Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dites pada Tikus, Vaksin Peneliti AS Diklaim Memicu Kekebalan dan Antibodi Virus Corona

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock
ilustrasi bahan vaksin
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Pandemi virus corona yang menyebabkan penyakit Covid-19 telah menginfeksi 1,2 juta warga dunia, hingga saat ini. Para ilmuwan dan ahli kesehatan berusaha membendung wabah ini dengan mengembangkan vaksin virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19. 

Salah satunya vaksin yang saat ini sedang dikembangkan oleh peneliti AS. Dilansir South China Morning Post(4/4/2020), vaksin tersebut telah diujicobakan ke tikus dan peneliti menemukan reaksi antibodi yang tinggi terhadap virus corona.

Para peneliti di University of Pittsburgh mempublikasikan penelitian itu dalam Ebio Medicine, jurnal peer review yang diterbitkan oleh The Lancet.

Baca juga: Viral di Media Sosial, Ini Cerita Awal Mula Munculnya Dalgona Coffee

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Uji coba tikus

Meskipun vaksin tersebut baru diujicobakan ke tikus percobaan, tapi hasilnya dinilai sangat baik. Vaksin ini diklaim dapat memacu sistem kekebalan hewan untuk menghasilkan antibodi terhadap virus Covid-19.

Dilansir WebMD (2/4/2020), menurut salah satu peneliti senior dalam penelitian tersebut Dr. Louis Falo mengatakan, penelitian tersebut masih dalam tahap pengembangan awal dan masih banyak yang harus dilakukan.

Tetapi jika vaksin terbukti aman dan efektif pada manusia, itu akan memiliki beberapa keuntungan. Vaksin itu sendiri merupakan kombinasi dari teknologi lama dan baru. Cara menyuntikkannya sama seperti suntikan flu.

Kelebihan vaksin

Sementara itu, vaksin tersebut juga dinilai praktis dalam proses pengirimannya.

Falo menjelaskan vaksin tersebut akan menggunakan sepetak kecil "microneedles" yang seluruhnya terbuat dari protein virus dan gula. 

Karena tidak memerlukan pendinginan, vaksin disebut dapat diproduksi secara cepat. Berbeda dengan vaksin konvensional.

Lebih lanjut profesor manajemen kebijakan kesehatan di City University of New York (CUNY) Dr. Bruce Y. Lee menjelaskan, vaksin yang tidak memerlukan pendinginan akan lebih mudah didistribusikan dalam skala besar.

Dalam kondisi pandemi saat ini, menurut Lee hal itu akan sangat menguntungkan.

Profesor kedokteran molekuler di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Cornell Ruth Collins mengatakan teknologi pengiriman vaksin tim peneliti Pittsburgh memiliki keunggulan dibanding ribuan kandidat vaksin Covid-19 lain.

Baca juga: Pesan Anak-anak Australia di Tengah Pandemi Virus Corona...

Pembuktian uji coba manusia

Sementara itu tantangan yang akan dihadapi selanjutnya adalah membuktikan vaksin itu berhasil pada manusia, tak hanya pada tikus.

Selama ini banyak perusahaan dan tim peneliti akademis berlomba mengembangkan vaksin melawan coronavirus.

Mereka mengambil berbagai pendekatan. Beberapa vaksin dirancang bekerja secara konvensional.

Ada yang memaparkan tubuh pada virus yang tidak aktif atau protein dari virus untuk melatih sistem kekebalan tubuh melawan patogen yang sebenarnya.

Ada juga yang mengembangkan dengan teknologi baru menggunakan bahan genetik yang disintesis dari virus.

Baca juga: Apa Itu Herd Immunity dan Mengapa Berisiko Tinggi?

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi