Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan
Bergabung sejak: 24 Mar 2020

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Melawan Covid-19 dengan Kerendahan Hati

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock
Ilustrasi virus corona
Editor: Heru Margianto


ALMARHUM kakek saya, T.K.Suprana mewariskan bagi keluarga besar Suprana sebuah wejangan berasal dari kearifan tadisional Jawa yaitu ojo dumeh.

Pada hakikatnya, makna wejangan ojo dumeh multi-aspek., multi-kompleks, multi-dimensional seolah tak kenal batasan sejauh daya-pikir serta daya-tafsir manusia memungkinkannya.

Makna

Kata ojo bermakna sederhana dan singkat yaitu jangan. Namun kata dumeh bisa ditafsirkan beraneka-ragam mulai dari takabur, sombong, arogan, congkak, sewenang-wenang, lupa-daratan, tinggi-hati, merasa diri pasti benar sementara orang lain pasti salah, sampai dengan segenap sifat buruk yang berlawanan dengan kerendahan-hati.

Memang pada masa tidak menghadapi masalah, manusia termasuk saya kerap lupa pada wejangan ojo dumeh.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Namun pada saat menghadapi musibah yang menyadarkan saya bahwa pada dasarnya diri saya sekadar sesosok makhluk hidup yang sama sekali tidak berdaya bahkan sama sekali tidak ada artinya di alam semesta yang maha luas.

Saya teringat pada ojo dumeh ketika tidak berdaya menghadapi masalah. Mulai dari penggusuran rakyat atas pembangunan, penghinaan dan penindasan terhadap rakyat miskin, proses diri makin mendekati masa ajal, sampai dengan pageblug wabah Covid-19.

Tawadhu

Bukan secara kebetulan sebab pasti ada hikmah makna bahwa Yang Maha Kasih mempertemukan saya yang Nasrani dengan dua tokoh pemikir Islam: Gus Dur dan Cak Nur, yang sayang kini keduanya sudah almarhum seperti kakek saya.

Dari kedua beliau, saya memperoleh berbagai ajaran mengenai kearifan pemikiran Islam, antara lain yang seiring-sejalan dengan ojo dumeh adalah tawadhu. Kata tawadhu berasal dari kata bahasa Arab tawadha’atil ardhu. Makanya, letak tanah ini lebih rendah daripada tanah sekelilingnya.

Maka, tawadhu dapat diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sebagai ketundukan, kepatuhan dan terutama kerendahan hati.

Ibnu Hajar menjelaskan bahwa tawadhu adalah suatu kearifan untuk senantiasa meletakkan diri lebih rendah ketimbang orang lain.

 

Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam sebuah hadis riwayat Muslim, “Dan sesungguhnya Allah mewahyukan padaku untuk memiliki sifat tawadhu. Janganlah seseorang menyombongkan diri.”

Kearifan universal

Dengan segala kedangkalan daya-pikir serta daya-tafsir yang saya miliki, saya memberanikan diri untuk merasakan keterkaitan makna tawadhu dengan ojo dumeh sebagai ungkapan pengejawantahan archetype kearifan universal umat manusia di planet bumi ini.

Bukan mustahil bahwa dalam proses tumbuh-kembang peradaban bangsa Indonesia, kearifan Islam melebur menjadi suatu kesatuan dengan kearifan tradisional Jawa.

Namun pada hakikatnya baik ojo dumeh dan tawadhu menyadarkan umat manusia untuk senantiasa bahkan niscaya bersikap dan bersifat bukan tinggi-hati namun rendah-hati.

Insya Allah, dalam menghadapi prahara angkara murka Covid-19, segenap umat manusia termasuk bangsa Indonesia berkenan selalu bersikap dan bersifat rendah-hati sehingga tidak adigang-adigung takabur merasa diri paling benar bahkan paling pintar.

Kerendahan hati mutlak dibutuhkan agar diri kita masing-masing sadar bahwa kita seorang diri mustahil mampu melawan angkara murka berdaya binasa luar biasa dahsyat virus Corona.

Virus Corona mustahil dihadapi apalagi ditanggulangi dengan ketinggian-hati.

Virus Corona hanya bisa ditanggulangi dengan kerendahan-hati agar seluruh umat manusia termasuk bangsa Indonesia dan diri kita masing-masing mau dan mampu bekerjasama, bergotong-royong, bahu-membahu, bersinergi menjadi suatu energi peradaban umat manusia yang jauh lebih dahsyat ketimbang angkara murka Covid-19.

Maka, marilah kita bersama dengan penuh kerendahan hati bersujud memanjatkan doa permohonan kepada Yang Maha Kasih berkenan melimpahkan Anugrah Kekuatan Lahir-Batin bagi umat manusia agar alih-alih saling membenci dengan ketinggian-hati segera sadar untuk saling bersatu padu dengan kerendahan-hati demi berjaya dalam pertempuran melawan angkara murka pageblug Corona.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi