Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bergabung sejak: 20 Mar 2020

Platform akademisi Universitas Tarumanagara guna menyebarluaskan atau diseminasi hasil riset terkini kepada khalayak luas untuk membangun Indonesia yang lebih baik.

Bijak Bertindak di Tengah Pandemi Virus Corona

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG
Warga duduk dengan menerapkan social distancing atau saling menjaga jarak guna mencegah penyebaran virus corona di Stasiun MRT Bundaran HI, Jakarta Pusat, Jumat (20/3/2020). PT MRT Jakarta (Perseroda) mengimbau para penumpang untuk menjaga jarak aman dengan penumpang lainnya, minimal dalam radius satu meter.
Editor: Laksono Hari Wiwoho

Oleh: Riana Sahrani

TIDAK sampai satu bulan dari mulai ditemukannya kasus virus corona di Indonesia, saat ini sudah lebih dari seribu kasus positif Covid-19.

Sejak saat itu, pemerintah mengimbau untuk selalu menjaga kesehatan terus didengungkan, antara lain dengan cara sering mencuci tangan dengan sabun, memakai masker, dan menjaga jarak (social distancing) dengan orang lain.

Namun, agaknya ajakan social distancing ini yang paling sulit dilakukan oleh orang Indonesia pada umumnya.

Indonesia adalah bagian dari masyarakat Timur, yang dikenal sebagai makhluk sosial, yang mengutamakan adanya interaksi sosial dan melakukan suatu hal bersama-sama.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Padahal, kita semua pada umumnya sudah mengetahui bahwa penularan wabah corona salah satunya karena adanya interaksi sosial yang cukup dekat dengan orang yang sudah terlebih dahulu menderita corona.

Tentunya tidak menjaga jarak dalam kondisi seperti ini bukanlah suatu tindakan yang bijaksana.

Apakah untuk menjadi orang yang bijak itu sedemikian sulitnya?

Kebijaksanaan itu sendiri diartikan sebagai kepandaian individu dalam menggunakan akal budinya, berdasarkan pengalaman dan pengetahuan, untuk menciptakan adanya keharmonisan antara individu dan lingkungan.

Penulis pernah melakukan penelitian terhadap sejumlah remaja di Jabodetabek dan ditemukan bahwa para remaja pada umumnya sudah memahami mana orang yang bijaksana dan mana yang tidak.

Mereka juga dapat mengenali faktor-faktor apa saja yang menjadi karakteristik orang yang bijaksana. Berikut ini tiga faktor karakteristik kebijaksanaan menurut remaja.

Berpikir cerdas

Orang yang bijak akan berhati-hati dalam berbicara dan bertindak, mampu mengendalikan emosi, bertanggung jawab, memikirkan dampak keputusan, mempertimbangkan setiap tindakan, mampu menghadapi dan mencari solusi masalah, serta disiplin.

Maka sudah seharusnya kita juga menjaga setiap perkataan dan perbuatan kita agar tidak membuat kondisi yang sudah meresahkan ini menjadi semakin tidak kondusif.

Kita sama-sama sudah mengetahui penyebaran yang sangat cepat dari virus corona ini, serta dampaknya bagi masyarakat.

Kita tidak perlu menambah keresahan dengan meneruskan berita yang tidak dapat dibuktikan kebenarannya.

Pengendalian emosi dalam hal ini menjadi penting sekali, agar kita selalu dapat berpikir jernih dalam menerima setiap pemberitaan, memilah mana yang dapat kita jadikan acuan dan mana yang tidak.

Kita tidak perlu harus memborong semua barang dan makanan dari supermarket, karena adanya kepanikan yang berlebihan.

Apalagi, pemerintah juga selalu berusaha meyakinkan kita bahwa kondisi masih bisa dikendalikan, asalkan kita bergerak dan bekerja sama dengan pemerintah.

Berkepribadian positif

Orang yang bijak bersifat dermawan, mempunyai hati nurani, empati, sikap nasionalisme, mau menolong, menaati aturan yang berlaku di masyarakat, peduli orang lain dan lingkungan, tidak mementingkan diri sendiri, serta bersikap fleksibel dalam menerima perubahan.

Dalam kondisi wabah corona seperti ini penting bagi kita untuk bekerjasama dan menunjukkan sikap nasionalisme atau cinta Tanah Air.

Hal ini bisa kita tunjukkan dengan bekerja sama dengan pemerintah agar kita dapat mengalahkan virus corona ini secepat-cepatnya.

Ibaratnya kita dalam peperangan, maka kita harus bersikap sebagai pasukan tentara yang mengikuti arahan dari pemerintah sebagai pimpinan perang yang membuat perencanaan perang, untuk mengalahkan musuh yaitu virus corona.

Maka, diperlukan kesadaran diri bahwa kita harus bersatu melawan corona ini. Kita tidak perlu sampai memegang senjata sungguhan untuk mewujudkan hal ini, karena kita hanya diminta untuk diam dan bekerja/sekolah/beraktivitas dari rumah, serta menjaga jarak dari orang lain.

Apakah hal ini adalah suatu hal yang sangat sulit untuk dilakukan?

Selain itu kita harus senantiasa berpikiran positif, dengan meyakini bahwa "setiap badai pasti berlalu", setelah habis hujan pasti ada terang, setelah ada bencana pasti ada masa bahagia.

Maka dari itu, kita harus mampu bertahan dengan sekuat tenaga, bersama-sama, agar masa ini segera lewat dan para penderita wabah corona dapat sembuh seperti sediakala.

Kita juga sebaiknya tetap menunjukkan kepedulian pada orang lain, terutama yang terkena wabah corona ini.

Kita dapat melakukannya dengan cara berdonasi untuk membantu para korban dan juga para tenaga medis yang terlibat.

Donasi dapat dalam bentuk materi/uang, maupun barang, misalnya menyumbangkan masker atau alat kesehatan, atau pun dalam bentuk lainnya yang bisa kita lakukan.

Selain itu sudah saatnya kita menerima suatu perubahan. Saya berpandangan bahwa perubahan yang ada saat ini akan memengaruhi gaya hidup kita selanjutnya.

Dahulu, sewaktu baru muncul komputer dan internet, kita mengalami apa yang namanya gagap teknologi. Namun seiring waktu, kita mampu menyesuaikan diri dengan hal tersebut.

Saat ini, kita pun "dipaksa" untuk mampu mempergunakan teknologi dalam waktu yang sangat singkat, misalnya mengajar dengan perangkat teknologi online, dan bekerja atau rapat dengan menggunakan video call.

Kemungkinan di masa setelah wabah corona ini, kita tetap menggunakan teknologi ini, bahkan akan menjadi gaya hidup kita di masa datang.

Keterandalan dalam bertindak

Orang yang bijak adalah orang yang siap bekerja keras, tidak mudah menyerah, kreatif, mampu bekerja sama dan menyesuaikan diri dengan orang lain, menjadi teladan, berpikir positif, teliti, berwawasan luas, serta mampu memotivasi dan menasihati diri sendiri dan orang lain.

Beberapa orang telah sembuh dari corona. Virus corona dapat menyerang siapa saja, orang dari kalangan bawah ataupun seorang pangeran sekalipun.

Maka, orang yang telah sembuh dari corona sebaiknya banyak memberikan semacam pengukuhan bahwa suatu penyakit seberat apa pun ada kemungkinan sembuh.

Orang lain dapat meniru apa yang dilakukan orang yang telah sembuh, seperti bahwa kita harus selalu berpikiran positif, istirahat yang cukup, dan selalu mengikuti arahan dokter.

Apalagi apabila orang yang sembuh ini seorang pejabat, maka masyarakat akan lebih "mendengarkan" perkataan mereka, serta dianggap sebagai teladan yang baik.

Selain itu, kita harus selalu memotivasi diri dan meyakini bahwa semua bencana pasti ada solusi penanggulangannya. Apalagi ini terjadi di seluruh dunia, seakan-akan "pemusnahan massal" terhadap manusia.

Adanya bencana ini diharapkan mempersatu semua bangsa di dunia, agar bekerja sama menanggulangi wabah virus corona ini secepatnya.

Riana Sahrani
Dosen Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi