Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hasil Penelitian di Islandia Ungkap 50 Persen Kasus Corona Tak Tunjukkan Gejala

Baca di App
Lihat Foto
shutterstock
Ilustrasi corona virus (Covid-19)
Penulis: Mela Arnani
|
Editor: Virdita Rizki Ratriani

KOMPAS.com - Wabah virus corona masih terus terjadi di berbagai negara termasuk Islandia.

Sejak ditemukan pertama kali di Wuhan, China pada akhir 2019 lalu, virus ini telah menginfeksi lebih dari satu juta orang dari berbagai negara.

Melansir CNN, pengujian komperehensif terhadap virus menjadi kunci pengendaliannya dan memberikan gambaran lebih akurat mengenai penyebaran corona virus ini.

Islandia pun telah melakukan pengujian ke lebih dari 17.900 orang atau hampir lima persen dari populasinya.

Orang-orang berisiko tinggi atau orang dengan gejala terinfeksi virus diuji oleh Rumah Sakit Universitas Nasional.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Kisah Blusukan Dompet Dhuafa Bagikan Sembako untuk Masyarakat Terdampak Corona

Hampir setengah dari tes di Islandia dilakukan oleh perusahaan biofarma deCODE Genetics, dengan fokus pada populasi yang lebih luas.

DeCODE, anak perusahaan bioteknologi AS Amgen, sejauh ini telah menguji sekitar 9.000 orang yang dipilih sendiri.

"Hasil dari tes tambahan yang dilakukan oleh deCODE telah memberikan indikasi bahwa upaya untuk membatasi penyebaran virus sejauh ini telah efektif," tulis pemerintah setempat pekan lalu.

"Pengujian yang dilakukan pada populasi umum akan menghasilkan gambaran penyebaran aktual virus SARS-CoV-2 di Islandia," lanjut tulisan itu.

Baca juga: Tak Pakai Masker di Tengah Virus Corona, Ini Alasan Presiden Trump

Tak menunjukkan gejala

Meskipun kurang dari satu persen dari tes itu kembali positif terinfeksi virus, sekitar 50 persen dari orang-orang yang dites positif tidak menunjukkan gejala.

Ini membenarkan beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa orang yang terpapar virus corona dapat tanpa gejala atau sedikit simptomatik.

Sehingga, orang memainkan peran penting dalam penyebaran virus ini.

"Apa artinya itu dalam pikiran saya, adalah karena kita memeriksa populasi umum. Kita menangkap orang di awal infeksi sebelum mereka mulai menunjukkan gejala," kata pendiri perusahaan deCODE Dr Kari Stefansson.

Sementara itu, program skrining acak juga sudah dimulai dan skrining serum darah untuk antibodi masih dalam perencanaan.

Baca juga: Ganjar Siapkan Jaring Pengaman Ekonomi Rp 1 Triliun untuk Karyawan Terdampak PHK

Ini juga membantu para peneliti memvisualisasikan penyebaran virus seperti asal geografis di Islandia.

Dikabarkan, terdapat mutasi khusus kecil untuk virus yang berasal dari Italia, Austria, dan Inggris.

Namun, Stafansson masih bertanya-tanya apakah mutasi pada virus ini bertanggung jawab dalam seberapa berbeda orang menanggapinya, misalnya flu ringan.

Sementara beberapa orang lain dalam kondisi lebih parah, atau faktor genetika seseorang yang menentukan kondisi mereka.

Baca juga: Pasien Positif Corona Meninggal di Lampung Barat, Tetangga Dusun Gotong Royong Gali Liang Lahat

Islandia tidak terapkan lockdown

Sejauh ini Islandia belum mengambil langkah lockdown, meskipun telah melarang bentuk perkumpulan lebih dari 20 orang dan menutup sekolah-sekolah.

Para pejabat menjelaskan, langkah penguncian wilayah belum diperlukan karena mereka lebih siap dan mempunyai data untuk melacak virus.

"Pengujian dan pelacakan kontak adalah salah satu alasan utama mengapa lockdown belum dianggap perlu sampai saat ini," kata Direktorat Kesehatan setempat.

Terdapat alasan lain yang tak kalah penting, yaitu otoritas setempat telah mengupayakan kebijakan karantina yang sangat agresif bagi orang-orang yang diduga berisiko tertular virus dalam waktu yang lebih lama dan skala lebih tinggi daripada kebanyakan negara lain.

Baca juga: UPDATE: Ada 106 Kasus Baru Covid-19 Tersebar di 9 Provinsi

Islandia sendiri telah melakukan uji virus corona pada populasinya sejak awal Februari, beberapa minggu sebelum adanya kasus kematian yang berkaitan dengan virus corona.

Data pemerintah menunjukkan, terdapat 1.086 infeksi yang terkonfirmasi, di mana 927 orang saat ini dalam isolasi dan lebih dari 5.000 telah meninggalkan karantina.

Stefansson mengharapkan bahwa pengujian dilakukan setidaknya ke 50.000 orang atau sekitar 13 persen dari populasi, sebelum virusnya berjalan.

Sangat penting untuk mengetahui apa distribusi di masyarakat pada umumnya ketika menentukan langkah-langkah terhadap virus.

Otoritas Kesehatan pun perlu tahu apakah virus merajalela melalui komunitas atau beredar di antara kelompok.

Baca juga: Cegah Penyebaran Corona, Wakapolres Padang Pariaman Tunda Resepsi Pernikahan Putrinya

Dapat berikan peta jalan untuk negara lain

Stefasson menjelaskan, Islandia dapat membantu negara-negara mengembangkan model penyebaran penyakit atau membantu para peneliti memahami transmisi di masyarakat.

Banyak yang mengamati bahwa populasi kecil Islandia membantunya untuk melakukan pengujian skala besar. Namun, Stefansson tidak setuju dalam hal ini.

"Ini tidak ada hubungannya dengan ukuran populasi, ini ada hubungannya dengan seberapa siap itu untuk pandemi," katanya.

 Baca juga: Wabah Corona, Israel-Palestina Pertimbangkan Pertukaran Tahanan

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi