Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lebih dari 1 Juta Orang Terinfeksi, Ini Cara Penyebaran Virus Corona yang Paling Umum Terjadi

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock
Warga mengenakan masker untuk menjaga diri dari risiko terpapar virus corona, awal Februari 2020.
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Hingga hari ini, Jumat (3/4/2020), lebih dari 1 juta orang di dunia telah terinfeksi virus corona dengan tingkat kematian sekitar 5 persen.

Sejak wabah virus corona terjadi pada akhir Desember 2019, para ahli kesehatan telah menekankan betapa pentingnya mencuci tangan dengan sabun, menyemprotkan disinfektan, dan menutupi mulut dengan lengan saat batuk.

Meski demikian, laju penyebaran virus corona membutuhkan upaya yang lebih keras.

Hal ini membuat sejumlah negera mengambil tindakan penguncian dan menerapkan jaga jarak.

Bagaimana sebenarnya virus corona itu menyebar?

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menurut penelitian baru yang diterbitkan dalan The New England Journak of Medicine, para ilmuwan menyebut bahwa partikel aerosol dapat menyebarkan virus corona.

Hal itu mengindikasikan adanya kemungkinan penularan penyakit melalui udara, tetapi dalam kondisi tertentu.

Baca juga: Update Virus Corona di Dunia: Kasus Positif Covid-19 Mencapai 1 Juta

Partikel Aerosol vs Droplet (tetesan pernapasan)

Meski terlihat sama, tetapi partikel aerosol tidak sama dengan tetesan dari pernapasan.

Direktur Medis Mikrobiologi Diagnostik di Rumah Sakit Methodist Houston S. Wesley Long mengatakan, partikel aerosol memiliki ukuran yang jauh lebih kecil.

"Maka partikel dapat melakukan perjalanan jarak jauh dan dapat dengan mudah dihirup ke paru-paru," kata Long, seperti dilansir dari Huffpost, Rabu (1/4/2020).

"Tetesan pernapasan cenderung sekitar 20 kali lebih besar dan berjalan sekitar enam kaki (2 meter) atau kurang sebelum jatuh ke tanah," lanjut dia.

Partikel aerosol mungkin hanya akan ditemukan dalam kondisi tertentu dan memiliki risiko infeksi sangat rendah pada kebanyakan orang.

Namun, penelitian itu menunjukkan bahwa partikel aerosol dapat melayang di udara selama beberapa jam.

Hal inilah yang membuat para petugas medis memiliki risiko tinggi akan terpapar virus corona.

Sementara itu, Profesor sekaligus Ketua Departemen Ilmu Pengerahuan dan Teknologi di Bryant University Kristen Hokeness menyebutkan, prosedur lain yang dapat menghasilkan aerosol adalah prosedur pelingkupan dan CPR.

Baca juga: Bantu Hentikan Penyebaran Virus Corona, Lakukan 5 Hal Ini

Ketika cairan yang mengandung virus, seperti air liur atau lendir terganggu selama prosedur, cairan itu dapat tetap tinggal di udara dengan bergantung pada tetesan air, debu, dan partikel lainnya.

"Begitu berada di udara, partikel-partikel itu dapat tersebar melalui aliran udara dari ventilasi atau kipas yang membantu mereka bergerak di luar ruang langsung mereka," jelas Hokeness.

Selain sirkulasi udara, menurut Hokeness, aktivitas manusia seperti berjalan dan membuka pintu juga dapat lebih memudahkan perjalanan partikel.

Di sisi lain, tetesan pernapasan (droplet) memiliki ukuran yang jauh lebih besar dan dapat mendarat dengan cepat setelah dilepaskan oleh orang yang terinfeksi.

Perbedaan transmisinya adalah droplet diproduksi ketika seseorang sedang batuk atau bersin.

"Droplet terbatas dalam hal jangkauan. Droplet bisa mengenai seseorang ketika berada dalam jarak dekat sekitar 1 meter. Itulah sebabnya kami mengatakan 2 meter sebagai ukuran jarak," jelas dia.

Baca juga: Update Terkini Penyebaran Virus Corona di 8 Negara Asia Tenggara

Model penularan yang harus diperhatikan

Meski demikian, penyebaran virus melalui udara bukanlah cara yang paling berpotensi membuat seseorang terinfeksi virus corona jenis baru penyebab Covid-19.

Jika ini terjadi, maka jumlah orang yang terinfeksi akan lebih banyak. Virus corona diprediksi menyebar ke sekitar 2 hingga 2,5 orang untuk setiap satu orang yang terinfeksi.

Ketika sebuah penelitian menunjukkan bahwa virus corona bisa muncul sebagai aerosol, sebuah laporan dari dua rumah sakit di Wuhan justru tidak mendeteksi partikel-partikel seperti dalam 35 sampel udara.

Cara penularan yang paling umum diyakini masih melalui kontak dengan tetesan pernapasan.

Artinya, penularan tetesan dapat terjadi ketika seseorang batuk ke permukaan benda atau tangan, kemudian ditransfer oleh tangan ke hidung atau mulut penerima.

"Kami masih belajar tentang Covid-19, tetapi virus corona dapat hidup beberapa hari di permukaan yang keras dan bekerja dengan baik pada kulit. Mereka kurang optimal pada permukaan berpori seperti karton atau kain," kata Long.

Baca juga: [POPULER TREN] Masa Inkubasi Virus Corona | Lonjakan Pasien Covid-19 Tanpa Gejala di China

Penelitian dalam The New England Journal of Medicine mengulas berapa lama virus corona hidup dalam berbagai konteks.

Sebagai partikel aerosol yang melayang di udara, virus dapat bertahan hingga tiga jam.

Sementara, pada plastik dan stainless steel dapat bertahan hingga tiga hari.

Para peneliti menemukan bahwa virus itu bertahan untuk waktu yang jauh lebih sedikit pada tembaga, yaitu sekitar empat jam.

"Ini adalah bukti sangat awal tentang bagaimana virus dapat menyebar. Terkadang itu tidak selalu sempurna ketika diterjemahkan ke dunia," kata Hokeness.

"Tapi diskusi ini penting ketika kita berusaha untuk menjaga petugas perawatan kesehatan dan publik. Kami mempelajari semuanya secara real time," lanjut dia.

Baca juga: SERIAL INFOGRAFIK VIRUS CORONA: Tips Aman Berbelanja

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: 5 Gejala Ringan Terinfeksi Virus Corona yang Harus Diwaspadai

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi