Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kematian di Rumah, Korban Tak Terduga dari Krisis Virus Corona di Italia

Baca di App
Lihat Foto
FLAVIO LO SCALZO/REUTERS
Sebuah robot membantu tim medis merawat pasien virus corona di Rumah Sakit Circolo, Varese, Italia. Foto diambil pada 1 April 2020.
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Silvia Bertuletti (48) memerlukan waktu 11 hari untuk membujuk seorang dokter melalui telepon agar mengunjungi ayahnya yang mengalami demam dan kesulitan bernapas.

Ketika seorang dokter panggilan pergi ke rumahnya di dekat Bergamo, pusat penyebaran virus corona di bagian utara Italia pada Rabu (18/3/2020) malam, keadaaan sudah terlambat.

Ayahnya yang berusia 78 tahun dinyatakan meninggal pada pukul 1.10 pagi, Kamis (19/3/2020) dini hari atau sepuluh menit sebelum ambulans tiba.

Satu-satunya obat yang ia resepkan, melalui telepon, adalah obat penghilang rasa sakit ringan dan antibiotik spektrum luas.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Ayah saya dibiarkan mati sendirian di rumah tanpa bantuan. Kami ditinggalkan begitu saja. Tidak ada yang layak mendapatkan perlakuan seperti itu," kata Bertuletti, warga Italia seperti dilansir dari Reuters.

Wawancara dengan keluarga, dokter, dan perawat di wilayah Lombardy menunjukkan bahwa banyak orang mengalami nasib sama seperti Bertuletti.

Bahwa skornya sekarat di rumah karena gejalanya tidak terkendali dan konsultasi telepon tidak selalu cukup.

Baca juga: Hari-hari Terburuk Italia dan Spanyol akibat Virus Corona Belum Berakhir

Pengobatan jarak jauh

Menurut sebuah studi baru-baru ini tentang catatan kematian, jumlah kematian di Provinsi Bergamo sebenarnya bisa lebih dari dua kali lipat jumlah resmi yang didapatkan dari kematian di rumah sakit.

Ketika perjuangan global untuk menyelamatkan jiwa berpusat pada peningkatan pasokan ventilator rumah sakit, beberapa dokter mengatakan kurangnya perawatan kesehatan primer terbukti sama mahalnya.

Sebab, petugas medis tak dapat atau tidak akan melakukan kunjungan rumah, sesuai dengan saran medis untuk beralih ke pengobatan jarak jauh.

"Apa yang menyebabkan situasi ini adalah bahwa banyak dokter keluarga tidak mengunjungi pasien mereka selama berminggu-minggu," kata Riccardo Munda, seorang dokter di Selvino dan Nembro.

Menurutnya, banyak kematian dapat dihindari jika orang-orang di rumah segera menerima bantuan medis.

Akan tetapi, para dokter tidak memiliki cukup masker dan pakaian untuk melindungi diri mereka dari infeksi serta tidak dianjurkan melakukan kunjungan, kecuali jika benar-benar diperlukan.

Ketika pekerja rumah sakit diberi akses prioritas ke masker, beberapa dokter keluarga mengatakan mereka pergi tanpa masker dan merasa tidak dapat mengunjungi pasien dengan aman.

Baca juga: Saat Virus Corona Renggut Nyawa Satu Keluarga di Italia...

Pilihan Sulit

Jumlah kematian resmi Italia sejauh ini mencapai 15.362 kasus atau hampir sepertiga dari total global, tetapi ada bukti yang berkembang bahwa jumlah itu jauh dari total sebenarnya karena begitu banyak orang sekarat di rumah.

Sebuah studi oleh surat kabar lokal L'Eco di Bergamo dan konsultan penelitian InTwig dengan menggunakan data yang disediakan oleh kota setempat, memperkirakan sekitar 5.400 orang meninggal di provinsi Bergamo selama bulan Maret, enam kali lebih banyak dari setahun yang lalu.

Dari jumlah tersebut, diperkirakan bahwa sebanyak 4.500 orang meninggal akibat virus corona, lebih dari dua kali lipat jumlah resmi.

Pengalaman pahit keluarga Bertuletti menunjukkan bagaimana perawatan primer menjadi garis pertahanan pertama sistem kesehatan.

Baca juga: Saat AS Alami Lonjakan Kasus dan Kematian akibat Virus Corona...

Di beberapa negara Eropa dan di Amerika Serikat, dokter dianjurkan untuk melakukan konsultasi telepon jika memungkinkan, daripada melihat pasien secara langsung.

"Dokter berkata: 'Saya tidak dianjurkan untuk melakukan kunjungan rumah, bersabarlah'," kata dia.

Menurut pengakuan dokter yang menangani Bertuletti, ia mengatakan bahwa petugas medis harus membuat pilihan yang mengerikan.

Dokter itu menyebut telah menerima antara 300 hingga 500 panggilan telepon sehari, sementara ia sedang melindungi seorang rekan yang sakit.

"Saya harus memilih, saya tidak bisa mengunjungi mereka yang menderita batuk dan demam, saya hanya bisa pergi untuk melihat kasus yang paling serius," kata dokter yang tak mau disebutkan namanya itu.

Asosiasi dokter keluarga di Provinsi Bergamo memperkirakan bahwa 70.000 orang di daerah itu mungkin terinfeksi.

"Terlepas dari upaya terbaik kami, tidak mungkin untuk membawa semua orang ke rumah sakit. Terkadang keluarga lebih memilih untuk menjaga orang sakit di rumah karena takut mereka mungkin tidak memiliki kesempatan lain untuk mengucapkan selamat tinggal," kata wali kota Bergamo, Giorgio Gori.

Baca juga: Mengapa Angka Kematian di Italia akibat Corona Tertinggi di Dunia?

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Negara-negara yang Melakukan Lockdown karena Virus Corona

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi