Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Testimoni Para Pasien Covid-19, dari Gejala hingga Upaya Mereka Lawan Virus Corona

Baca di App
Lihat Foto
STRINGER
Pasien virus corona di rumah sakit Wuhan, China mulai membaik setelah diberi obat anti malaria EPA-EFE/STRINGER CHINA OUT
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Jangan panik. Berpikir positif. Jaga kondisi tubuh. Setidaknya, inilah sejumlah hal yang ditekankan mereka yang dinyatakan positif terinfeksi virus corona penyebab Covid-19.

Mereka melalui hari-hari yang berat, emosi yang campur aduk, tetapi ada yang berhasil melewatinya. Dan, sembuh.

Dari cerita mereka yang beragam, kita bisa mendapatkan gambaran mengenai gejala yang dirasakan, perjuangan mereka melawan virus, hingga cara penyembuhannya.

Setiap pasien membawa cerita yang berbeda.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Update Virus Corona di Dunia 5 April: 1,19 Juta Orang Terinfeksi, 246.110 Sembuh, 64.580 Meninggal Dunia

Berikut testimoni sejumlah pasien psotif Covid-19, dirangkum dari berbagai berita Kompas.com:

Merasa panas luar biasa

Salah satu pasien positif terinfeksi virus corona asal Korea Selatan yang saat ini telah sembuh, mengisahkan perjuangannya melawan Covid-19.

Kim Seung-hwan, seorang pemilik restoran berusia 47 tahun, pada pertengahan Februari 2020 merasakan sakit kepala setelah bekerja hingga akhirnya demam.

Ia pun pergi ke dokter dan mendapatkan obat. Namun, rasa sakitnya tidak kunjung sembuh, justru semakin memburuk.

Saat tubuhnya agak membaik, ia memutuskan untuk pergi ke rumah sakit yang lebih besar.

Karena menunjukkan gejala seperti pneumonia, Kim dikarantina di sebuah ruangan dengan tekanan negatif yang kedap udara.

Baca juga: Kisah Pasien Positif Covid-19 Tanpa Gejala, Jalani Isolasi Mandiri di Rumah

Kim dan sejumlah pasien lainnya di Daegu dan Provinsi Gyeongsang Utara terbukti positif virus corona.

Kim merasakan panas luar biasa di atas tempat tidurnya. Suhu tubuhnya melonjak di atas 100 derajat Fahrenheit atau di atas 37,7 derajat celcius.

Dokter di rumah sakit memberinya antibiotik, obat-obatan lain, dan cairan intravena.

Selama empat hari dalam perawatan, tepatnya pada 21 Februari 2020, dokter menginformasikan bahwa paru-parunya telah kembali normal.

Lalu, tiga hari setelahnya, hasil tes Kim dinyatakan negatif. Demikian juga pada hari berikutnya.

Pada 26 Februari 2020, delapan hari setelah didiagnosis, Kim akhirnya diperbolehkan pulang dari rumah sakit.

"Saya sangat lega. Sangat senang bisa dikelilingi kembali oleh keluarga saya," kata Kim seperti diberitakan Kompas.com, 5 Maret 2020.

Baca juga: Kisah Cinta Pasangan Lansia di Perbatasan Denmark-Jerman Saat Virus Corona...

Jangan panik

Selain Kim, seorang perempuan asal Seattle, Amerika Serikat yang berhasil sembuh dari virus corona menceritakan pengalamannya berjuang melawan virus tersebut.

Ia merasakan gejala lelah, badan sakit, sakit kepala, dan sedikit demam.

Dia sempat tidur siang sebentar. Ketika bangun, tubuhnya demam dengan suhu 39,4 derajat celcius.

Awalnya, Elizabeth berpikir dia hanya menderita flu parah. Tak ada batuk, sesak napas, maupun gangguan pernapasan lainnya.

Namun, Elizabeth berinisiatif melakukan tes virus corona secara mandiri.

"Dan begitulah akhirnya saya tahu," kata Elizabeth, seperti diberitakan Kompas.com, 14 Maret 2020. 

Setelah itu, perempuan berusia 37 tahun ini tidak bepergian ke mana pun. Ia berdiam diri di rumah, beristirahat, dan minum obat yang dijual bebas.

Kepada mereka yang menderita Covid-19 dan mereka yang sehat, ia berpesan agar tak panik menghadapi pandemi virus corona ini.

"Jika kamu sehat, jika kamu lebih muda, jika kamu merawat dirimu dengan baik ketika kamu sakit, akan pulih. Aku percaya. Dan aku bukti hidup untuk itu," kata Elizabeth.

Selain itu, ia juga menyampaikan pesan bahwa memiliki usia dan kesehatan yang baik merupakan kunci menang melawan Covid-19.

Baca juga: Hasil Penelitian di Islandia Ungkap 50 Persen Kasus Corona Tak Tunjukkan Gejala

Seperti mau mati

Pasien lain yang terinfeksi virus corona adalah mahasiswa berusia 21 tahun asal China, Tiger Yee.

Ia menduga tertular virus corona saat mengikuti kursus bahasa di sebuah sekolah pada awal Januari 2020.

Pada pertengahan Januari 2020, ia mulai merasakan sakit perut.

Untuk mengatasi sakitnya, Tiger meminum obat flu. Namun, setelah minum obat tersebut, kondisinya dari hari ke hari menjadi bertambah buruk.  

Melansir pemberitaan Kompas.com, 16 Februari 2020, ia menderita demam tinggi dan nyeri yang menyiksa pada setiap bagian tubuhnya.

"Saya menderita demam tinggi dan nyeri yang menyiksa setiap bagian tubuh saya. Saya batuk seperti akan mati," kata dia.

Ia pun memilih menjalani perawatan di rumah sakit, tepatnya Rumah Sakit Tongji.

Tiger diberikan Kaletra, obat yang digunakan untuk mengobati HIV, dan diinfus.

Selama sembilan hari dirawat, ia merasa kondisinya lebih baik. Pada 7 Februari 2020, ia dinyatakan bersih dari virus setelah tiga minggu berjuang dengan virus corona.

Baca juga: Berikut 18 Negara di Dunia yang Masih Terbebas dari Virus Corona

Mata perih

Bek asal klub Serie C Italia Reggio Audace menceritakan perjuangannya melawan virus corona.

Hal pertama yang dirasakannya yakni merasa tidak nyaman saat bangun dari tidurnya pada 2 Maret 2020.

"Aku bangun pada hari Senin, 2 Maret 2020, merasa tidak nyaman," kata Favalli seperti dikutip BBC.

"Saya demam, sakit kepala, dan mata saya perih. Saya sudah merasakan gejala pada malam hari, menggigil kedinginan," kata dia.

Favalli mengaku tidak pernah merasakan gejala seburuk dari beberapa kasus yang pernah ia baca atau saksikan di media.

"Demam tidak pernah melampaui 37,8 derajat celcius. Saya sudah mengalaminya selama tiga hari dan pada saat saya diambil swab pada hari Jumat saya sudah merasa baik," kata dia.

Selain itu, Favalli juga mengalami sakit kepala yang menyakitka. Namun, hal itu tidak berlangsung lama.

Setelah berunding dengan keluarganya, ia memutuskan untuk mengisolasi diri di sebuah ruangan terpisah.

"Isolasi secara mental cukup sulit. Saya terbiasa dengan kehidupan sosial yang lebih. Saya tinggal bersama istri saya, memiliki keluarga dan teman-teman di sini. Saya berlatih setiap hari dengan rekan satu tim," kata Favalli.

Baca juga: Belajar dari Kisah Cynthia, Survivor Covid-19 di Negeri Singa

(Sumber: Kompas.com/Penulis: Ahmad Naufal Dzulfaroh, Dandy Bayu Bramasta, Virdita Rizki Ratriani, Rizal Setyo Nugroho | Editor: Inggried Dwi Wedhaswary, Virdita Rizki Ratriani, Rizal Setyo Nugroho, Sari Hardiyanto)

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Serial Infografik Virus Corona: Apa itu OTG?

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi