimana penyembuhannya?

Menurut WHO, karena ini adalah pneumonia virus, antibiotik tidak ada gunanya.

Obat antivirus yang dimiliki untuk melawan flu tidak akan berfungsi. Selain itu saat ini juga belum ditemukan vaksin.

Sehingga pemulihan tergantung pada kekuatan sistem kekebalan tubuh.

Menurut WHO, orang-orang yang mengalami kasus ringan (tidak lebih parah dari pilek) bisa sembuh tanpa perawatan khusus.

Dilansir Live Science (2/4/2020), menurut CDC, perawatan bagi yang terinfeksi virus corona didasarkan pada jenis perawatan yang diberikan untuk influenza (flu musiman) dan penyakit pernapasan parah lainnya.

Itu dikenal dengan perawatan suportif. Perawatan itu pada dasarnya mengobati gejala yang sering muncul seperti demam, batuk, dan sesak napas.

Baca juga: Kenali Tanda dan Gejala Infeksi Virus Corona pada Anak-anak

Dalam kasus-kasus ringan, istirahat dan obat penurun demam seperti acetaminophen (Tylenol) mungkin diberikan.

Di rumah sakit dokter dan perawat kadang-kadang merawat pasien dengan obat antivirus oseltamivir atau tamiflu, yang tampaknya menekan reproduksi virus, setidaknya pada beberapa kasus.

Menurut Virolog Michigan Tech Ebenezer Tumban hal itu mengejutkan karena Tamiflu dirancang untuk menargetkan enzim pada virus influenza, bukan pada virus corona.

Institut Kesehatan Nasional AS (NIH) telah memulai uji klinis untuk menguji antivirus remdesivir untuk Covid-19 di Pusat Medis Universitas Nebraska.

Dalam kasus pasien pneumonia yang menghambat pernapasan, pengobatan melibatkan ventilasi okosigen.

Ventilator tersebut meniupkan udara ke paru-paru melalui masker atau tabung yang dimasukkan langsung ke tenggorokan.

Sebuah studi New England Journal of Medicine terhadap 1.099 pasien rawat inap dengan coronavirus di Cina menemukan bahwa 41,3 persen membutuhkan oksigen tambahan dan 2,3 persen membutuhkan ventilasi mekanik invasif

Glukokortikoid diberikan kepada 18,6 persen pasien, pengobatan yang sering digunakan untuk mengurangi peradangan dan membantu membuka saluran udara selama penyakit pernapasan.

Meski begitu para ilmuwan dari seluruh dunia masih berusaha mencari vaksin yang tepat untuk menghadapi virus ini.

Baca juga: Mengapa Obat untuk Virus Corona Tak Juga Ditemukan?

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi