Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Pemimpin Redaksi Kompas.com
Bergabung sejak: 21 Mar 2016

Wartawan Kompas. Pernah bertugas di Surabaya, Yogyakarta dan Istana Kepresidenan Jakarta dengan kegembiraan tetap sama: bersepeda. Menulis sejumlah buku tidak penting.

Tidak semua upaya baik lekas mewujud. Panjang umur upaya-upaya baik ~ @beginu

Editor's Letter: Belajar dan Bertumbuh dari Rasa Takut karena Covid-19

Baca di App
Lihat Foto
AFP/MICHAL CIZEK
Barbora Duskova menjahit masker wajah sebagai pelindung melawan virus corona di apartementnya di Praha, Ceko, 17 Maret 2020.
Editor: Heru Margianto

APA kabarmu? Perubahan yang setengah terpaksa kita lakukan karena pandemi covid-19 mulai terasa tidak terlalu memaksa setelah tiga minggu kita jalankan. 

Kalau kamu sudah ringan dan tanpa keterpaksaan melakukan kebiasaan baru pasca-seruan pemerintah untuk bekerja dari rumah, belajar dari rumah dan belajar di rumah, 15 Maret 2020 lalu, kamu termasuk yang cepat beradaptasi dan berubah. Selamat untuknya. 

Rata-rata, dibutuhkan 66 hari untuk perubahan perilaku menjadi otomatis atau ringan dilakukan tanpa terpaksa.

Terbantuknya kebiasaan baru itu tergantung pada perilaku, orang, dan keadaan. Dalam sebuah studi, butuh waktu antara 18 hari hingga 254 hari bagi orang untuk membentuk kebiasaan baru.

Kalau dalam tiga minggu ini perilaku sudah berubah dan adaptasinya menjadi mudah, kamu termasuk orang di atas rata-rata. Kalau ternyata belum dan masih susah beradaptasi dengan perubahan, jangan juga berkecil hati. Masih terbuka ruang untuk perubahan itu.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bicara soal peruabahan, pekan lalu saya mendapati postingan tiga zona emosi di era covid-19 dalam bentuk tiga lingkaran.

Tidak lama kemudian, ada orang yang memikirkan orang lain dan menerjemahkan postingan itu. Terima kasih Annastasia Ediati.

Dari postingan yang kemudian dijadikan acuan banyak orang itu, kita bisa mengetahui ada di zona mana saat ini. Seperti kata para psikolog, zona itu bukan zona yang linier.

Artinya, setiap orang tidak harus melalui zona takut lalu ke zona belajar dan kemudian ke zona bertumbuh. Bisa jadi lompat-lompat juga, tergantung bagaimana situasi nyata yang dihadapi seseorang.

Belajar dan bertumbuh

Kita bersyukur, setelah sebulan lebih kita dikepung rasa takut karena virus corona, kita belajar bersama dan mulai bertumbuh.

Kita masih ingat ketakutan kita saat kasus 1 dan kasus 2 diumumkan. Terjadi kelangkaan stok masker medis karena semua orang ingin membeli di luar kebutuhan dan peruntukan yang wajar.Dalam situasi itu, cepat sekali rasa takut menyebar di media sosial dan di genggaman kita lewat whatsapp group.

Hoaks lantas diproduksi untuk meluaskan rasa takut itu. Orang mudah sekali marah dan panik karena situasi ini. Ada yang mengambil keuntungan dari situasi ini.

Meskipun sudah surut, ketakutan, keluhan dan kemarahan masih kita rasakan saat ini. Di media sosial misalnya, lebih banyak orang yang mulai menerima kenyataan. Tidak lagi masif sebaran informasi di media sosial yang tidak jelas kebenarannya. Kontribusimu nyata untuk hal ini. 

Saya yakin, kamu ada dalam zona ini sejak awal karena mulai mengenali emosi diri sendiri. Kerap mengambil waktu hening untuk merespons segala situasi berdampak baik. Informasi yang memicu kecemasan berlebih kamu sikapi sewajarnya dan jika perlu kamu hindari.  

Di zona ini, kita semua belajar menjadi sadar situasi untuk bisa berpikir jernih dan bertindak. Dalam situasi ini, kita menyadari bahwa semua pihak tengah berupaya melakukan yang terbaik untuk mengatasi pandemi ini.

Energi karena ketidakpuasan, kekecewaan, kemarahan perlu disalurkan agar menjadi energi positif untuk bersatu padu. Tidak mudah, tetapi ini perlu.

Di tengah hujatan, cacian dan juga pujian, apa yang dilakukan dr Tirta perlu kita adaptasi  sesuai kapasitas dan kemampuan kita masing-masing.

Kita melihat, upaya-upaya nyata dari banyak pihak mulai muncul dan menggerakkan langkah-langkah baik bersama. Makin banyak orang yang mulai memikirkan orang lain dan mencari cara bagaimana membantu.

Bantuan juga datang dari para donatur yang tergerak dan sudah disalurkan untuk sejumlah rumah sakit. Pembaca kompas.com salah satunya. Terima kasih untuknya.

Dian Sastrowardoyo dan Najwa Shihab juga melakukan langkah-langkah baik untuk membantu sesama dalam situasi ini. Dalam rentang waktu 25-28 Maret 2020, para musisi juga bahu membahu menggalang dana untuk meringankan beban mereka yang terdampak covid-19.

Di media sosial, kamu pasti mendapati lagu "Rumah Kita" yang dinyanyikan secara bergantian oleh para musisi mulai dari Ahmad Albar sampai Raisa. Ini adalah upaya para musisi menggunakan bakat dan kemampuan untuk membantu mereka yang kesulitan di tengah pandemi ini.

Apresiasi dan ungkapan terima kasih perlu kita sampaikan kepada semua pihak yang berupaya baik untuk mengatasi situasi sulit ini. Pemerintah melakukan hal ini dengan berterima kasih di awal-awal sebelum memberi update perkembangan kasus positif covid-19 di Indonesia setiap sore hari.

Hidup kini dan di sini

Dalam rangka bertumbuh di situasi yang tidak mudah ini, kita dianjurkan untuk selalu hidup kini dan di sini. Respons setiap situasi nyata yang ada di hadapan kita dengan tidak menyesali masa lalu juga tidak terlalu khawatir dengan masa depan.

Untuk merespons situasi nyata di hadapan kita saat ini, aliansi media bersama pemerintah dan semua pihak mengkampanyekan gerakan "aman pakai masker" untuk semua orang mulai minggu ini. Sesuai studi WHO, penggunaan masker terbukti memutus rantai penyebaran covid-19.

Kampanye ini sekeligus memberikan edukasi tentang jenis-jenis masker dan peruntukannya. Untuk tenaga medis dan mereka yang sakit, masker medis dan N95 adalah yang tepat digunakan. Untuk kita yang sehat, masker kain dua lapis atau tiga lapis yang ada tempat menaruh lipatan tisu sudah memadai.

Guna memastikan ketersediaan masker kain, di masyarakat kita sudah muncul gerakan membuat dan membagikan masker. Ajakan dari banyak pihak, seperti dilakukan seniman Soimah Pancawati sudah disuarakan dan berdampak. Makin banyak orang menyatakan kepeduliannya kepada sesama dan ini baik.

Di banyak daerah seperti Jakarta, kewajiban mamakai masker kain untuk orang sehat sudah ditegaskan. Minggu ini adalah masa sosialisasi untuk kemudian ditegakkan aturannya minggu depan. Daerah lain juga menerapkan aturan ini lantaran didapatinya fakta mereka yang positif covid-19 tanpa gejala dan layaknya orang sehat pada umumnya.

Dalam kepedulian terhadap sesama lewat upaya-upaya baik dan nyata, kita bisa merawat emosi kita. Dalam situasi sulit seperti ini, sikap peduli, berbagi dan memberi manfaat baik kepada sesama menimbulkan rasa gembira dan juga bahagia. 

Rasa gembira dan bahagia karena kepedulian kita umumnya menyebar dan meningkatkan imunitas tubuh terhadap serangan virus

Salam peduli,
Wisnu Nugroho

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi