Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Alasan Taiwan Jadi Negara Terbaik yang Merespons Wabah Virus Corona

Baca di App
Lihat Foto
AFP/CHEN CHI-CHUAN
Pekerja bermasker melakukan kegiatan desinfeksi di area Bandara Internasional Taoyuan, Taiwan, Rabu (22/1/2020), menyusul temuan warga diduga terinfeksi virus corona di negara itu. Hingga saat ini, sudah 12 negara di berbagai belahan Bumi yang positif mengumumkan terdampak virus corona yang dilaporkan sudah menjangkiti 1.300 orang dan 41 orang meninggal di China.
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Lebih dari tiga bulan sejak kasus virus corona dilaporkan di Kota Wuhan, Hubei, China, saat ini telah ada 1,3 juta kasus infeksi di seluruh dunia. 

Dari yang awalnya kasus merebak hanya di China, kini menyebar ke lebih dari 200 negara di dunia. Sejumlah negara Eropa dan Amerika Serikat bahkan memiliki kasus yang lebih banyak dari China. 

Namun saat di China terdapat 81.740 kasus infeksi dan 3.331 orang meninggal, di Taiwan, wilayah yang dekat dengan penyebaran virus corona justru bisa melakukan tindakan pencegahanyang dinilai paling baik. 

Taiwan, dengan wilayah seluas 35.801 km2 dan berpenduduk sekitar 24 juta jiwa itu hingga Selasa (7/4/2020) ini melaporkan 376 kasus infeksi virus corona dan 5 kematian karena Covid-19. Kok bisa?

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Belajar dari SARS

Untuk menjawab kondisi itu mungkin perlu menengok 17 tahun ke belakang saat wabah sindrom pernapasan akut (SARS) yang parah terjadi pada tahun 2003.

Ketika itu, Taiwan adalah salah satu wilayah yang paling parah terkena dampaknya, bersama dengan Hong Kong dan Cina.

Lebih dari 150.000 orang dikarantina di pulau itu dan 181 orang dilaporkan tewas.

Taiwan mengambil banyak pelajaran dari peristiwa wabah tersebut.

Taiwan kemudian mulai menyusun sistem perawatan kesehatan kelas dunia, dengan cakupan universal.

Baca juga: Melihat Perbandingan Jumlah Uji Tes Virus Corona di Indonesia dan Negara Lain

Ketika berita tentang virus corona mulai muncul dari Wuhan menjelang Tahun Baru Imlek, para pejabat di Pusat Komando Kesehatan Nasional (NHCC) Taiwan bergerak cepat untuk menanggapi potensi ancaman.

Respon cepat Taiwan dalam menghadapi virus corona juga diteliti dan ditulis dalam laporan terbaru Journal of American Medical Association (JAMA).

"Taiwan dengan cepat menghasilkan dan mengimplementasikan daftar sedikitnya 124 item tindakan dalam lima minggu terakhir untuk melindungi kesehatan masyarakat," ujar Jason Wang, seorang dokter Taiwan dan profesor pediatri di Stanford Medicine, dalam sebuah pernyataan seperti dikutip dari CNN (7/4/2020).

Diprediksi bakal ada 400.000 kasus

Taiwan sudah bersiap dengan berbagai protokol, ketika negara-negara lain masih memperdebatkan apakah akan mengambil tindakan terkait virus corona.

Dalam sebuah penelitian yang dilakukan pada bulan Januari, Universitas Johns Hopkins mengatakan Taiwan adalah salah satu daerah paling berisiko di luar daratan China, karena kedekatannya, ikatan dan hubungan transportasi.

Sebuah studi awal yang dilakukan oleh Univeristas John Hopkins pada bulan Januari memperkirakan bahwa Taiwan bisa memiliki kasus terkonfirmasi tertinggi kedua setelah China.

Hal ini karena hubungan dekat Taiwan dengan daratan Cina, ada 400.000 orang Taiwan yang tinggal di China dan ada ribuan penerbangan lintas selat setiap minggu.

Jarak antara Taiwan dengan daratan China hanya dipisahkan Selat Taiwan atau Selat Formosa sejauh 113 km.

Baca juga: Kisah Sopir Bus Meninggal karena Corona, Sempat Ingatkan Penumpang yang Batuk

Tindakan yang dilakukan Taiwan

Di antara langkah-langkah awal yang menentukan adalah keputusan untuk melarang perjalanan dari banyak bagian China.

Taiwan menghentikan kapal pesiar yang berlabuh di pelabuhan pulau, dan memperkenalkan hukuman ketat bagi siapa pun yang ditemukan melanggar perintah karantina rumah.

Selain itu, pejabat Taiwan juga bergerak untuk meningkatkan produksi masker wajah dalam negeri untuk memastikan pasokan lokal, melakukan pengujian di seluruh pulau untuk virus corona.

Termasuk pengujian ulang orang yang sebelumnya tidak diketahui radang paru-paru - dan mengumumkan hukuman baru karena menyebarkan disinformasi tentang virus.

"Mengingat penyebaran terus-menerus Covid-19 di seluruh dunia, memahami item tindakan yang diterapkan dengan cepat di Taiwan, dan efektivitas tindakan ini dalam mencegah epidemi skala besar, dapat menjadi pelajaran bagi negara-negara lain," ujar Wang.

"Pemerintah Taiwan belajar dari pengalaman SARS 2003 dan membentuk mekanisme respons kesehatan masyarakat untuk memungkinkan tindakan cepat untuk krisis berikutnya. Tim pejabat yang terlatih dan berpengalaman dengan cepat mengenali krisis dan mengaktifkan struktur manajemen darurat untuk mengatasi wabah yang muncul," paparnya.

Secara khusus, respon cepat dan transparan Taiwan, dengan pejabat medis mengadakan pengarahan harian tentang virus corona telah dijadikan contoh mengendalikan epidemi.

Taiwan berada dalam posisi yang dinilai siap menghadapi virus corona setelah berminggu-minggu melarang ekspor masker wajah untuk memastikan pasokan domestik.

Bahkan pemerintah setempat mengatakan Rabu bahwa mereka akan menyumbangkan 10 juta masker ke Amerika Serikat, Italia, Spanyol dan sembilan negara Eropa lainnya.

Baca juga: Italia, Spanyol, dan Perancis Laporkan Tren Penurunan Kasus Covid-19

Dikucilkan WHO

Taiwan mengkonfirmasi kasus Covid-19 pertamanya pada 21 Januari 2020.

Kemudian sehari selanjutnya, 22 Januari 2020 diadakan pertemuan darurat WHO dengan perwakilan dari 16 negara, termasuk China, Jepang, Korea Selatan, dan Amerika Serikat.

Dalam pertemuan itu mereka memilih untuk menunda menyatakan bahwa virus corona adalah darurat kesehatan global.

Ketika wakil direktur jenderal CDC Taiwan, Chuang Jen-hsiang, memberikan konferensi pers di Taipei, seorang wartawan lokal bertanya kepadanya apakah Taiwan berkoordinasi dengan WHO.

"Kami tidak seperti negara lain," jawab Chuang dengan senyum sedih. “Kami tidak diundang ke pertemuan. Tidak ada cara bagi kita untuk mendapatkan informasi langsung,” kata dia dikutip dari The Nation (7/4/2020).

Dengan posisinya yang bukan anggota organisasi kesehatan dunia (WHO), Taiwan sempat kesulitan mengakses informasi virus corona di awal-awal wabah.

Di sisi lain, kurangnya informasi dan dikucilkan oleh WHO memaksa Taiwan untuk melakukan usaha sendiri dan mengambil keputusan sejak awal secara independen dari panduan WHO dan konsensus internasional yang lebih luas.

Selanjutnya, meskipun tanpa dukungan banyak informasi dari WHO, Taiwan ternyata mampu melakukan sejumlah protokol yang menghambat penyebaran corona di wilayah itu.

Pada tanggal 25 Januari 2020, ketika dunia sadar akan bahaya potensial dari virus corona baru yang menyebar dengan cepat dari Cina tengah, Taiwan dan Australia sama-sama mencatat empat infeksi baru di wilayah mereka.

Australia dan Taiwan memiliki populasi dengan ukuran yang hampir sama yaitu sekitar 24 juta orang, keduanya juga pulau, memungkinkan kontrol ketat atas siapa yang melintasi perbatasan mereka, dan keduanya memiliki hubungan perdagangan dan transportasi yang kuat dengan daratan Cina.

Namun sepuluh minggu sejak tanggal itu, Australia memiliki hampir 5.000 kasus yang dikonfirmasi, sementara Taiwan memiliki kurang dari 400 kasus.

Tingkatkan jumlah tes Covid-19

Tak berhenti di situ, Pusat Komando Epidemi Sentral (CECC) di Taiwan pada Selasa (7/4/2020) mengumumkan sejumlah strategi untuk meningkatkan kesiapsiagaan medis dalam menghadapi virus corona.

Dikutip dari Taiwannews, mereka berencana meningkatkan kapasitas pengujiannya menjadi 3.800 tes virus corona dalam sehari, yang akan dilakukan di 34 laboratorium dan lembaga yang ditunjuk yang berlokasi di seluruh negara kepulauan itu.

Pengendalian penyakit masyarakat yang lebih ketat juga akan dilaksanakan dengan melibatkan pengujian yang lebih luas untuk kelompok-kelompok berisiko tinggi termasuk tenaga medis, pekerja industri penerbangan, dan penduduk yang bepergian ke tempat-tempat wisata yang ramai.

Baca juga: Berapa Lama Waktu Seseorang yang Terinfeksi Virus Corona hingga Dinyatakan Sembuh?

Kapasitas rumah sakit

Sebanyak 52 rumah sakit telah ditunjuk sebagai fasilitas yang digunakan untuk mengobati kasus Covid-19 yang diduga dengan gejala berat.

Sementara itu, rumah sakit nasional akan memulai kampanye renovasi besar-besaran untuk meningkatkan jumlah bangsal perawatan individu dan khusus, yang memastikan bahwa pasien virus corona dirawat secara terpisah dari orang-orang dengan penyakit lain.

Pada 3 April, Taiwan telah mendaftarkan 970 ruang isolasi tekanan negatif, yang dirancang untuk menjaga kontaminasi di udara, dengan hanya 417 unit yang tersedia. Sekitar 1.300 dari 9.932 ventilator belum digunakan.

Pemerintah Taiwan juga mengalokasikan sumber dayanya untuk kebutuhan karantina. Sebanyak 13 pusat karantina yang memiliki 1.553 kamar telah dipesan dari asrama, pusat pelatihan, dan pangkalan militer.

Taiwan telah mencatat 376 kasus yang dikonfirmasi pada Selasa (7/4/2020), termasuk lima kematian.

Baca juga: Wabah Virus Corona, Ini Panduan Ibadah Ramadhan dan Idul Fitri dari Kemenag

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi